Chapter 2

72 4 4
                                    

Pagi itu tepat jam 10 pagi, Kia tiba di tempat ia mengajar. Kia melihat beberapa lelaki yang berjalan keluar masuk gedung sambil membawa kardus yang berukuran cukup besar. Kia berjalan masuk dan melihat Nira tantenya dan Ana berdiri tepat di depan pintu perpustakaan tempat kursus itu.

“tante habis beli buku ya?” Kia berdiri di samping tante Nira.

“gak Ki. Ini katanya kiriman dari bu Wulan” jawab tante Nira.

“sebanyak ini tan?” tanya Kia.

“iya. Tante juga kaget” jawab tante Nira.

“ini berkat kak Kia, bu” ucap Ana pada tante Nira.

“hah? Maksudnya?” tanya tante Nira.

“iya tadi bu Wulan telepon katanya ini hadiah karena kak Kia berhasil membantu Bayu menaikkan nilai bahasa Inggrisnya” jawab Ana.

“tapi kok malah buat perpustakaan kita?” tanya tante Nira.

“wah saya kurang tahu masalah itu bu” jawab Ana.

“kamu minta ya Ki?” tanya tante Nira.

“gak lah tante. Mana mungkin Kia minta” jawah Kia.

“terus? Kan aneh kalau ini hadiah ucapan terimakasih buat kamu kok malah beli buku buat perpustakaan?” ucap tante Nira.

“kemarin itu bu Wulan memang ketemu sama Kia,tan. Terus bu Wulan niat ngasih uang buat Kia. Kia gak mau terima tapi bu Wulan maksa terus. Akhirnya Kia kasih advice gunain uang itu untuk beli buku dan sumbangin ke perpus kita” jelas Kia.

“oh gitu. Tapi itu sama aja minta dong Ki” ucap tante Nira.

“ya habisnya bu Wulan maksa Kia untuk terima uang itu” ucap Kia.

“gak apa-apa bu, perpustakaan kita kan juga kebetulan lagi butuh banyak buku. Dari daftarnya sih buku ini semua bermanfaat banget buat murid-murid kita” ucap Ana.

“yasudah. Jangan lupa sampaikan terimakasih kita pada bu Wulan ya” ucap tante Nira pada Ana.

“baik bu” ucap Ana.

Waktu pun berlalu hingga tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Seperti biasa, Kia segera pulang ke apartementnya. Malam ini, Gita akan berkunjung ke apartement Kia. Kia berhenti di sebuah minimarket untuk membeli beberapa bahan makanan dan beberapa makanan ringan untuk di suguhkan saat Gita datang berkunjung. Sesampainya di apartement, Kia segera mandi dan mulai memasak masakan sederhana. Tepat jam 7 malam, Gita sampai di apartement Kia. Kia segera mengajak Gita untuk makan malam bersama. Kia membuat pasta sederhana dan pizza dengan topping daging ayam dan paprika. Setelah selesai makan malam, mereka duduk santai di ruang tamu.

“Ki, gw boleh nanya gak?” tanya Gita.

“boleh lah” jawab Kia.

“lo mau kencan buta gak?” tanya Gita.

“nope” jawab Kia tanpa ragu.

“gak mau dipikir dulu?” tanya Gita.

“nope” jawab.

“umur kita udah 26 tahun loh Ki. Masa lo gak tertarik cari pasangan” ucap Gita.

“gw bukan gak tertarik cari pasangan, gw cuma gak tertarik buat kencan buta” jelas Kia.

“tapi kan lo itu setelah lulus sekolah langsung berangkat ke Amerika, jadi lo gak ada kenalan laki-laki Indonesia. Gimana caranya lo bisa dapet pasangan kalau lo gak ikut kencan buta?” tanya Gita.

“takdir” Kia mengangkat bahunya.

“beneran gak mau ikut kencan buta? Ini cowoknya oke kok” rayu Gita.

I Love My Sensei Although He Is a Widower (My Sensei)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang