40. | Kambuh

172 15 2
                                    

Setelah kejadian kemarin, Azka benar-benar berubah.

Cheryl memijat pelipisnya. Akhir-akhir ini, kepalanya sering sekali terasa sakit. Begitupun dengan rasa sesak di dada.

Ceklek.

Pintu terbuka menampilkan sosok pria yang sudah rapih dengan setelan jas kerjanya. Derren menyisir poninya. Ia membenarkan dasinya yang sedikit berantakan. Ketampanannya memang pantas di acungi jempol.

"Kamu kenapa? Muka kamu pucat. Mau ke rumah sakit?"Derren naik ke ranjang. Ia mendekat ke arah istrinya yang nampak pucat.

Cheryl menggeleng lemah. "Gapapa, palingan cuma pusing sedikit."

Derren beranjak. Ia mengambil setengah gelas air angat, dan mengasihkannya ke Cheryl. "Minum dulu. Kamu jangan capek-capek. Kalo kamu pusing atau ada gejala sakit, kamu istirahat aja. Nanti kamu telfon aku, aku bakal pulang."

Cheryl tersedak. "Gak ah. Aku gak mau ngengangu kamu yang lagi kerja. Aku bisa ngatasin semuanya sendiri."

Derren hanya mengangguk. Sebenernya ia tak tega melihat istrinya yang setiap hari selalu merasa lelah.

"Kalo gitu aku berangkat ya, sayang. Kamu jangan capek-capek."

Derren mencium kening istrinya, begitupun Cheryl menciup tangan suaminya. "Iyaa. Kamu hati-hati, jangan ngebut-ngebut!"

"Siap sayang."

Sebelum keluar Derren mengecek kondisi Cheryl lagi. Firasat dia tidak enak.

"Sana kerja, nanti telat loh."

"Iya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

......

"Payah, Payah!!"mereka berlari mengeromboli Payahnya yang barusan menuruni anak tangga.

"Aduh.."

"Kenapa hm?"

"Minta uang dong!"mereka menyodorkan lengannya.

"Buat apa? Bukannya kalian udah dikasih uang jajan bulanan?"

Vina dan Vani mengerucutkan bibirnya. "Payah gimana si? Ya udah habislah uangnya!"

"Tau nih. Uang Kia aja udah habis. Padahal Kia mau beli mainan makeup, makeupan!"

"Kia. Kamu masih kecil. Gak boleh pake makeup, nanti muka kamunya jadi rusak."Peringat Derren kepada anaknya.

"Bacot."

"Heh?!"Derren menoleh.

Ethan menopang dagunya. "Bacot."Ulanginya sekali lagi.

Derren benar-benar melotot. Anaknya sekarang sudah berani ngomong kasar seperti itu. Siapa yang ngajarin? Jangan-jangan si buaya itu? Atau si mbak jago?

"Ethan!!"geram Derren tertahan.

"Iya Payah?"

"Diajarin siapa kamu ngomong kayak gitu?"

"Sama Tante tomboy. Katanya 'bacot' itu 'iya'."

AJARAN SESAT!

Derren mengusap wajahnya. "Kalian pulang sekolah mau Payah jemput atau dijemput sama supir aja?"

"Kita mau jalan kaki!"

"No! Payah gak akan biarin kalian jalan kaki! Kalo kalian diculik gimana? Payah juga nantinya yang repot."

"Yaelah. Ngapain takut sama penculik? Takut itu sama Tuhan!"sahut Nathan yang memang benar apa adanya. Bukannya takut, tapi lebih waspada saja.

"Adanya penculik itu yang takut sama kita."Ujar Al yang di acungi jempol.

CHERYL [2] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang