Chapter 12

44 4 2
                                    

Malam itu Kia bingung dengan pertanyaan Gavin. Apa maksud Gavin menanyakan hal itu? Sekian tahun tidak bertemu, kenapa Gavin harus menanyakan hal itu pada Kia. Walupun sudah lima tahun, namun di dalam hati Kia masih tersimpan sedikit rasa suka nya pada Gavin. Banyak orang bilang bahwa kita tak akan pernah bisa melupakan cinta pertama kita.

“Kia?” Gavin melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Kia yang diam menatap kosong.

“oh iya sensei” Kia terkejut.

“jadi, kamu kuliah di Berkeley bukan karena saya kan?” tanya Gavin sekali lagi.

“kenapa sensei mau tau?” tanya Kia balik.

“tolong jawab pertanyaan saya Ki” ucap Gavin.

“itu keputusan saya dan gak ada hubungannya sama sensei kok” jawab Kia.

“kamu gak bohong kan?” tanya Gavin.

“Kia” panggil Gita dari depan pintu aula sekolah.

“maaf sensei, Kia harus masuk dulu” Kia bangkit dari duduknya.

“okay. Senang bisa ketemu kamu lagi Ki. Sensei harap kita bisa ketemu lagi” Gavin mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Kia meraih tangan Gavin lalu berjalan menghampiri Gita yang menunggunya di depan pintu aula.

“ngapain berduaan di taman sama sensei?” tanya Gita.

“dia tanya sesuatu ke gw” jawab Kia.

“nanya apaan?” tanya Gita penasaran.

“masa tiba-tiba dia nanya gw kuliah di Berkeley karena dia atau bukan” jawab Kia.

“hah? Maksudnya apa dia nanya gitu?” tanya Gita.

“lo aja bingung, apalagi gw. Aneh banget nanya begitu ke gw. Kalau istri nya tahu juga pasti fishy banget. Bisa jadi salah paham nanti” jawab Kia.

“eh, lo belum tahu ya Ki?” tanya Gita.

“apa?” tanya Kia.

“sensei tuh udah cerai sama istrinya” jawab Gita.

“hah? Sejak kapan?” tanya Kia.

“hampir satu setengah tahun lalu” jawab Gita.

“kenapa?” tanya Kia.

“gosipnya sih karena istrinya selingkuh. Tapi gak tahu deh” jawab Gita.

“walaupun begitu kan tetep aja aneh tiba-tiba nanya gitu ke gw setelah sekian tahun baru ketemu lagi” ucap Kia.

“iya sih. Udah lah lupain aja. Btw lo udah ketemu kak Arwan belum?” tanya Gita.

“udah tadi” jawab Kia.

“terus?” tanya Gita penasaran.

“biasa lah cuma nanya kabar” jawab Kia.

“oh” Gita menganggukkan kepalanya.

Mereka kembali bergabung bersama teman-temannya. Berbagi cerita tentang banyak hal. Mereka tertawa bersama dan berfoto bersama. Hingga waktu menunjukkan pukul 10 malam. Banyak murid yang sudah pulang.

“bu Eti, Kia pulang dulu ya” Kia berpamitan pada bu Eti guru kesayangannya.

“iya hati-hati pulangnya” ucap bu Eti.

“iya bu. Makasih ya bu. Nanti Kia usahakan untuk datang berkunjung ketemu ibu” ucap Kia.

“iya Ki” jawab bu Eti. Kia dan Gita berjalan menuju parkiran gedung sekolah menuju mobil milik Gita.

“Ki” terdengar suara lelaki dari belakang Kia. Kia dan Gita menoleh ke sumber suara itu yang tak lain adalah Gavin.

“sensei. Ada apa sensei?” tanya Kia.

“bisa ngomong semenit aja” jawab Gavin. Kia menatap Gita dan Gita menganggukkan kepalanya.

“semenit kan sensei?” tanya Kia.

“iya semenit aja” jawab Gavin.

“oke” ucap Kia. Gavin berjalan sedikit menjauhi mobil Gita, Kia mengikutinya.

“saya boleh hubungin kamu?” tanya Gavin.

“maksudnya gimana sensei?” tanya Kia.

“saya boleh minta nomor kamu?” tanya Gavin, Kia hanya diam.

“sebenarnya saya punya banyak pertanyaan buat kamu. Tapi gak bisa saya tanya malam ini. Saya mau tahu kapan kamu ada waktu, makanya saya minta nomor kamu. Boleh kan?” tanya Gavin.

“yaudah sensei” jawab Kia setelah sekian menit berpikir. Gavin mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada Kia. Kia mengetik nomor ponselnya.

“udah sensei” Kia menyerahkan kembali ponsek milih Gavin.

“makasih Ki. Saya boleh hubungin kamu kan?” tanya Gavin.

“iya” jawab Kia.

“makasih Ki” ucap Gavin.

“iya. Kalau begitu Kia pamit pulang dulu sensei” Kia pamit pada Gavin dan berjalan kembali menuju mobil milik Gita.

Kia berjalan kembali menghampiri Gita dan masuk ke dalam mobil. Gita melajukan mobilnya untuk mengantar Kia.

“sensei ngomong apa Ki?” tanya Gita saat mobil baru saja melewati gerbang sekolah.

“minta nomor” jawab Kia.

“ngapain dia minta nomor lo? Terus lo kasih?” tanya Gita.

“katanya dia punya banyak pertanyaan tapi karena sekarang bukan waktu yang tepat jadi dia minta nomor gw buat janjian ketemu” jawab Kia.

“tell me the truth Ki. Apa lo masih tertarik sama sensei?” tanya Gita.

“to be honest, believe me Git that you’ll never ever will not be able to forget your first love. I was forget about sensei when I’m in Berkeley. Tapi setelah gw ketemu dia malam ini, gw sadar kalau gw masih tertarik sama sensei. Tapi gw tahu rasa tertarik gw tidak sebesar dulu dan gw gak mengharap apapun” jawab Kia.

“okay. I understand” ucap Gita.

“and how about kak Arwan?” tanya Gita.

“what about him?” tanya Kia balik.

“gimana perasaan lo sama kak Arwan?” tanya Gita.

“he’s my first boyfriend. My ex, exactly. Of course I’m so happy to meet him again” jawab Kia.

“you know it’s not what I mean” ucap Gita.

“no no no. Gw gak mau lagi terlibat perkara asmara dengan kak Arwan atau sensei. Masih banyak cowok lain di dunia ini Git” ucap Kia.

“gw tahu. But the thing is different now, Kia. Lo mutusin kak Arwan saat dia lagi sayang sayang nya sama lo. Dan cinta pertama lo sekarang udah single” ucap Gita.

“itu udah bertahun-tahun yang lalu Git. Dan soal sensei, walaupun dia single itu gak akan merubah apapun” ucap Kia.

“jangan terlalu cepat menilai semua itu. Kita gak tahu apa yang akan terjadi kan. Sekarang lo udah di Indonesia, dan semua pasti akan berubah” ucap Gita.

“gw gak ngerti maksud lo Git. Tapi gw beneran gak mau terjebak asmara dengan mereka berdua. Gw capek nyakitin dan gw capek juga ngerasain cinta bertepuk sebelah tangan. gw berharap bisa nemuin cowok yang cinta sama gw dan gw juga bisa cinta sama dia” ucap Kia.

“oke gw juga setuju sih. Masih banyak cowok di dunia ini ngapain juga lo harus berurusan sama masa lalu. Let’s move on!” ucap Gita penuh semangat sambil menyalakan mp3 dalam mobilnya.

Selama Kia hidup, Kia belum pernah mendengar ada orang yang bisa melupakan cinta pertama mereka. Bahkan walaupun mereka sudah menikah, mereka akan merasakan sensasi cinta pertama mereka ketika mereka bertemu dengan cinta pertama mereka. Kia selalu bertanya-tanya apakah benar seperti itu. Hingga akhirnya Kia merasakannya sendiri. Selama di Berkeley, Kia merasa sudah melupakan Gavin cinta pertamanya. Namun ternyata saat melihat wajah Gavin, Kia kembali gugup dan jantungnya masih berdetak dengan cepat. Walaupun begitu, Kia tak ingin kembali merasakan malu seperti yang pernah ia rasakan waktu SMK dulu. Kia sadar di usianya yang sudah lebih dari seperempat abad itu, tak pantas lagi ia rasakan cinta bertepuk sebelah tangan.

I Love My Sensei Although He Is a Widower (My Sensei)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang