**
Saat ini, Lucas sedang menonton televisi sembari memakan biskuit. Ia sedang menunggu kepulangan Taehyung, seperti biasa. Setiap malam pasti ia akan menunggu Taehyung sampai ketiduran.
Hal ini sudah terjadi selama beberapa bulan ia hidup bersama papanya.Menurutnya, papanya itu terkesan menghindarinya dan acuh terhadapnya. Taehyung jarang, bahkan tidak pernah mengajaknya berbicara.
Mata bulat Lucas berbinar, tatkala mendengar suara mobil dari luar rumahnya dan itu pasti, Taehyung, papanya.
Kaki kecilnya berlari menuju pintu utama. Dan tepat ia menginjakan kaki di depan pintu, Taehyung sudah berada di depannya."Malam papa," sapanya sembari tersenyum lebar. Taehyung menatapnya acuh dan berlalu begitu saja.
"Papa lelah, ya?" Tanyanya sembari mengikuti langkah sang papa.
"Papa."
"Diam kau! Berisik." Ucapan Taehyung, membuat Lucas menunduk takut.
"Papa marah? Lucas nakal?" Tanya Lucas dengan lirih.
"Jika kau ingin hidup bersama ku, kau jangan menggangguku. Sekolah saja dengan rajin. Ukir prestasi agar hidupmu itu sedikit berguna." Setelah mengucapkan kata-kata yang menyakitkan, Taehyung memasuki kamarnya.
Lucas menunduk, air matanya keluar begitu saja. Lucas itu, tidak bisa di bentak dan dimarahi. Karena sejatinya, kakek dan nenek tidak pernah memarahinya.
Ibu guru privatnya dulu, juga selalu berbicara lembut.
Dan sejak dulu, papanya jika berkunjung juga tidak pernah berbicara dengannya.
Dan teman? Lucas tidak pernah memilikinya.Lucar berjalan pelan memasuki kamarnya yang berada tepat di sebelah kamar papa.
Lucas mendudukkan dirinya di meja belajar. Ia meraih buku tebalnya dan mempelajarinya. Padahal, jam sudah menunjukan pukul sebelas malam. Tapi bocah itu tak memperdulikan. Kata papa, Lucas harus pintar agar hidupnya berguna?**
Lucas menjalani hidupnya dengan begitu keras selama berbulan-bulan ini. Kata-kata papanya begitu terngiang dan membuatnya merasa tak nyaman jika tidak belajar.Setiap pagi ia akan sarapan sendiri, berangkat sekolah di temani sopir. Pulang sore dan langsung belajar hingga larut.
Dan itu membuahkan hasil. Ia mendapat juara dua di pertengahan semester pertama ini.Lucas menggenggam raportnya dengan bangga sembari menunggu papa. Kali ini di ruang tamu.
Begitu Taehyung pulang, mata bulat Lucas berbinar, senyum manis tercipta di bibir tipisnya. Kaki kecilnya membawanya ke sang papa yang sedang menatapnya diam.
"Papa, Lucas mendapatkan juara dua," ucapnya pamer sembari menyodorkan raportnya.
"Bagus. Lain kali harus juara satu," balas Taehyung singkat.
"Papa tidak ingin melihatnya?"
"Aku sedang lelah Lucas. Mengertilah, aku ini bukan seorang pengangguran.
Bibi Lim, tolong siapkan perlengkapan besok. Aku akan ke Thailand.""Papa mau menemui mama? Lucas ikut, papa!"
"Tidak."
"Lucas ingin sekali bertemu mama."
"Kau tidak tahu malu sekali. Kau itu penyebab istriku mati dan kau, tidak boleh menginjakkan kakimu di makam istriku."
Lagi, Taehyung menggoreskan luka di hati bocal empat belas tahun itu."Papa, besok Lucas ulang tahun sekaligus hari kematian mama. Selama ini Lucas tidak pernah merayakan ulang tahun karena mama. Lucas sayang mama.
Lucas tidak ingin terlahir jika itu membuat mama pergi. Lucas tidak pernah meminta untuk dilahirkan, papa.
Lucas juga merasa sakit dan bersalah," anak itu berucap dalam hati. Air matanya merembes."Dasar cengeng." Setelah itu, Taehyung benar-benar pergi.
Lucas kembali duduk di sofa ruang tamu. Ia Masih terisak dengan memeluk raportnya.
"Mama, maafkan Lucas. Lucas ingin menemui mama, tapi papa melarang. Maafkan Lucas, mama, karena belum pernah berkunjung," batinnya.**
Lucas sedang menunggu paman sopir di halte depan sekolahnya. Ia terduduk sembari menggoyakngkan kakinya yang tergantung dengan bosan. Diiringi dengan lantunan lagu yang tampak sopan jika di dengar.
Sebuah mobil sport berwarna coklat berhenti tepat di depan halte. Atensi Lucas teralihkan, mencoba melihat siapa si pemilik mobil mahal itu."Paman Yoongi?" Ucapnya lirih.
Yoongie, si pemilik mobil itu menurunkan kaca mobilnya. Menatap Lucas dengan wajah datarnya.
"Naiklah!" Pintanya."Lucas sedang menunggu Paman sopir," balas Lucas. Yoongi memutar bola matanya malas.
"Paman sopir mu sedang ada keperluan mendadak. Papamu menyuruhku untuk mengurusmu. Cepatlah naik!"
Lucas menurut. Ia duduk di samping Yoongi.
"Kenapa tidak paman Jimin saja? Atau paman Jungkook? Atau paman Hoseok? Mereka bertiga sangat asyik jika Lucas ajak main game.""Mereka sedang sibuk Lucas."
"Lalu, paman Yoongi? Menganggur!"
"Hanya aku yang memiliki jadwal kosong. Ikutlah aku ke perusahaan, aku akan menyelesaikan pekerjaan ku sebentar."
Tepat setelah berucap, mobil Yoongi telah sampai di depan gedung pencakar langit.
Yoongi memang mengabdikan diri di agensi lamanya, sebagai komposer lagu serta rapper tentunya.Lucas menggenggam jaket yang dikenakan Yoongi dengan erat. Ia menunduk, sepanjang perjalanan memang, ia Mejadi pusat perhatian para karyawan. Yoongi yang jengah, menghentikan jalannya.
"Semuanya, perkenalkan, Lucas, keponakanku," ucapnya. Setelahnya ia kembali berjalan dengan menggandeng Lucas. Tak peduli dengan pertanyaan-pertanyaan yang di ucapkan oleh beberapa karyawan itu.
Sudah dua jam Yoongi berkutat dengan komputernya, mengerjakan sebuah lagu yang akan dinyanyikan oleh artis besar. Dan sudah dua jam pula, lelaki kecil itu menunggu. Menunggu pamannya yang katanya sebentar itu.
Lelaki kecil itu, Lucas , lagi-lagi menghela nafas sabar.
Lucas memilih untuk bermain game di ponselnya. Hitung-hitung, untuk mengisi kebosanan.
Ia tak ingin mengganggu paman Yoongi yang sudah repot-repot menjemputnya.Sedang asik dengan game di ponselnya, ia di kagetkan dengan cairan merah yang keluar dari hidungnya. Lagi-lagi, terjadi.
Lucas dengan cepat, mengusap hidungnya dengan tissue yang berada di atas meja."Kenapa mimisannya tidak mau berhenti, sih?" Lucas membatin. Ia tak ingin paman Yoongi tahu kalau dirinya mimisan. Lebih tepatnya, ia tak ingin merepotkan siapapun.
Lucas sudah terbiasa mandiri beberapa bulan ini."Lucas, kau kenapa?" Yoongi berjalan cepat menghampiri Lucas. Ia berjongkok di depan Lucas. Mengambil tissue dan mengelapnya dengan lembut.
Lucas membiarkan pamannya itu mengurusnya, kepalanya terlalu pusing. Dan ia kembali mengingat papa. Lucas rindu papa yang juga pernah melakukan apa yang sekarang paman Yoongi lakukan."Papa, hiks.." Lucas menangis.
"Hey, Lu, papamu sedang menjenguk mamamu. Kau bersama paman dulu ya.
Sekarang jangan mendongak, agar darahnya tidak tersumbat!
Setelah ini, kita ke rumah sakit saja ya? Kau terlihat pucat, Lu."Lucas menggeleng.
"Lucas ingin pulang paman. Lucas ingin tidur saja.""Baiklah, kita ke rumah paman ya, kau akan bertemu bayi paman yang menggemaskan."
"Lucas ingin pulang ke rumah Lucas, paman." Lucas menatap Yoongi dengan sendu.
Yoongi menghela nafas pelan."Baiklah. Tapi, setelah mimisanmu berhenti!" Lucas mengangguk.
"Terimakasih, paman."
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCAS
FanficSeiring berjalannya waktu, Lucas mengerti. Bahwa, hadirnya adalah bencana bagi kehidupan papa. Hadirnya adalah penghancur masa depan papa. Lucas terima hukuman dari Tuhan untuknya. Segala rasa sakit itu, akan Lucas terima. Tetapi, kenapa disaat ia...