33. selesai

1.8K 126 36
                                    

  **

  Bambam menatap tubuh lemah Lucas
dengan berlinangan air mata. Ia tak sanggup mendekat. Tubuh mungil itu seakan tertutupi oleh alat-alat medis yang awam untuknya. Ia pernah melihatnya, dulu, sekitar sepuluh tahun lalu tubuh Lucas juga seperti ini. Dan kali ini, ia harus menyaksikannya lagi.
Dulu, Lucas berhasil selamat, berhasil berjuang setelah tiga puluh hari tertidur. Tapi sekarang, ia harus menelan kenyataan pahit dan menunggu keputusan Taehyung untuk melepas Lucas.

Perlahan, ia mendekat dengan tubuh yang gemetar. Di usapnya anak rambut yang menutupi dahi Lucas yang terlilit perban dengan lembut.
"Lucas, ayah ikhlas. Lucas boleh pergi menjemput kebahagiaan Lucas. Ayah ikhlas jika Lucas menyerah," bisiknya lirih.

"Di kehidupan selanjutnya, semoga kita dipertemukan ya nak," ucapnya. Ia tersenyum tipis dengan linangan air mata. Bambam mengecup kening yang tertutup perban itu lama. menikmatinya seakan itu momen terakhir untuknya dengan Lucas.


**

Taehyung terduduk dengan tatapan kosong di kursi depan ruang icu. Untuk saat ini Taehyung benar-benar ingin egois. Ia ingin Lucas ada di sampingnya, menemaninya hingga ia tua nanti sampai sang ajal menjemputnya terlebih dahulu. Taehyung ingin memberikan yang terbaik untuk hidup Lucas. Taehyung ingin memberikan limpahan kasih sayang seperti ayah anak pada umumnya.

Tetapi, Taehyung belum terlambat kan? Masih ada satu persen kemungkinan untuk Taehyung mewujudkan semuanya.
Tetapi, satu persen itu terjawab saat paramedis berlarian memasuki ruang icu dan Taehyung mendengar dengungan panjang elektrokardiograf.

Taehyung reflek berdiri. Memaksa masuk saat salah satu suster menahannya, pun dengan Namjoon yang menahan tangannya.

"Kak, anakku tidak akan pergi kan?" Tanyanya lirih. Air matanya kembali menetes. Taehyung adalah, definisi kacau yang sesungguhnya.

"Tidak, tidak. Lucas akan selalu bersama kita," balas Namjoon. Ia memeluk sang adik. Berusaha menenangkan walaupun hatinya sama kacaunya. Tetapi ucapan Namjoon tidak terbukti, saat dokter keluar dengan wajah sendunya sembari mengumumkan waktu kematian sang anak tepat pada pukul 00:00 tanggal lima Desember.

Taehyung menggeleng, ia belari kedalam. Berteriak kepada beberapa perawat yang sedang melepas alat-alat medis dari tubuh anaknya.
"Apa yang kalian lakukan? Kalian ingin membunuh anakku?" Taehyung menepis tangan perawat-perawat itu. Ia memeluk sang anak dengan erat. Seakan tidak membiarkan satu orang pun menyentuhnya.

"Lucas bangun nak, kau tidak boleh meninggalkan papa sendiri disini. Kau tidak boleh pergi. Lucas, ayo bangun! Buka matamu nak. Lucas!" Taehyung mengguncang tubuh tanpa nyawa itu. Taehyung menangis keras. Kenapa takdir begitu jahat terhadapnya? Kenapa takdir selalu membuat orang tersayangnya pergi satu persatu? Tetapi, bukankan setiap pertemuan pasti ada perpisahan? Agaknya Taehyung melupakan itu.

Jimin merengkuh tubuh Taehyung yang masih menguncang bruntal tubuh Lucas.
"Berhenti Tae, kau bisa menyakitinya," ucapnya.

"Lucas harus bangun Jim. Tolong bangunkan Lucas untukku! Tolong."

"Lucas sudah bahagia. Kau tidak boleh menahannya Tae, ikhlaskan."

"Tidak Jim. Aku... Aku belum sempat meminta maaf. Aku... Ayah yang gagal."

"Jika kau merasa seperti itu, ikhlaskan. Biarkan Lucas menjemput kebahagiaannya." Jimin tidak bisa menyangkal apa yang diucapkan sang sahabat karena itu benar kenyataannya. Jika Taehyung adalah... Ayah yang gagal.

Mata onix Taehyung menatap ke bibir pintu. Dilihatnya papanya yang tengah mematung melihat sang cucu yang sudah terbaring kaku.

"Apa yang terjadi? Ini tidak benar kan?" Papa Kim mendekat.

LUCASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang