Chapter 19

14 1 0
                                    

Beberapa hari kemudian, Kia berjanji untuk bertemu dengan Gita disebuah café yang tak jauh dari kantor Gita. Setelah malam itu, Kia selalu memikirkan ucapan mamahnya. Kia ingin mengakhiri semuanya. Kia ingin segera memberikan keputusan, karena Kia tak ingin Arwan dan Gavin merasa jika dirinya hanya memberi harapan palsu.

“Git” Kia melambaikan tangannya pada Gita yang baru saja masuk ke dalam café.

“sorry, udah lama nunggu ya?” tanya Gita.

“lumayan. Tapi gak apa-apa lah. Ayo pesan minuman dulu” jawab Kia.

“oke” Gita dan Kia memesan minuman untuk menemani obrolan mereka sore itu.

“ada apa? Lo mau ngomong apa?” tanya Gita.

“lo emang kenal banget sama gw” Kia tersenyum karena Gita mengerti jika ada hal penting yang ingin Kia ucapkan.

“gw udah ambil keputusan” lanjut Kia.

“keputusan apa? Jangan bilang lo mau pergi luar negeri lagi” Gita mulai panik mendengar ucapan Kia.

“gak, bukan. Ini soal kak Arwan sama sensei” ucap Kia.

“baguslah bukan soal keputusan ke luar negeri. Kalau lo berani pergi lagi, gw gak akan mau ketemu sama lo lagi” ucap Gita kesal.

“gak Git, gw gak akan kemana-mana lagi” ucap Kia.

“jadi, gimana keputusan lo soal mereka berdua? Siapa yang lo pilih?” tanya Gita.

“gw pilih sensei” ucap Kia. Gita tak terkejut mendengar keputusan Kia.

“gw akan selalu dukung keputusan lo. Siapapun yang lo pilih, gw cuma berharap lo bisa bahagia. Tapi gw tanya sekali lagi sama lo. Apa lo udah yakin sama keputusan lo?” tanya Gita.

“iya Git, gw yakin” jawab Kia.

“tante gimana?” tanya Gita.

“mamah gak permasalahin status dan umur sensei. Makanya gw berani ambil keputusan ini” jawab Kia.

“terus lo udah ngomong sama mereka berdua soal keputusan lo?” tanya Gita.

“belum. Makanya gw pengen ketemu sama lo. Gw butuh advice dari lo, gimana caranya gw ngomong ke kak Arwan? Rasanya gw gak bisa buat nyakitin perasaan kak Arwan lagi” tanya Kia.

“ajak dia ketemu sesegera mungkin Ki. Omongin aja terus terang kalau lo masih suka sama sensei. It’s fine. Hal ini juga kan bukan kemauan dari lo. Dia sendiri yang mau berusaha lagi buat dapetin hati lo. Gw yakin dia juga udah siap terima keputusan lo, walaupun itu bakal nyakitin hati dia” jawab Gita.

“jangan ditunda-tunda lagi. Semakin lama lo mengizinkan dia berusaha dapetin hati lo, semakin besar juga harapan yang lo kasih ke dia. Dan kalau akhirnya lo gak memilih dia, itu akan semakin menyakiti hati dia” lanjut Gita.

“iya Git. Gw bakal ngomong ke kak Arwan sesegera mungkin” ucap Kia.

“lo pasti bisa. Dan gw yakin kak Arwan udah siap buat denger keputusan lo” ucap Gita.

“makasih banget ya Git” ucap Kia.

Gita mendekat pada Kia dan memeluknya “sama-sama Ki”.

Setelah selesai bicara dengan Gita, Kia memutuskan untuk bicara dengan Arwan malam itu juga. Kia meminta Arwan untuk datang dan bertemu dengannya di taman depan gedung apartementnya. Tepat jam 8 malam, Kia dan Arwan bertemu dan duduk di bangku taman itu.

“kamu udah makan Ki?” tanya Arwan.

“udah kak. Aku tadi makan bareng sama Gita” jawab Kia.

Suasana terasa sangat canggung, terasa seperti Arwan sudah tahu apa yang akan Kia ucapkan. Kia juga merasa khawatir dan berusaha mencari kata yang tepat untuk ia ucapkan pada Arwan. Padahal sebelum bertemu dengan Arwan, Kia sudah memilih kata yang tepat untuk ia ucapkan.

I Love My Sensei Although He Is a Widower (My Sensei)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang