46. | Sesat

95 12 5
                                    

"MABUN KITA KANGEN!"dengan rasa rindu yang berat, mereka video call bersama Cheryl yang sedang menebar senyum di sebrang sana.

"Kalian apa kabar? Gak nakal kan?"tanya Cheryl dari telfon. Jujur, ia selalu khawatir atas anak-anaknya dan juga suaminya.

"Alhamdulillah baik kok. Em.. kita gak nakal kok Mabun."

Derren datang dengan menyahut. "BOONG!! MEREKA NAKAL!"

Cheryl menatap mereka tajam, sedangkan mereka hanya bisa cengengesan.

Mata Cheryl menyipit untuk melihat lebih jelas. "Kamu pasti kelelahan ya? Sampe kantung matanya hitam gitu."

Derren hanya bisa tersenyum. Ia jarang tidur karna tak bisa tidur.

Cheryl menghela nafas. Rasanya ingin cepat-cepat pulang. "Maafin aku ya. Karna aku, kamu jadi ke capekan gini."

"Ngapain minta maaf? Kan lagi gak lebaran sayang."

Cheryl dari sana hanya bisa mendengus. "Ih dasar. Yaudah, aku udah di panggil sama dokter."

"MABUN!! KITA MASIH KANGEN!"teriak mereka berebutan untuk mengambil handphone.

Prang!

Alhasil handphone tersebut jatuh ke lantai dengan kaca yang sudah retak.

Derren menghembuskan nafasnya.

"Masuk kamar!"suruh Derren datar. Sebelum Payahnya ngamuk, mereka segera memasuki kamar.

Salah satu dari mereka berbalik badan sebelum memasuki kamarnya. Dia turun kembali mendekati sang Payah dengan wajah yang sudah memerah dan mata yang berkaca-kaca. "Payah.. Azka kangen Mabun."Ucapnya dengan tangannya mengusap hidung yang sudah memerah.

Derren menarik Azka untuk duduk di pangkuannya. "Sabar Azka. Mabun kamu di sana lagi kerja. Nanti juga Mabun bakal pulang. Kamu disini cukup doa'in aja."

"Tapi Mabun di sana gak lama kan Yah? Kenapa kita gak di bolehin ikut ke sana? Azka mau ke sana, mau liat kondisi Mabun. Azka takut kalo Mabun kenapa-kenapa."

Derren tersentuh. Ia tersenyum hangat. Anaknya yang satu ini memiliki hati yang lembut.

"Kamu tadi udah liat kan? Kondisi Mabun kamu juga baik, kalo gak baik ya gak mungkin kamu bisa video call tadi."

Azka mengangguk. "Tapi Azka pernah mimpiin Mabun. Di mimpi Azka itu, Mabun lagi di pasangin alat-alat gitu."Jujurnya mengingat mimpi semalam.

Derren sedikit terkejut mendengarnya. "Itu cuma mimpi. Mimpi itu cuma bunga tidur."

"Tapi firasat Azka gak enak Payah."

Derren menghela nafas. Ia harus mengalihkan topik pembicaraan agar tidak terlarut ke masalah yang sebenernya. Derren juga tak ingin anaknya kepikiran.

"Eh udah siang. Ayok tidur siang."Ajak Derren saat matanya melihat ke arah jam yang menunjukan pukul jam satu siang.

Azka hanya bisa mengangguk.

.....

Perlahan matanya mulai terbuka. Derren mengusap-ngusap matanya mengubah posisinya menjadi duduk. Ia melihat anak-anaknya sudah tertidur dengan pulas.

"Gue harus ke rumah Reza."

Dengan tergesa-gesa, Derren langsung turun kebawah dan mengunci pintu rumah takut ada yang masuk dan menculik anak-anaknya itu.

Rumahnya dengan Reza pun tak berjauhan. Hanya butuh beberapa menit untuk sampai. Jalan kaki pun bisa.

Derren menancap gas motor ninjanya yang baru di beli kemarin. Ia akhir-akhir ini suka mengoleksi berbagai macam motor Ninja, KLX, dan lain-lain. Gagasi rumah pun sampai penuh oleh motor serta mobil-mobilnya yang tak kalah banyak. Sepertinya Garasi nya kurang, jadi Derren akan membuat Gagasi yang baru untuk koleksi motor dan mobilnya.

"Suntuk gue di rumah terus. Mending balapan."Niatnya ke rumah Reza hanya ingin meminta Reza untuk menjagai anak-anaknya nanti malam.

Derren butuh refleshing dengan cara balapan yang memang sudah hobinya sejak lama.

Dug..dug..dug..

Motornya berhenti di pinggir jalan. Sial, motornya mogok.

"Anjir, gue beli nih motor mahal-mahal malah mogok. Gimana atuh sia mah!"Derren memukul motor itu kesal. Terpaksa ia jalan kaki dan meninggalkan motor barunya di situ.

Berhubung disitu sudah dekat dengan rumah Reza, Derren langsung lari cepat dan berakhir sampai.

"Za!"

"ZA!"

"REZAAA!"Derren berteriak di dalam rumah orang lain. Dia sama sekali tak melihat Reza di dalam rumah ini. Kemana makhluk itu?

"Di butuhin malah ngilang."

"BERISIK!"teriak seseorang dari atas tangga.

"Lo lagian gue panggil-panggil kagak nyahut. Cepet sini."

"Kenapa sih? Datang ke rumah orang bukannya ngucap salam atau bawa makanan, malah marah-marah gajelas."

"Ck, bawel lo kayak emak-emak."

"Jadi gue kesini itu mau minta bantuan sama lo."

Reza tergelojak. "Minta bantuan apa?"

"Nanti malam gue mau balapan. Lo jagain anak-anak gue di rumah sampai gue pulang."

Reza menggeleng. Ia melambaikan tangannya ke kamera. "Ogah!"

Derren berdecak. Ia mengeluarkan dompetnya mengambil beberapa uang merah dan langsung melemparnya ke arah wajah Reza. "Masih gak mau?"

Reza memunggut uang yang berjatohan di lantai. Sayang kalo di tolak. "Nah gitu dong. Lo mau balap jam berapa?"

"Jam 10. Palingan gue balik jam 4 shubuh."

"ANJ!"Reza refleks berteriak. Matanya melotot.

"Ngapain balik jam 4 bego?"

"Bosen. Gue juga sekaligus mau mampir ke markas mau liat kondisinya kayak gimana."

Reza menepuk bahu sahabatnya berharap sahabatnya itu sadar. "Lo ada sepuluh anak yang harus lo jaga Ren. Sadar, sekarang lo udah jadi orang tua. Jangan berasa kayak anak muda lagi. Anak-anak lo itu butuh lo! Mereka udah di tinggal sama Mabunnya ke luar negri, masa mereka mau di tinggal juga sama lo ke alam ghoib?"

Derren mengeplak kepala Reza keras. "Alam ghoib mata lo!"

"Siapa tau pas lo balapan motornya gabut dan nantang maut."

"Lo kalo ngomong bikin orang darah rendah aja anjing!"

"Darah tinggi coy."

"Oh iya, aing forget."

"Mana ada bahasa sunda sama bahasa inggris nyatu."

"Ada aja. Emangnya lo sama dia yang gak bisa bersatu."

Mereka terbahak. Sudah lama tak kumpul, sekalinya kumpul kurang satu orang. Masa-masa muda memang sangat di rindukan apa lagi sekarang yang gak bisa kumpul atau nongkrong bareng.

"Kata bini gue tadi, perkiraan mereka pulang minggu depan."

"Serius lo?"

"Lo mau gue seriusin? Yuk ke KUA."

"Najis!"sembur Derren bergidik jijik.

"Hahaha."

"Lo gak ada niatan mau cari istri baru gitu?"tanya Reza sesat.

Derren menggeleng. Ia mengambil sebatang rokok dan menghisapnya.

"Sesat anying!"

"Gue udah kepikiran kesitu sih Ren. Gue mau nyari bini baru!"seru Reza sangat bersemangat. Mumpung istrinya tak ada disini jadi tak ada yang mengawasinya. Reza merasa bebas. Aura playboynya mulai keluar kembali.

"Ngucap Za, ngucap. Siapa tau istri lo di sana ke cantol sama bule-bule yang lebih ganteng di banding wajan gosong kayak lo."

Reza jadi sadar. Kenapa dia sangat tak kepikiran sampai situ? "Gak mungkin istri gue selingkuh sama buleben. Gue sama si buleben aja masih jagoan gue kalo gombal."

"Ck, iyain aja dasar titisan setan."

CHERYL [2] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang