Gina terdiam penuh tanda tanya memandang Alvin yang sedang sibuk menekuri lembar salinan slip hutang Faya pada rumah sakit untuk pengobatan ibunya dulu. Cukup banyak, dan tidak akan bisa Faya lunasi selama setahun kecuali semua gaji dialokasikan untuk pelunasan.
Pagi sekali Alvin datang dan langsung meminta bukti seluruh salinan hutang Faya pada Gina yang sedang bertugas. Bagi Gina sikap Alvin pada Faya jelas sangat mencurigakan.
"Kenapa dokter ingin melihat semua bukti slip hutang Faya? Apa Anda akan melunasinya seperti yang Anda lakukan kapan hari?" Tanya Gina curiga.
"Kenapa kau katakan itu pada Faya? Bukankah aku sudah memintamu untuk merahasiakan darinya?" Kini Alvin menatap tajam Gina. Merasa kecewa.
Gina agak terkejut, namun berusaha tenang.
"Bagaimana pun Faya pasti juga akan tahu, dan saya bukan tipe orang yang bisa merahasiakan sesuatu dari teman dekat saya sendiri."
"Berarti kamu orang yang tidak bisa dipercaya."
Deg...
Seketika mulut Gina membisu, dan seketika itu pula ia tertunduk. Sikap tegas dan cara bicara yang tajam Alvin tidak berubah sedikit pun.Setelah selesai membaca semua lebar itu, Alvin pun menyodorkan kembali pada Gina.
"Tolong urus pelunasan semua tanggungan ini di administrasi rumah sakit. Bilang saja dari donatur, jangan mengatasnamakanku."
Gina terkejut dan segera mengangkat wajahnya kembali.
"Kenapa, Dok? Bagaimana jika Faya tahu dokter melakukan semua ini? Bukankah ini berlebihan? Kenapa Anda harus melunasi hutang-hutang Faya yang bahkan bukan siapa-siapa Anda." Kali ini Gina benar-benar tidak bisa menutupi rasa penasarannya.
"Memang kenapa jika aku melunasinya? Apa kamu keberatan?"
"Tidak, dok. Tapi saya yakin Faya tidak akan menyukai hal ini. Dia tidak suka dikasihani, dok. Jadi apa yang akan saya katakan jika dia bertanya."
"Dia tidak akan bertanya jika kamu tidak bercerita." Tegas Alvin lalu melangkah pergi.
Sebuah perintah yang sangat mengesalkan bagi Gina. Ia hanya petugas loket UGD tapi kenapa Alvin memperlakukannya seperti koas yang tiap memerintah dengan tatapan menyala.
Sedang bagi Alvin, ia melakukan semua itu hanya karena tidak ingin melihat Faya kolaps lagi. Gadis itu harus istirahat, dia harus mengurangi pekerjaan agar tidak sakit lagi.
Melihat Faya yang masih bekerja di saat harus istirahat total tentu membuat Alvin kesal dan kecewa karena Faya tidak menurut, sebab itu Alvin memutuskan untuk melunasi semua hutang Faya di rumah sakit.
Ia tidak lagi memikirkan bagaimana tanggapan Faya, apakah dia setuju atau tidak. Alvin tahu bahwa meminta persetujuan Faya hanya akan menyalakan api peperangan. Jika pun pada akhirnya Faya menganggap semua itu sebagai hutang, tidak masalah, asalkan hutang itu pada dirinya bukan pada rumah sakit.
@@@
Seperti janji Vita sebelumnya, ia datang ke rumah Faya sebelum berangkat ke rumah sakit.
Bagi Faya, ada yang berubah dari Vita selain penampilannya, ia juga tidak sehangat dan seperhatian dulu. Entah apa yang sedang Vita pikirkan atau prasangka dirinya terhadap Faya, tapi semua sikap yang agak dingin itu sudah cukup membuat Faya khawatir.
"Kamu sudah sehat?" Tanya Vita dengan senyum sedikit memaksa.
Sungguh bagi Faya, Vita adalah orang yang paling tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Sedikit berubah suasana hati sudah sangat mempengaruhi sikapnya. Namun Faya berusaha bersikap biasa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Selalu Punya Cara Untuk Pulang (Selesai)
RomanceAlvin, dokter spesialis emergency yang jenius, tapi tidak tahu cara memperlakukan wanita dengan hangat. Dia sangat dingin, namun punya wajah dan postur tubuh yang sempurna. Dia jatuh cinta dengan penjaga loket UGD bernama Faya, sedang di saat yang s...