36. | Lima tahun kemudian

200 18 0
                                    

Di tanggal ini, bulan ini, hari ini, detik ini, anak kembar identik itu genap memasuki usia lima tahun.

Mereka sudah berkembang dan menjadi lebih aktif. Sifatnya pun mulai keluar. Ternyata sifat Derren menurun ke anak-anaknya.

Mereka mulai mengeluarkan sifat bandelnya yang tak tertulung.

Cheryl memijat pelipisnya. Kepalanya pening saat mengurusi anak-anaknya yang sangat bandel itu. Sekarang hari libur. Kesepuluh kembar itu sedang bermain di depan halaman rumah. Mereka pada bermain di got dengan menyipratkan kesana-kemari air berwarna hitam itu. Bahkan seluruh anggota tubuh mereka sudah terkena air kotor nan bau.

"AssalamーAstaghfirullah!"Derren mengusap dadanya kaget. Baru saja turun dari mobil, ia sudah mendapat pemandangan yang sangat tidak bagus.

Derren menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat kelakuan mereka. Setiap ia pulang, pasti ada saja kelakuan mereka yang membuat dirinya geleng-geleng kepala.

"Anak-anak.."

Mereka semua menoleh. Mereka saling membantu untuk keluar dari got sempit itu namun sangat pas buat mereka bersepuluh. Mereka berlarian kecil menghampiri sang Payah.

Derren menjauh saat anak-anaknya hendak memeluk dirinya. "No! Kalian ke dalam terus mandi!"

Mereka menghembuskan nafasnya kecewa.

"Kalian kenapa main di got? Disana banyak kuman! Ih jorok!"Derren menutup hidungnya saat mencium aroma yang sangat tidak enak.

Salah satu dari mereka berseru. "Emang kenapa? Selu tau! Coba deh Payah ikutan!"

"Seru apanya? Got itu bau! Bekas air kencing! Terus suka ada yang kuning-kuningnya! Kalian gak jijik! Banyak kumannya ituu."

Mereka saling bertatapan satu sama lain, lalu tersenyum miring.

"EHHHHH!"Derren berteriak saat dirinya diseret oleh kesepuluh manusia kecil itu.

"PAYAH MAU DIBAWA KEMANA?"

"MONYET!"Derren mengumpat saat ia di dorong dan tercebur ke dalam got.

Mereka semua tertawa, seakan-akan puas mengerjai Payahnya.

"KALIAN!"Derren melotot, mereka segera ngacir ke dalam dengan tawa yang menggelengar.

"Payah mau Azka bantu?"Azka menyodorkan sebuah tangan munggilnya.

Derren tersenyum. Sepertinya, anaknya yang waras cuma Azka seorang. Disaat yang lain pergi dan menertawainya, cuma Azka yang membantunya.

"Jangan Ka. Payah bisa sendiri."Derren naik. Seluruh pakaiannya ternodai dan basah dengan air got itu.

Derren mual. Matanya melotot saat melihat yang kuning-kuning menempel pada setelan jas kerjanya. "KALIAN! PAYAH BAKAL HUKUM KALIAAANNNN!"

.....

Derren memasuki rumahnya dengan raut kesal. Anak-anaknya memang benar-benar ngeselin. Jika saja mereka bukan anaknya, dipastikan sudah habis waktu ini juga.

Cheryl terkejut. Ia tertawa. "Kamu.. pfttttt...."

Derren mencebikkan bibirnya kesal. "Kamu mah. Suaminya lagi dapat musibah malah diketawain. Jahat banget."

"Ya lagian kamu. Udah gede kok masih mainan di got?"ujarnya disela-sela ketawa.

"Mereka noh yang bikin aku kayak gini."

"MABUNNN! AL NGOBOK-NGOBOK TEMPAT EE!"

Teriakan itu membuat mereka berdua sama-sama terkejut. Mereka segera berlari ke kamar mandi untuk mengecek keadaan disana.

CHERYL [2] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang