**
Malam memang sudah tergantikan oleh siang yang tidak memunculkan rupa sang Surya karena badai salju. Seakan sang Surya sedang memberi kesempatan untuk salju menjatuhkan dirinya dimuka bumi.
Lucas menatap malam yang bersalju dari balik jendela kamar inapnya. Terdiam dengan tatapan kosong tak berarti.
Diam-diam Bambam memperhatikan raut kosong dari kursi samping blankar itu. Tadi, Lucas sempat tantrum. Meraung mencari nenek dan papa. Dokter tidak berani menginjeksikan obat bius karena akan beresiko untuk operasinya besok.Bambam menggenggam tangan Lucas dengan lembut.
"Nak, dengarkan ayah! Kau harus semangat ya. Lucas harus sembuh agar bisa ketemu papamu lagi." Bambam berucap dengan lembut."Aku... Anak pembawa sial yah. Lucas yang membuat nenek tertabrak dan berdarah. Lucas yang membuat nenek terluka." Lucas mengalihkan perhatiannya ke wajah menenangkan ayah. Mata bulatnya berkaca-kaca. Tubuhnya bergetar kala mengingat kejadian itu. Dengan segera Bambam membawa Lucas ke pelukannya. Tubuh mungil itu semakin kurus.
"Tenang sayang. Kau tidak bersalah. Itu murni kecelakaan bukan karena Lucas. Lucas tidak boleh seperti ini ya nak! Besok Lucas harus operasi agar Lucas terbebas dari penyakit Lucas."
"Lucas tidak ingin Operasi ayah. Lucas ingin nenek. Lucas ingin nenek! LUCAS INGIN BERTEMU NENEK." Kembali, tubuh itu kembali bergemetar hebat. Lucas menangis sembari berteriak. Kakinya menendang-nendang bebas. Ia kembali tantrum. Bambam memeluknya, mencoba menahan tubuh kecil itu agar tidak terluka.
Kannika yang sedari tadi menyimak interaksi Bambam dan Lucas pun dengan cepat menekan tombol darurat.Tidak berapa lama, dokter datang dengan dua perawat. Dan terpaksa dokter menginjeksikan obat penenang dan operasi terpaksa di tunda beberapa jam besok.
Pergerakan Lucas memelan. Ia menatap sayu ayah yang menangis.
"Ayah, Lucas takut," ucapnya lirih sebelum kesadarannya terenggut oleh obat yang mengalir dalam tubuh ringkihnya.Bambam menjatuhkan air matanya. Hatinya hancur, melihat seberapa rapuh tubuh ringkih itu. Kenapa anak sekecil itu harus menjalani takdir yang jahat?
**
Seminggu setelah kematian ibunya, Taehyung kembali kepada kehidupannya sebelumnya. Bahkan, ia semakin gila kerja. Ia berangkat pagi dan pulang selalu larut malam. Makan pun jika tidak di ingatkan oleh ayahnya ataupun Jimin, ia terkadang lupa.
Taehyung berusaha membiasakan dirinya tanpa mama dengan mengalihkan semuanya ke pekerjaan. Setelah mendapat notifikasi email dari Johnny, dokter yang merawat Lucas di Italia, ia mengepalkan tangannya. Isi email memang tidak buruk. Mengabarkan bahwa Lucas telah sembuh sepenuhnya dari kanker. Tapi, entah kenapa mendengar nama anak itu membuatnya tersulut emosi hingga ia menggebrak meja kerjanya yang terbuat dari kaca itu hingga retak."Tae, apa yang terjadi?" Jimin muncul dari balik pintu dengan wajah paniknya.
"Tidak apa-apa," jawab Taehyung datar. Jimin menghela nafas pelan sembari mendekati sahabatnya itu.
"Lalu apa yang membuatmu menggebrak meja?"
"Kau terlalu banyak tanya Jim."
"Baiklah-baiklah. Aku tidak akan bertanya." Jimin dengan sengaja memutar laptop Taehyung, dan membaca dengan cepat isi dari email itu.
"Syukurlah, Lucas sembuh." Jimin tersenyum senang. Hatinya lega luar biasa. Selama seminggu ini, ia dan paman Kim, ayahnya Taehyung berusaha keras untuk mencari Lucas pasca kejadian itu. Dan bersyukur Bambam segera menghubungi Jungkook, yang merupakan teman dekatnya jika Lucas telah bersamanya. Pun juga memastikan berita tentang kematian ibu Kim.
"Apa kau akan menjemputnya, Tae?" Tanya Jimin dengan hati-hati. Ia takut jika sahabatnya ini akan mengamuk. Karena semenjak kematian ibunya, mental Taehyung menjadi down sekali.
"Aku tidak sudi menjemput orang yang telah membunuh mamaku."
"Tae, kau.."
"Keluar jika kau masih ingin membahasnya," ucap Taehyung yang kembali memfokuskan dirinya dengan dokumen-dokumen penting miliknya. Jimin menghela nafas pelan. Kemudian ia keluar dari ruangan mewah Taehyung sembari merapalkan ucapan baik untuk sahabatnya itu.
Jimin menelepon paman Kim saat kembali ke ruang kerjanya.
"Halo paman.""Ada apa Jim?"
"Tadi aku Sampat membaca email Taehyung dari dokter yang merawat Lucas. Beliau mengabarkan bahwa Lucas telah sembuh dari leukimianya."
Diseberang sana, paman Kim nampak meneteskan air matanya. Terharu akan berita membahagiaka ini.
"Syukurlah.""Apa paman akan menjemputnya? Tadi aku sempat bertanya kepada Taehyung tetapi dia malah mengusirku."
"Paman akan berbicara kepada Taehyung dahulu. Tapi, Jim, apa kau punya nomor ponsel dokternya Lucas?"
"Tidak, paman. Tetapi aku punya nomor Bambam. Dokter itu ternyata adik ipar dari Bambam. Jika paman membutuhkannya, aku akan segera mengirimkan."
"Tolong ya Jim."
"Baik paman."
**
Kepopuleran Taehyung tidak pernah memudar semenjak dulu. Siapa yang tidak mengenal idol, aktor, sekaligus ceo yang karirnya sudah mendunia lebih dari tujuh belas tahun ini.
Bahkan, di gedung tinggi Roma, Italia, terpampang wajah Taehyung.
Mendadak, Lucas, yang sore itu berjalan santai bersama Bambam serta Kannika, ia mendadak berhenti. Memandangi wajah orang yang dirindukannya.
Lucas meremat kedua tangannya, kala iklan yang berada di gedung tinggi itu menampilkan berita tentang kematian neneknya.Air matanya menetes. Ia menatap Bambam yang memeluknya dengan erat. Lucas memberontak. Ia memukul-mukul dada Bambam.
"Ayah, katakan bahwa berita itu tidak benar. Hiks... Nenek tidak pergi, kan, ayah? Nenek harus tau jika Lucas telah sembuh. Tolong katakan padaku bahwa semua itu tidak benar, hiks...""Maafkan ayah nak."
"Kenapa ayah meminta maaf? Berita itu tidak benar kan, ayah?" Lucas beralih menatap Kannika yang sedari tadi diam.
"Ibu, nenek Lucas tidak meninggal,kan?" Kannika memeluk Lucas. Ia membelai surau Lucas dengan lembut. Berusaha memberi ketenangan kala tantrum Lucas kambuh. Kannika itu seorang psikiater di Thailand. Jadi, ia sudah tidak asing dengan situasi seperti ini.
"Lucas tenang dulu ya! Kita pulang ya nak. Nanti, ayah akan menjelaskan semuanya padamu." Kannika menggenggam tangan Lucas. Berjalan menyusuri jalanan kota Roma yang sedikit sepi karena musim dingin.
Sementara Bambam berjalan di belakang istrinya.Setelah beberapa menit, mereka telah sampai di hotel tempat mereka tinggal sementara waktu. Lucas masih menangis di sepanjang jalan. Bambam berjalan mendekati Lucas tapi ia urungkan kala ponselnya bergetar. Sementara Kannika membuatkan susu hangat untuk Lucas.
"Ini untuk menghangatkan tubuhmu."
"Ibu, Lucas yang telah membunuh nenek. Karena Lucas, nenek kecelakaan." Lucas menatap Kannika dengan berlinang air mata. Kannika memeluknya.
"Tidak nak, nenek meninggal karena takdir. Kau tidak boleh berfikir seperti itu. Nenekmu Pasti ingin kau hidup bahagia."
"Ibu, Lucas lelah ingin tidur. Bisakah seperti ini dulu? Jangan lepaskan pelukan ibu karena ini sangat nyaman dan hangat. Seperti pelukan nenek. Tapi... Ini sedikit berbeda. Apa, jika mama memelukku, akan terasa sehangat ini, ibu?"
Kannika meneteskan air matanya sembari memeluk Lucas.
"Selamat tidur anak ibu. Semoga mimpi indah ya nak."
Maafkan saya yang lama nggak update ya teman-teman 😁 solanya lagi sibuk-sibuknya nemenin Lucas yang lagi istirahat hehe😘 jangan iri ya kawan-kawanku semuaaaaa🥰 sending hug dari istri sahnya Lucas🤗Semoga masih ada yang mau menunggu cerita ini, sampai jumpa kembaliiiiiiii
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCAS
FanfictionSeiring berjalannya waktu, Lucas mengerti. Bahwa, hadirnya adalah bencana bagi kehidupan papa. Hadirnya adalah penghancur masa depan papa. Lucas terima hukuman dari Tuhan untuknya. Segala rasa sakit itu, akan Lucas terima. Tetapi, kenapa disaat ia...