Chapter 25

31 1 0
                                    

Waktu terus berlalu, tak terasa sudah tiba liburan sekolah. Kia dan Gavin sudah berencana untuk pergi ke Malang menemui kedua orang tua Kia. Siang itu Kia sedang mengemas barang bawaan ditemani dengan Gita sahabat baiknya.

"lo berapa lama di Malang Ki?" tanya Gita.

"seminggu. Paling lama sepuluh hari" jawab Kia.

"gimana perasaan lo sekarang?" tanya Gita.

"gw gak ngerasa khawatir banget sih karena mamah kan udah pernah ketemu sama sensei. Papah juga udah pasti tau sedikit cerita dari mamah" jawab Kia.

"tapi lo masih takut gak sih kalau mereka gak setuju sama hubungan lo ini. Secara lo anak berharga mereka yang lagi menjalin hubungan dengan seorang yang usianya beda 10 tahun juga dengan status duda " tanya Gita.

"bohong sih kalau gw ngerasa gak takut. Tapi gw yakin kalau mereka gak setuju pun sensei mau berusaha yakinin mereka" jawab Kia.

"gw gak mau kelihatan khawatir karena gw yakin sensei juga pasti punya pikiran yang sama kayak lo. Gw harus bisa bantu sedikit tenangin sensei" lanjut Kia.

"iya itu benar banget" saut Gita.

Malam pun tiba, tepat pukul 7 malam Gavin sampai untuk menjemput Kia. Mereka berangkat ke Malang menggunakan mobil pribadi Gavin. Dengan rasa bahagia mereka pun berangkat menuju Malang untuk menjemput restu dari kedua orang tua Kia. Selama 12 jam mereka di perjalanan, akhirnya mereka pun tiba di rumah kedua orang tua Kia. Kia secara resmi mengenalkan Gavin kepada kedua orang tuanya. Kedua orang tua Kia menyuruh mereka untuk beristirahat tidur setelah menempuh perjalanan jauh dari Bogor ke Malang. Tepat jam 12 siang setelah 5 jam Kia tidur beristirahat, Kia pun bangun dari tidurnya.

"mah" Kia menghampiri mamahnya yang sedang mencuci piring di dapur.

"sudah bangun Ki" saut Ririn, mamahnya.

"iya mah" ucap Kia.

"sholat dulu sana" ucap Ririn.

"iya mah. Sensei udah bangun belum mah? Kalau belum mau Kia bangunin" tanya Kia.

"Gavin udah bangun kok. Lagi ke masjid juga sama papah" jawab Ririn.

"Yaudah kalau gitu. Kia sholat dulu ya mah" ucap Kia sambil berjalan masuk ke area khusus tempat sholat.

Setelah Kia selesai sholat, Kia berjalan menuju dapur untuk membantu mamahnya menyiapkan makan siang. Terdengar suara Gavin dan papahnya yang sedang mengobrol di ruang tamu.

"Gavin dan papah sudah kelihatan akrab tuh" ucap Ririn.

"iya mah, Kia juga dengarnya udah akrab banget kayanya" saut Kia.

"apapun keputusan papah nanti, itu pasti keputusan yang baik untuk kamu Ki. InsyaAllah akan baik juga di hadapan Allah. Ingat ya Ki, ridho orang tua adalah ridho Allah" ucap Ririn.

"iya mah. Kia paham" ucap Kia.

Setelah beberapa menit menyantap makan siang, mereka berkumpul di ruang tamu untuk berbincang-bincang. Pembicaraan mulai serius dengan beberapa pertanyaan yang terlontar dari mulut Darto, papah Kia.

"saya harap Gavin tidak tersinggung dengan berbagai macam pertanyaan saya ya" ucap Darto.

"gak kok om. Saya paham maksud dari pertanyaan om" ucap Gavin. Kia dan Ririn mamahnya hanya diam mengamati sambil sesekali menyeruput teh yang ada di atas meja.

"Gavin dengan Kia ini beda usianya 10 tahun?" tanya Darto.

"iya om betul. Saya kelahiran tahun 1985 sedangkan Kia 1995. Kia bulan Desember saya bulan Oktober" jawab Gavin dengan percaya diri.

I Love My Sensei Although He Is a Widower (My Sensei)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang