Chapter 22

15 1 0
                                    

Malam itu, Kia dan Gavin sedang melakukan panggilan video.

“oh iya Kia lupa. Gita ngajakin makan malam bareng besok. Gimana?” tanya Kia.

“aku cowok sendirian?” tanya Gavin balik.

“gak. Gita sama Ryan” jawab Kia.

“oh, boleh kalau gitu. Aku juga belum dikenalin secara resmi ke Gita semenjak jadi pacar kamu hehehe” saut Gavin.

“iya iya besok pasti dikenalin secara resmi deh” ucap Kia. Mereka berbincang-bincang selama hampir satu jam. Ketika jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, mereka pun mengakhiri panggilan video dan beristirahat tidur.

Semenjak Gavin sudah menjadi pacar Kia, Kia memang belum mengenalkannya secara resmi kepada siapapun termasuk Gita. Bukan karena Kia ingin menutupi hubungannya dengan Gavin, tapi karena Kia belum menemukan waktu yang tepat.
Kia yang sedang berbaring diatas tempat tidurnya untuk bersiap tidur, kembali mengambil ponselnya yang ada diatas meja di samping tempat tidurnya. Kia membuka galeri di ponselnya dan melihat beberapa foto dirinya bersama dengan Gavin. Malam itu, rasanya Kia sangat ingin mengunggah salah satu foto mereka ke akun instagram miliknya. Namun di sisi lain Kia khawatir Gavin akan keberatan karena Gavin sendiri belum pernah mengunggah foto mereka berdua di akun instagram pribadinya. Pada akhirnya, Kia memilih satu foto yang hanya menunjukkan tangan Kia dan Gavin sedang bergandengan sambil berjalan. Kia mengunggahnya tanpa menuliskan caption. Foto itu diambil oleh Gavin dan dikirimkan ke ponsel Kia. Setelah mengunggah foto itu, Kia pun segera tidur.

Keesokan harinya, Kia sedang bersiap untuk berangkat menuju tempat kursus. Kia tidak mengecek ponselnya karena hari ini jadwal Kia sangat padat. Kia pun berangkat bersama dengan Gavin.

“aku baru tahu kamu upload foto kita ya semalam?” tanya Gavin saat mereka berada di dalam mobil.

“iya hehehe. Kamu keberatan ya?” tanya Kia balik.

“gak lah. Aku malah senang banget walaupun cuma foto tangan” jawab Gavin.

“berarti aku juga boleh ya upload foto kita di instagram?” tanya Gavin.

“kamu gak apa-apa kalau semuanya tahu? Termasuk guru-guru” tanya Kia balik.

“ya, gak apa-apa dong. Emang kenapa?” tanya Gavin heran.

“takut banyak yang jadi jelekin kamu” jawab Kia.

“justru aku yang harusnya khawatir gitu. Aku itu takut kamu di omongin orang yang aneh-aneh karena pacaran sama duda” saut Gavin.

“sayang, bisa gak berhenti ngomongin soal status kamu. Aku kan udah sering bilang kalau aku gak pernah keberatan sama status kamu. Jadi tolong berhenti ngerasa gak enak tentang status kamu. Kalau aku dengar itu terus, aku malah jadi gak nyaman” ucap Kia sedikit kesal.

“iya iya maaf. Aku cuma takut, itu aja. Maafin aku karena udah bikin kamu gak nyaman ya” Gavin meraih tangan Kia dan menggenggamnya dengan sangat lembut.

“lupain yah, jangan bete pagi-pagi, nanti jadi gak mood seharian. Maafin aku ya sayang” ucap Gavin.

“iya Kia maafin tapi jangan ngomongin soal status lagi ya. Kamu boleh upload foto kita berdua, biarin aja orang mau ngomong apa. Kan kita yang jalanin” lanjut Kia.

“iya sayang, iya. Makasih ya” ucap Gavin. Tak lama kemudian mereka pun tiba di gedung kursus. Kia segera turun dari mobil Gavin setelah Kia berterimakasih dan meminta Gavin untuk berhati-hati dalam berkendara.

Waktu terus berjalan tak terasa hari sudah sore. Tepat jam 4.15 sore, Gavin sudah tiba di depan gedung kursus untuk menjemput Kia. Kia dan Gita berjanji akan makan malam bersama di sebuah restaurant di daerah pajajaran jam 7.30 malam. Karena waktu masih panjang, Kia pun mengajak Gavin untuk menunggu di apartement Kia. Sesampainya di apartement, Kia bergegas mandi dan Gavin menunggu di ruang tamu sambil melihat-lihat koleksi kaset piringan hitam yang Kia miliki.

I Love My Sensei Although He Is a Widower (My Sensei)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang