..."Bagaimana? Kamu sudah mulai dekat dengan Vita?"
Pertanyaan Ayah sontak membuat Alvin terkejut. Ia baru saja sampai rumah, baru selangkah masuk ruang tamu, tapi seketika dihadapkan pada pertanyaan sulit itu.
Satu bulan berlalu sejak wacana perjodohan itu. Memang dari pihak orangtua tidak ingin terburu-buru dan meminta Alvin untuk lebih banyak mengenal Vita. Hanya saja, justru waktu satu bulan berlalu begitu saja mengikis setiap harapan.
Vita mungkin cantik, tapi ia tak mampu membuat hati Alvin berdebar. Vita mungkin seorang dokter dan anak orang kaya, tapi bukan itu yang sedang Alvin cari.
"Kenapa kamu diam saja? Apa kamu tidak melakukan pendekatan padanya? Ayah ingin kamu mengenalnya lebih jauh sebelum memberi keputusan."
Alvin terdiam ragu.
"Sudahlah, Yah. Alvin itu sudah dewasa, bukan lagi remaja yang bisa kita atur. Biarkan saja dia memilih masa depannya. Kita pasrahkan saja keputusan padanya" Sahut ibu yang baru keluar dari ruang tengah.
Alvin tersenyum mengangguk, lalu memutuskan untuk naik lantai dua. Ia tidak perlu menjawab pertanyaan beruntun ayahnya. Seperti kata ibu, ia sudah dewasa untuk bisa mengambil keputusan terbaik.
@@@
Seperti biasa sebelum masuk ruang penanganan. Vita selalu menyempatkan waktu untuk melihat Faya di meja loket UGD. Kali ini Vita datang lebih pagi, juga pakaian dan cara ia menata rambut sangat berbeda dari biasanya.
Jika dulu rambut sebahu itu sering ia ikat, tapi kini ia biarkan tergerai dan tertata rapi. Pun nampaknya ia memakai lipstik yang sedikit lebih cerah dibanding biasanya.
Sesaat Faya tertegun melihat perubahan tersebut. Matanya menyelidik secara betul apa saja yang berubah dari penampilan Vita, juga anting yang ia kenakan. Ya Tuhan, ini benar-benar Vita yang lain.
"Kenapa kamu melihatku begitu?" Vita mulai merasa risih dengan cara Faya melihatnya.
"Kamu mau ke acara kondangan di mana? Dengan tampilan make up dan perhiasan itu?"
Heh??
Vita seperti tertampar besi. Pertanyaan Faya membuatnya melongo. Apakah sebegitu buruk cara dia berpenampilan? Jujur saja selama ini ia lebih banyak natural dan apa adanya. Tampil dengan make up bukanlah dirinya."Memang kenapa dengan wajahku? Apa aku tampak aneh? Apa make up ku berlebihan? Apa terlihat menor dan jelek?" Vita bertanya dengan penuh kekhawatiran, namun justru Faya menanggapi semua itu dengan tawa ringan.
"Kenapa kau malah tertawa? Aku sedang bertanya apa aku aneh?"
"Tidak, tidak. Kamu cantik Vita, hanya saja aku merasa aneh karena selama ini kamu kan gak pernah dandan berlebihan seperti ini. Jadi tadi aku terkejut saja."
"Huh.." Desah Vita lega.
Faya tersenyum menang.
"Kenapa tiba-tiba kamu tampil menawan seperti ini?" Tanya Faya iseng, meskipun ia sudah mengira jawaban apa yang akan Vita lontarkan.
Vita tertunduk malu.
"Eee.. Hanya ingin tampil beda saja." Jawab Vita sambil meringis canggung.
Faya mengangguk paham dan ia merasa tidak perlu bertanya lebih banyak lagi.
Sesaat kemudian Alvin datang berjalan menuju meja loket pula. Saat itu ia belum mengenakan jas dokter, stelan hitam berlengan pendek yang ia kenakan sungguh menunjukkan bagaimana lekuk tangan dan lengannya yang kokoh. Terlihat jelas bahwa dia sering berolah raga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Selalu Punya Cara Untuk Pulang (Selesai)
RomansaAlvin, dokter spesialis emergency yang jenius, tapi tidak tahu cara memperlakukan wanita dengan hangat. Dia sangat dingin, namun punya wajah dan postur tubuh yang sempurna. Dia jatuh cinta dengan penjaga loket UGD bernama Faya, sedang di saat yang s...