24. | Belanja

120 17 1
                                    

"Gak ada."

Dahi Fiona mengkerut. "Lah? Tadi saya lihat, ada kok Tan."

Rere berdecak. "Kalo udah tau ngapain nanya?"tanya Rere sinis.

"Cuma nanya doang, emang gak boleh?"

Rere mengumpat dalam hati. Rasaya, ia ingin menonjok Fiona sekarang juga. Kapan sih dia perginya? Bikin darah tinggi aja.

"Boleh suhu."

"Suhu?"tanya Fiona tak mengerti.

"Sumber hujatan!"ceplos Rere ngejleb.

Fiona bungkam. Ia kehilangan kata-kata. Rasanya, perkataan Rere tadi sangat menusuk ulu hatinya.

Fiona cukup marah karna perkataan Rere barusan. Tapi ia harus menjaga image nya.

Fiona memaksakan senyum, walau dalam hati sudah berkomat-kamit.

"Ngapain masih ada disini?"tanya Rere yang terdengar sangat tidak suka.

"O-oke. Saya pamit ya Tan. Kapan-kapan saya main lagi ke sini. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Rere bernafas lega. Akhirnya human satu itu pergi juga dari rumahnya.

......

"Fiona udah pulang mah?"tanya Cheryl karna sudah tak mendengar suara Fiona lagi.

Dari dalam kamar, suara Fiona sudah terdengar jelas.

"Udah dia. Kesel banget Bunda sama dia."

"Kesel kenapa Bun?"tanya Cheryl duduk disamping Yula.

"Ya kesel aja gitu. Setiap bunda ngeliat dia ergh tangan rasanya gatel mau nonjok. Bunda juga gak terlalu suka sama Fiona sama Syilla."

"Gak suka kenapa Bun?"

"Mereka berdua itu bukan cewe baik-baik."

"Maksud bunda?"

"Bunda mau ke kamar dulu ya."Rere beranjak. Ia sengaja tidak mau menjelaskan, karna tidak mau membuat Cheryl kepikiran.

......

"Emang harus ya maskeran kayak gini?"tanya Derren yang kini wajahnya tengah di pakaikan masker.

Cheryl tak menjawab. Ia pokus memakaikan masker bubuk ke wajah suaminya.

"Udah."Menaruh mangkuk masker lagi ke tempatnya. Ia mengambil kipas kecil, menghidupkannya dan mengipasi Derren agar maskernya cepat mengering.

Terasa sejuk dan dingin. Perlahan-lahan matanya terpenjam merasakan angin yang membuatnya mengantuk

Cheryl menatap gemas. Poni-poni Derren dikuncir kuda membuat ketampanannya makin meningkat.

Pipi Derren juga makin membesar membuat Cheryl gemas ingin menguyel-nguyel setiap waktu.

Cheryl mencubit serta menguyel-nguyel pipi Derren keras.

Aktifitas itu membuat tidur Derren terganggu. Ia melenguh merasakan sakit pada pipinya.

"Sakit Yang."

"Suruh siapa gemesin?"

"Kamu lebih gemes."

"Aku gigit boleh?"tanya Cheryl dengan puppy eyesnya.

Derren melotot. Ia menggelengkan kepalanya. "No."

"Iihh boleh ya? Ya??"

"Gamau."

"IIH!"

"BOLEH!"

CHERYL [2] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang