27. | Bersama Velyn

111 10 1
                                    

Sebelumnya 'Dia' tidak pernah keluar disaat Cheryl lelah. Kali ini ia keluar tanpa sendirinya, meluangkan banyak waktu hanya untuk mengobrol dengan seseorang untuk menyampaikan sesuatu.

"Kenapa sayang?"laki-laki itu duduk dibangku taman di samping Velyn.

Untuk sekarang Velyn yang keluar. Entah ada gerangan apa sampai seorang Velyn keluar dari tempatnya.

Derren yang menyadari iris mata Cheryl berubah, hanya bisa menelan salivanya, was-was.

"Saya Velyn."

"Gue tau. Kenapa lo keluar?"tanya Derren dengan nada serius.

"Saya baru-baru ini keluar. Tidak mungkin saya keluar jika tidak hal penting."

Derren menghembuskan nafasnya panjang. "Bisa gak, gak usah pake saya? Formal banget."Protes Derren tidak suka.

"Bacot anda!"

Sudahlah. Derren lelah menghadapi makhluk yang satu ini.

"Saya tidak mau mengeluarkan suara saya yang bagus ini hanya untuk sia-sia."

Derren memuntah ke samping. Ternyata selain dingin, Velyn cukup pede juga orangnya.

Baru kali ini ia bisa mengobrol secara langsung dengan Velyn yang ia kenal sebagai ice.

"Sebelum saya menyampaikan sesuatu, lebih baik anda membelikan saya es krim yang didepan sana."

Derren melotot. Kenapa malah dirinya yang disuruh-suruh? Tidak tahu apa jika ia tidak punya pengalaman menjadi babu. Sepertinya Derren lupa, kalo ia punya pengalaman menjadi babu yang sangat tidak bisa dilupakan.

"Siapa lo nyuruh-nyuruh gue?"

"Punya tangan, punya kaki. Ya beli sendiri lah."

Brugh!

Kursinya terjatuh kala Velyn beranjak pergi ke tempat penjual es krim itu berada.

Dari pada menghabiskan waktu mendengar ocehan pria disampingnya, lebih baik ia beli mimuman favoritenya.

"Njir bokong gue nyeri!"Derren mengusap-ngusap bokongnya yang terasa ngilu akibat beradu dengan tanah.

Velyn emang sama seperti kembarannya, sama-sama ngeselin.

"Kalo aja dia gak ada ditubuh istri gue, udah gue kasih pelajaran tuh anak!"gumam Derren kesal.

Derren menepuk dahinya, matanya beralih ke pedagang es krim yang sudah ada Velyn menangkring disana. "Sial gue lupa. Cheryl kan gak boleh makan es krim!!"

......

"Stop! Saya bilang stop ya stop!"Derren datang dengan heboh.

Penjual es krim yang sedang membuatkan pesanan Velyn, berhenti karna perintah dari Derren.

"Heh tuyul!"Velyn memberi tatapan tajam.

"Apa hah?!"Derren membalas tak kalah tajam.

"Lo harus sadar diri dong! Sekarang lo itu pake raga istri gue!"

Mata bulat itu menurunkan pandangannya ke perut yang kian membesar.

"Oh. Sorry saya lupa."Ucapnya seenak jidat.

"Mas, Mbak. Jadi ini gimana es krimnya?"

"Gajadi!"Derren langsung menarik tangan Velyn.

.....

"Cepat bilang ada apa!"dongkol Derren karna melihat Velyn terus-terusan diam.

Kok kalo gue keluar, berat banget ya? Mungkin karna hamil?-batin Velyn.

CHERYL [2] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang