Chapter 7

34 4 1
                                    

Hari demi hari terlewat sudah. Kia berusaha mengikuti saran Gita untuk fokus pada apa yang di lakukan Arwan. Kia juga berusaha untuk meyakinkan hatinya bahwa yang ia rasakan pada Gavin hanyalah rasa kagum bukan cinta. Sabtu malam Kia dan Arwan sudah berjanji untuk bertemu di Moba Café. Salah satu café yang ada di jalan Pajajaran. Kia meminta Arwan untuk bertemu langsung di café tersebut. Kia sudah tiba lebih dulu dan memilih meja dengan dua kursi saling berhadapan yang ada di bagian luar café.

“hey, maaf kamu udah nunggu lama ya?” Arwan menepuk pundak Kia lalu duduk di hadapan Kia.

“gak kok kak. Kia juga baru sampai lima menit yang lalu” jawab Kia.

“yaudah ayo pesen minuman sama makanan dulu” ucap Arwan, Kia menganggukkan kepalanya lalu membuka buku menu. Kia memesan ice lychee mint dan calamari. Arwan memesan mocha latte dan french fries. Setelah beberapa menit, pesanan mereka pun datang.

“kakak punya sesuatu buat kamu” Arwan mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah kotak berukuran kecil berwarna merah muda. Arwan menyerahkan kotak itu pada Kia.

“apa ini kak? Kenapa repot-repot ngasih ini buat Kia? Kia gak nyiapin apa-apa buat kakak” ucap Kia.

“apapun jawaban kamu. Hadiah itu ikhlas kakak kasih buat kamu Ki” ucap Arwan, Kia terdiam merasa tersentuh dengan ucapan Arwan.

“buka Ki hadiahnya” ucap Arwan.

Kia membuka kotak itu. Kotak itu berisi sebuah jam tangan berwarna merah muda dengan hiasan glitter di dalamnya. Warna warni gemerlap membuat jam itu seakan sedang berpesta karena telah menemukan tuan baru. Selain jam tangan,  ada juga sebuah gelang cantik dengan hiasan berbentuk bintang yang terlihat sangat feminim dan cantik.

“gimana Ki? Suka sama hadiahnya?” tanya Arwan pada Kia yang diam seribu bahasa setelah membuka kotak itu.

“ya ampun kak. Ini hadiahnya bagus banget. Kia sampai gak bisa ngomong saking bagusnya” jawab Kia.

“syukur deh kalau kamu suka sama hadiah kakak” Arwan tersenyum puas karena Kia menyukai hadiah yang sudah ia pilih sendiri.

“makasih banyak ya kak buat hadiahnya” ucap Kia.

“iya sama-sama Ki” jawab Arwan.
Setelah Kia mencoba memakai jam tangan dan gelang itu pada tangannya, Kia menaruh kembali jam dan gelang itu ke dalam kotak dan tetap menaruhnya di atas meja. Kia dan Arwan meneguk minuman mereka masing-masing untuk menghilangkan rasa gugup mereka. Kia gugup untuk menjawab perasaan Arwan, sedangkan Arwan gugup untuk mendengar jawaban Kia.

“seperti yang kakak pernah bilang satu bulan lalu Ki. Kakak akan ungkapkan perasaan kakak lagi ke kamu” Arwan memulai pembicaraan.

“kakak tertarik sama kamu sejak jadi kakak kelas pembimbing kamu waktu MOS. Setelah mencoba dekat dengan kamu, kakak semakin suka sama kamu yang selalu jadi diri kamu sendiri” Arwan menarik nafasnya dalam-dalam.

“kamu mau jadi pacar kakak gak Ki?” Arwan berusaha kuat menatap mata Kia. Jantungnya berdegup kencang. Rasanya ingin memalingkan wajahnya saking gugupnya menatap mata Kia, namun Arwan berusaha bertahan menatap mata Kia. Di sisi lain, Kia menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan sebelum Kia menjawab petanyaan Arwan.

“terimakasih kakak udah berusaha selama satu bulan ini untuk tunjukin perasaan kakak ke Kia. Kia sekarang ngerti perasaan kakak. Dan jawaban Kia…” Kia berhenti sejenak menarik dan menghembuskan nafasnya perlahan berharap rasa gugupnya hilang.

“Kia mau jadi pacar kakak” lanjut Kia.

“hah? Serius Ki?” tanya Arwan yang terkejut dengan jawaban Kia. Kia menjawabnya dengan anggukan kepala dan senyuman.

I Love My Sensei Although He Is a Widower (My Sensei)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang