21. merasa bersalah

1K 128 19
                                    

**

Yoongi ikut bergabung dengan teman-temannya di ruang tamu villa mewah ini. Setelah menidurkan Jisung yang sedikit rewel tadi. Yoongi meneguk Soju dengan cepat sembari mendengarkan arah perbincangan teman-temannya.

"Besok ke taman bunga saja. Inikan awal musim semi, jadi, bunga-bunga pasti sudah bermekaran dengan indah. Aku tahu tempatnya di daerah sini," ucap Seokjin yang berperan sebagai tour guide dalam liburan kali ini. Ia juga yang memesan villa dan mengatur semuanya.

"Aku sih setuju saja dengan kau kak. Jadi, aku duluan ya. Tubuh mulusku ini sedang ingin mandi," ucap Jimin yang mendapat hadiah lemparan bantal pada kepalanya. Siapa lagi yang melakukannya kalau bukan yang termuda, Jungkook.

"Sopan sekali kau Kook," ucapnya yang dibalas tatapan tanpa dosa si pelaku yang membuat Jimin ingin sekali membalas lemparan Jungkook jika saja bantal soffa itu tidak di rebut oleh Namjoon.

"Sudah sana! Katanya mau mandi."

Jimin mengangguk. Kemudian ia beranjak dari sana dengan raut kesalnya. Jimin memasuki kamarnya. Didapatinya Lucas yang tengah tertidur. Jimin tersenyum tipis. Ia mengambil handuknya kemudian memasuki kamar mandi.
Setelah beberapa saat, Jimin keluar dengan wajah segarnya. Jimin menghampiri Lucas., Berniat untuk merapikan selimut Lucas yang berantakan. Tetapi, ia malah disuguhkan dengan wajah pucat pasi sang keponakan.

"Lucas." Ia mengguncang pelan tubuh lemas itu. Tidak ada sahutan. Hingga netranya menyadari bahwa nafas anak itu tidak teratur. Jimin semakin takut dan ia semakin keras mengguncang tubuh Lucas.

"Kim Taehyung, cepat kemari!" Teriaknya.

**

"Sayang tolong bertahan nak," batin Taehyung.
Ia menunggu dengan cemas di depan ruang rawat. Ia membawa Lucas di klinik terdekat. Tidak ada rumah sakit di area pesisir ini. Jikapun ada, itu terlalu jauh dan Lucas butuh pertolongan cepat.

Di ujung lorong yang tidak terlalu panjang. Sesosok kakaknya datang. Merangkulnya dan memberi kata penenang untuknya. Taehyung menangis juga akhirnya. Tadi, ia menahannya. Ia tidak boleh menangis saat anaknya membutuhkannya.

"Tidak apa. Aku tau Lucas itu anak yang kuat. Kau harus yakin Tae, Lucas akan baik-baik saja. Percaya sama Lucas. Ia akan tetap berjuang untuk bersama kita."

"Aku... Hiks, aku bahkan terus menyakinkan diriku untuk Lucas. Tapi.. hatiku selalu diselimuti rasa takut kak."

Namjoon, sosok kakak yang menyusulnya itu tersenyum tipis. Tangannya terulur mengusap air mata Taehyung yang menetes.

"Sudah. Jangan menangis. Terkadang hati memang tidak sinkron dengan fikiran. Tapi kau juga harus lihat. Lucas bisa bertahan,kan sampai sekarang? Dengan penyakit mematikan itu."

"Aku papa yang buruk. Aku tidak pantas menjadi papanya."

"Hey... Kau sangat pantas Tae."

Taehyung menatap Namjoon dengan mata merahnya.
"Kau tau sendiri kan, kak. Aku, sudah menelantarkannya sampai enam belas tahun. Aku pernah menyalahkannya atas kematian istriku. Bahkan, aku pernah tidak menginginkannya. Aku pernah menyakitinya dengan kata-kata kasarku. Tetapi, dia dengan baiknya, menerimaku. Memaafkan semua kesalahanku."

Namjoon kembali merengkuh tubuh adiknya itu.
"Sudah cukup Tae. Aku memang tidak membenarkan kelakuan mu dulu. Tapi, bukankah Lucas memberimu kesempatan untuk kau memperbaikinya? Kau tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini kan?" Namjoon melepas pelukannya. Ia menegakkan bahu Taehyung sembari tersenyum.

"Ayo.. tetap kuat untuk Lucas."

Taehyung mengangguk. Ia menghapus air matanya dan membalas senyuman Namjoon.
"Aku akan membahagiakannya dan mengorbankan apapun untuk anakku kak," ucap Taehyung dengan penuh keyakinan.

LUCASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang