43. | Pilihan yang sulit

138 12 0
                                    

Tentang yang di bicarakan oleh Cheryl memang benar adanya. Dokter sudah menjelaskan bahwa Cheryl harus melakukan perobatan di luar negri. Namun, wanita beranak sepuluh itu memilih untuk berobat di dalam negri saja. Selain tidak mau meninggalkan suaminya, ia juga tidak mau meninggalkan anak-anaknya.

Gejala-gejala kambuhnya juga sangat sering datang bahkan hampir setiap saat.

Pagi ini nampak sejuk dengan angin sepoi-sepoi yang membuat mengantuk. Seorang wanita tengah duduk di pinggir kolam. Ia menatap kosong ke depannya, memikirkan penyakitnya itu.

"Kalo aku gak bisa sembuh gimana?"gumamnya pelan.

Cheryl belum siap atas semuanya. Ia sadar bahwa penyakit bisa kapan datang saja tanpa di minta. Tapi percayalah. Tuhan sedang menguji dia.

Bunyi ponsel itu membuat lamunannya buyar. Ia menatap nama seseorang dari layar ponselnya.

"Muti?"

Ia memencet tombol berwarna hijau itu.

"Cheryl.."

"Iya kenapa Muti?"

Terdengar helaan nafas terputus-putus dari arah sana. Sepertinya Muti seperti habis berlari atau kecapean.

"Anak lo Ryl.."

Cheryl mengerutkan dahinya. Ia penasaran saat Muti mengantungkan perkataannya.

"Anak aku kenapa?"tanyanya berusaha setenang mungkin.

"ANAK LO KECELAKAAN!"

DUAR!

.....

"Anak aku mana?! Anak aku gapapakan?"

"Anak kita gapapakan?"tanya Cheryl khawatir.

Derren mengelus bahu istrinya. Ia coba menenangkan walau hatinya jedar jedur.

"Anak kita gapapa. Kan mereka kuat."

Cheryl merintih dengan tangannya memegang sebelah dadanya yang terasa sakit.

"Argh.."

Rintihan itu membuat orang yang berada di sekitar menoleh khawatir. Lebih tepatnya pada Muti sahabatnya.

"Lo gapapa? Mending lo istirahat dulu Ryl. Jangan banyak pikiran."Muti membawa Cheryl ke tempat duduk.

Ia memberikan sebotol air minum ke Cheryl. Cheryl meneguknya hingga tersisah setengah botol.

Muti belum tahu tentang ini. Cheryl sengaja tidak memberitahu Muti jika penyakitnya kambuh lagi dan bahkan lebih para dari kemarin-kemarin. Ia tidak mau membuat sahabatnya itu khawatir dan cemas atas kondisinya.

Derren berlari untuk menemui Dokter untuk memeriksa kondisi istrinya sekarang.

"Dok! Tolong cek kondisi istri saya dok!"

Derren, dokter beserta suster berlari ke arah dimana Cheryl berada.

"Ryl ayok periksa dulu kondisi kamu sekarang."Ajak Derren dengan nada memohon.

Cheryl menatap Muti. Jika Dokter memberi tahu mereka semua kecuali Derren, Cheryl takut mereka khawatir.

"Aku gapapa. Tadi cuma sakit sedikit aja."

Derren menggeleng. Ia tau jika sakit itu bukanlah sakit biasa. Bisa saja penyakit Cheryl kambuh lagi.

"Periksa!"tegas Derren tanpa ada bantahan sedikit pun. Jika sudah begini Cheryl tidak bisa apa-apa. Tentang ini Derren tidak akan main-main. Ia akan serius jika sudah mengenai penyakit istrinya.

CHERYL [2] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang