Setelah Bertemu Denganmu

391 37 6
                                    

...

Flashback

Pagi sekali Mariam masuk kamar Alvin dan menaruh stelan di atas tempat tidur. Wanita berusia setengah abad lebih itu tersenyum bahagia sambil merapikan kemeja putih yang ia bawa.

Alvin yang baru keluar dari kamar mandi nampak terkejut. Seolah ibunya yang akan pergi ta'aruf. Kenapa senyumnya seperti gadis yang hendak berkencan.

"Apa itu?" Alvin melirik kemeja putih dan jas yang begitu rapi dan nampak sekali masih baru.

"Ibu sengaja belikan ini buat kamu, biar kelihatan keren dan menawan. Ketampanan dan karismamu akan semakin terlihat dengan stelan ini." Terang Mariam antusias.

"Apa ini acara lamaran? Kenapa aku harus memakai stelan seresmi itu. Aku mau pakai kaos dan jaket saja."

"Tidak boleh! Kamu harus terlihat sangat rapi dan tampan. Ini bukan acara main-main seperti kamu mengunjungi Fatrial. Sungguh Ibu ingin gadis yang akan kamu temui terpesona melihatmu."

Alvin mendengus kesal. Ibunya benar-benar telah jauh ikut campur, seolah ia anak SD yang hendak tampil di atas panggung.

"Aku bahkan tidak ada rencana untuk melanjutkan proses ini. Aku tidak kenal gadis itu, dan jika aku tidak tertarik aku akan segera menolaknya hari ini juga." Alvin meluapkan kekesalannya atas sikap ibunya. Namun Mariam justru tertawa.

"Hemm.. Belum ketemu sudah mau nolak. Kalau sudah ketemu kamu gak bakal bisa nolak. Ibu jamin kamu akan menerima gadis itu. Dia benar-benar gadis yang baik, rajin dan cekatan. Ibu melihat sendiri saat dia bekerja di toko kuenya Bu Sulis. Insya Allah dia istri idaman yang sholehah." Mariam berbicara sambil membayangkan bagaimana reaksi Alvin saat bertemu gadis itu nanti.

Alvin lagi-lagi mendengus kesal.

"Terserah Ibu saja." Kini Alvin memilih pasrah.

"Alamat tempat ta'aruf sudah Ibu kirim lewat WhatsApp. Itu rumah Bu Yeni yang baru, nanti kalau kamu masih bingung alamatnya telpon saja Pak Arif suaminya. Kamu sudah kenal kan sebelumnya?"

Alvin hanya mengangguk.

"Bagus, semoga berhasil. Semoga kamu gak nolak-nolak lagi gadis pilihan Ibu, dan semoga jodoh."

Alvin hanya menghela napas, lalu meraih  kemeja putih pemberian ibunya dan dengan sedikit ogah-ogahan memakainya.

@@@

...

Malam itu, setelah pulang dari ta'aruf. Alvin tidak bisa tidur. Sampai rumah ia langsung dihadang Mariam dan diburu berbagai pertanyaan yang jujur membuat Alvin geli namun juga sangat bersyukur.

"Gimana pilihan Ibu? Kamu gak nolak kan? Suka kan? Dia kan gadis yang kamu harapkan selama ini? Ahhh.. Ibu telah melakukan pekerjaan dengan sangat sempurna." Tanya Mariam dengan sangat antusias, membuat Alvin kali ini tak bisa menahan senyum. Jika biasanya ia mendengus kesal, tapi kali ini justru Alvin lekas memeluk ibunya.

"Terima ya, Bu. Terima kasih banyak."

Mariam tersenyum menepuk punggung Alvin.

"Kamu harus tahu Vin. Manusia itu hanya bisa ikhtiar, selebihnya keputusan ada di tangan Allah. Pun kamu juga harus tahu, jodoh itu sudah takdir, gak bisa dirubah. Ibu sadar hal ini saat tiba-tiba Ibu ingin mengunjungi Bu Sulis di tokonya, dan entah bagaimana dia pun bercerita tentang keponakannya yang bernama Faya. Awalnya Ibu tidak yakin jika Faya yang dia ceritakan adalah gadis yang kamu sukai itu, tapi setelah Ibu bertanya banyak hal, ternyata benar dia. Masya Allah, betapa ini seperti sebuah sinyal dari Allah."

Cinta Selalu Punya Cara Untuk Pulang (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang