Oke sesuai permintaan, aku bikin extra part ya
Part ini lebih kepada interaksi antara Devanka sama Marsel, jadi happy reading
Jangan lupa juga vomenannya...
***
Setahun berlalu, perlahan luka Devanka mulai pulih. Masa lalu coba ia kubur meski tak dipungkiri hatinya serasa sakit, dadanya sesak ketika mendengar semua pengakuan Marsel.
Renata tidak pernah menceritakan secara gamblang soal masa lalu perempuan itu dengan Marsel, namun Marsel yang secara suka rela menceritakan semua kesalahannya pada Devanka. Alasan pria itu hanya satu, dan itu juga yang menjadi alasan kenapa semakin lama luka Devanka perlahan membaik.
Flashback on...
"Alasan papah menceritakan ini, karena papah nggak mau Devanka tau hal ini dari orang lain."
"Papah nggak mau bilang kalo semua orang itu jahat, kaya papah." ucap Marsel memelan diakhir.
Devanka menggenggam tangan Marsel erat, yang secara otomatis menyalurkan ketenangan dalam diri Marsel. Devanka mengulas senyum tipis, sebenarnya ia tidak tau harus merespon apa. Tapi ini yang selalu Devan lakukan padanya, jika Devanka sedang bersedih.
Jadi Devanka coba mempraktekannya pada Marsel dan sepertinya berhasil, terbukti pria itu tersenyum ringan sekarang. Bahkan Marsel membalas genggaman tangannya tak kalah erat. Mendapat perlakuan sederhana dari Marsel, ternyata mampu membangkitkan suasana hati Devanka. Sejujurnya Devanka merasa nyaman dan aman didekat pria yang sebelumnya sangat ia benci itu.
"Banyak orang baik didunia ini, tapi soal hati? Kita nggak pernah tau isi hati orang lain. Karena itu papah menceritakan semuanya sendiri, karena papah tau mama kamu nggak akan mau menceritakan, gimana buruknya papah sama mama kamu dulu."
Marsel menghela nafas berat, netranya semakin dalam menembus netra hazel Devanka yang diturunkan dari Renata. Lembut dan tenang, kesan pertama yang Marsel dapat sama seperti saat dia di dekat dengan Renata dulu.
"Papah mau bilang sesuatu,"
"Bilang apa?"
"Yang dipegang dari seorang laki-laki adalah perkataan juga tindakannya,"
" Jadi kalo kamu merasa nggak akan mampu melakukan sesuatu yang kamu ucapkan, maka jangan pernah berani mengucapkan hal itu. karena semua perkataan dan janji yang kamu ucapkan, bisa jadi hal itu berdampak sangat, sangat besar bagi orang lain."
Kening Devanka berkerut dalam "Maksudnya?"
"Jangan berjanji kali nggak mampu menepati, karena ada kepercayaan yang tertanam dalam setiap janji yang diucapkan oleh seorang laki-laki. Mengerti?"
Sama kaya gue, gue gagal menjaga kepercayaan Renata. Janji gue... gue pecundang yang cuma bisa berjanji, tanpa bisa menepati. Sambung Marsel.
Devanka mangut-mangut, dia mengerti arah pembicaraan Marsel sekarang. Meski begitu Devanka hanya bisa tersenyum, tidak perlu berkomentar karena hal itu hanya memperburuk keadaan Marsel.
"Papah orang baik,"
Marsel terdiam, tak ada senyuman diatas bibirnya.
"Maaf karena Devanka belum sepenuhnya sayang sama papah, tapi Devanka akan terus mencoba kok."
Pertahanan Marsel hancur, air matanya jatuh dan dia mulai terisak. Marsel menarik tubuh Devanka dan memeluknya erat.
"Maafkan papah Devanka, papah salah. Hiks,"

KAMU SEDANG MEMBACA
RENATA (END)
General Fiction❗GANTI JUDUL ❗ Perempuan dianggap sebagai makhluk yang lemah, tak heran mereka sering menjadi target kejahatan yang dilayangkan orang-orang tak bertanggung jawab. Tak terkecuali dengan Rania Mahendra, gadis 17 tahun yang harusnya hidup dalam selimu...