42. | Rencana

142 13 1
                                    

Kejadian di ruang mayat, membuat mereka sangat trauma dan enggak mau lagi masuk ke dalam ruangan aneh.

Tapi itu semua tidak bagi Ethan. Balita itu malahan semakin menjadi-jadi. Ia ingin pergi ke kuburan tepat jam 12 malam, karna hanya ingin bertemu lagi dengan kepala buntung.

Sungguh mengherankan.

Hari sungguh cepat berlalu. Sekarang sudah hari libur lagi. Mereka pagi-pagi begini sudah nangkring di pinggir kolam renang, dengan baju renangnya yang sudah terpasang.

Kolam renangnya terdapat di area belakang rumah. Kolam renang itu sangat besar, dan banyak segala permainannya. Ada juga perosotan, dan bahkan air mancur.

Mereka sedang berkumpul melihat satu handphone yang sedang dipermainkan.

"Coba deh kamu beli mainan."

"Mainan apa?"

"Mainan buaya atau ikan paus gitu. Bial lenangnya jadi makin selu."

Ethan menyeringai. Ia mempunyai ide yang sangat licik. "Nanti kita keljain Payah yuk?"

"Keljain apa?"

"Kan kita beli mainan buaya-buayaan, nah telus kita suluh Payah belenang, pasti Payah bakal kaget ngeliat mainan buaya itu ntal dikila dia, itu buaya benelan. Pasti selu."

Mereka pada berbisik.

"Bagus tuh."

"Yaudah beli.."

Ethan mengotak-atik handphonenya membeli mainan itu di aplikasi online. Ia sudah bisa cara memakainya. Mainan itu akan dikirim besok dan palingan sampainya cuma 2 hari.

"Kita tunggu aja."

"Ndak sabal liat wajah Payah yang ketakutan."Mereka mulai membayangkan.

....

dua hari setelah memesan barang di online.

Suara ketokan pintu dan juga bell mulai berbunyi. Mereka sedang berkumpul di ruang keluarga dengan menonton tv dan bersantai dengan bermain hp. Tvnya di anggurin.

Mendengar suara paket, mereka langsung berbondong-bondong membukakan pintu.

"Paket atas nama Rafael?"

"Saya Lafael."

Tukang paket itu mengasihkan pesanan El. Mereka balik lagi ke dalam. Tak lupa pesananya sudah ia bayar.

Mereka mulai membuka barang itu, apakah ada yang rusak atau tidak.

"Wahh. Nanti kita susun stlategi oke?"

Mereka mengangguk dengan mengacungkan jempolnya, namun tidak dengan Azka. Azka sedang fokus dengan buku yang sedang ia baca.

"Ih mainan buayanya milip banget kayak yang asli. Gak salah beli mahal-mahal, memang sebagus ini balangnya."

"Setuju aku. Kita tinggal beli yang mainan pausnya aja. Kalo bisa beli mainan ulal-ulalan. Sama beli mainan kecoa, kodok. Nah sapaket. Pasti selu banget kalo di masukin ke kolom belenang."

"Sama halimau aja sekalian."Celetuk Rara sinis.

"Wah boleh tuh."

Rara menggelengkan kepalanya. "Setles!"

.....

"Belenang mengapaa engkau belenang. Bagaimana tak belenang engkau saja belenang."

Nyanyian ngaur yang keluar dari mulut balita bernama Ethan mampu membuat mereka geleng-geleng kepala.

"Kalian beli paket lagi?"tanya Cheryl sempat melihat bungkus paket yang terbuang di tong sampah.

Mereka saling bertukar pandang, memberi kode lewat mata yang mungkin sebagian dari mereka tidak paham atas kode yang diberikan.

CHERYL [2] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang