29. cerita salju pertama?

801 112 25
                                    



**



Lucas mengerjabkan kedua matanya. Rasa mual dan pusing langsung menghampirinya. Tanpa memperdulikan infus yang masih terpasang apik di punggung tangannya, ia berlari ke toilet yang berada di dalam kamarnya. Dan suara dentingan tiang infus yang beradu dengan lantai berhasil membuat Kannika terbangun dari tidurnya. Sedari tadi, ia memang tertidur di samping Lucas.

Lucas memuntahkan cairan merah. Tubuhnya bergetar hebat. Lucas takut darah. Setiap kali ia mimisan dulu, papa selalu merawatnya dengan baik. Isakan kecil keluar dari bibir manisnya.

"Lucas." Suara itu berhasil mengalihkan atensi Lucas. Ia dan Kannika saling bertatap. Detik selanjutnya, tangisnya kembali pecah. Kannika dengan cepat memeluk tubuh ringkih itu.

"Maaf ibu, hiks... Maaf sudah merepotkan ibu."

Kannika menggeleng. Ia mengelus surai Lucas dengan berlinangan air mata.
"Lucas tidak merepotkan ibu. Lucas yang tenang ya!, Jangan nangis, jangan panik."

Kannika melepas pelukan itu. Dengan telaten ia membersihkan sisa darah di bibir Lucas, pun menyeka darah di tangan Lucas.

"Sekarang sudah bersih. Ayo! Kembali ke ranjang." Kannika memapah tubuh lemah Lucas yang masih terisak itu.
Bersamaan dengan itu, Bambam datang dan dengan cepat ia membantu sang istri.

"A...ayah."

"Iya ini ayah. Ada yang sakit? Hemm."

Lucas menggeleng. Lucas bersandar pada bantal yang telah di tumpuk oleh ibu. Mata bulatnya menatap ayah dan ibu secara bergantian dan sedetik kemudian tangisnya kembali pecah.

Hiks.. hiks..

"Lho, kenapa menangis sayang?" Bambam memeluk Lucas dari samping sembari menatap istrinya meminta penjelasan.

"Maaf... Hiks... Maaf, telah merepotkan ayah."

"Lucas tidak merepotkan ayah dan ayah tidak merasa di repotkan Lucas," ucap Bambam. Ia melepas pelukannya. Tangan besarnya mencakup wajah kecil Lucas untuk menghadap kearahnya.

"Dengarkan ayah nak! Ayah tidak akan bertanya kenapa Lucas meminum pil itu dengan banyaknya. Ayah hanya ingin menyampaikan, bahwa Lucas itu berharga bagi kami. Lucas adalah anak yang pintar, periang, penurut, dan tidak nakal. Kehadiran Lucas adalah anugerah bagi kami. Jadi, jangan pernah berfikir untuk mengakhiri hidup ya nak, karena itu sangat menyakiti hati ayah dan ibu" Bambam berucap dengan begitu lembutnya.

Dengan isakannya, Lucas mengangguk. Ia melirik ibu yang masih berdiri di samping ranjang. Ibu tersenyum dan Lucas menghapus air matanya. Ia merentangkan kedua tangannya. Berniat meminta pelukan dari ibunya.

"Lucas sayang ibu dan ayah. Terimakasih sudah menerima Lucas."

"Ibu lebih sayang Lucas. Maafkan atas sikap ibu kemarin-kemarin ya sayang." Lucas mengangguk dalam pelukan keduanya. Sementara Bambam, tersenyum lega. Ia berhasil menyatukan keluarganya kembali.

**

"Ayah, kata Mark temanku, saat salju pertama turun, meminta permohonan bisa di kabulkan?" Mata bulat indah itu menatap Bambam dengan tatapan polosnya.

"Benarkah? Ayah baru tau lho."

"Ih, ayah, mau tanya sama ibu saja deh."

"Mau tanya apa?" Kannika datang dari arah dapur dengan membawa nampan berisi satu cangkir kopi dan satu gelas susu.

"Minum susu dulu ya sebelum berangkat!"

"Baik ibu." Lucas meminum susu cokelatnya dengan khidmad.

"Tadi, mau tanya apa?" Tanya Kannika saat Lucas telah menyelesaikan minumnya.

LUCASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang