29. Hari Pertama

220 27 4
                                    

Selesai membantu menyiapkan semua apa yang dibutuhkan Seok Hoon dan Seok Kyung, Suryeon beralih pada sebuah kamar yang pintunya terbuka sebagian. Dia menjatuhkan kepalanya dibingkai pintu. Matanya mengedar kesegala sudut, melihat betapa berantakannya kamar Song Ah.

Lalu berjalan menghampiri anak gadisnya yang baru saja keluar dari kamar mandi mengenakan piyama berwarna putih. Senang rasanya melihat anak itu pagi ini sangat antusias untuk memulai kegiatan barunya di hari pertama.

"Menurut bunda, pakai yang mana?"

Suryeon diam sejenak. Tangannya mengetuk dagu pelan berulang kali. "Gimana kalo kakak pakai yang warna ini? Keliatannya kalem." Ujar Suryeon setelah menentukan pilihannya yang jatuh pada jas berwarna peach yang dipadu dengan dress dibawah lutut berwarna pink.

"Peach bunda?"

"Iya, yang peach bukan yang cream sayang."

Lalu beralih ke meja belajar Song Ah, Suryeon langsung mengecek isi tas yang tergeletak disana.

"Kan suka lupa." Ujar Suryeon kembali menumpahkan perhatian pada Song Ah. Anak itu langsung menunjukan cengirannya lebar.

"Kakak taruh dimana?" tanya Suryeon menggeleng tak percaya sambil tangannya yang sibuk mencari kotak obat Song Ah.

"Dilaci atas bunda." Jawab Song Ah memberi tahu.

Setelah menemukannya, Suryeon langsung memasukannya kedalam tas Song Ah. Kemudian mengambil ponsel Song Ah yang tergeletak di sebelahnya. Bermaksud memasangkan pengingat seperti biasa.

"Awas loh, jangan sampai lupa. Harus tepat waktu." Pesan Suryeon.

Song Ah mengangkat tangannya, memberi hormat pada Suryeon tak lupa juga senyum lebar yang terukir disana. "Siap Kapten!"

"Ya udah kakak ganti sekarang, setelah itu turun. Sarapannya udah siap, abang sama adek juga udah dibawah." Suruh Suryeon mengantar Song Ah masuk kembali kedalam kamar mandi untuk berganti pakaian.

Tidak langsung turun kebawah, Suryeon menyempatkan untuk mampir kekamarnya, siapa tau Dantae belum turun. Dan tepat sekali, ketika masuk dia langsung bisa melihat punggung Dantae dan wajah pria itu dari pantulan cermin dengan tangannya yang sibuk mengancingkan kemeja.

"Bunda, biasa." Dantae berbalik dan berjalan ke arah Suryeon bersama dengan dasi berwarna hitam bergaris.

Dengan telaten Suryeon memasangkan dasi tersebut dileher Dantae. Tidak ada pembiacaraan, yang ada hanyalah keheningan diantara keduanya dengan Dantae yang sibuk mengamati dan mengagumi setiap inci wajah Suryeon yang begitu sangat cantik.

"Bunda." Panggilnya lembut.

"Hm?"

"Bunda mau tau sesuatu nggak?"

"Enggak."

"Eiy, ayah serius loh bunda."

"Bunda juga serius." Ujarnya tak mau kalah.

Detik berikutnya Suryeon dibuat terkikik ketika melihat Dantae mengerucutkan bibirnya. "Ya udah, apa?"

Dantae berdecak. "Ck, katanya tadi nggak mau tau." Pria itu mengerling malas, memalingkan wajah dari Suryeon. Pura-pura kesal.

Karena tidak mendapat respon kembali dari Suryeon, lantas Dantae mengecup kening wanita itu cukup lama dan beralih mengecup bibir Suryeon sekilas.

Setelah itu mereka hanya saling menatap satu sama lain. Dapat Dantae lihat wajah penuh kegelisahan dan kekhawatiran milik Suryeon yang sudah mulai terlihat gusar.

Dantae tau apa yang menjadi penyebab Suryeon seperti itu. Dirinya sendiri.

Seolah disadarkan oleh waktu, Suryeon akhirnya melengos pergi dari hadapan Dantae. Sebelumnya membalas kecupan yang baru saja diberikan dengan lembut.

"Anak-anak udah nunggu dibawah ayah." Peringatnya, menyadarkan Dantae yang ternyata sedang termenung. Mulai keluar kamar dengan membawa jas dan tas kerja Dantae.

Entah kenapa saat tak sengaja melihat wajah sendu milik Suryeon, rasa bersalahnya semakin bertambah besar.

Menyesal dia karena sudah memberi saran Suryeon agar mau menuruti keinginan Song Ah, dengan mengizinkan Song Ah untuk berkerja di kantornya, hitung-hitung sebagai latihan sebelum nanti benar-benar menjadi anak magangan yang sesungguhnya ditempat lain.


💕💕💕


"Nanti apa kakak digaji sama ayah?" tanya Seok Kyung tiba-tiba.

"Ya harus dong. Nanti kalo udah dapet uang dari ayah, kita pakai buat belanja bareng-bareng." Sahut Song Ah semangat.

Mendengarnya, Seok Kyung langsung tersenyum lebar. Dia menjulurkan jari kelingkingnya kehadapan Song Ah yang langsung diterima dengan senang hati oleh anak itu.

"Janji ya kak?"

"Janji."

"Abang juga mau ikutan."

"Mendingan dibatalin aja latihan hari ini. Ayah akan kasih uangnya sekarang. Kalian mau berapa? Atau nanti sore kita pergi sama-sama, sekalian makan malam diluar. Udah lama kan?" ujar Dantae menyela.

Sepertinya keputusan untuk membatalkan rencana adalah pilihan yang terbaik. Dantae sudah tidak kuat lagi melihat Suryeon yang terlihat banyak diam pagi ini. Padahal hari-hari biasanya, wanita itu paling cerewet karena selalu menangapi apa yang anak-anak katakan dengan sangat antusias.

Song Ah menatap Dantae dengan mengerutkan dahinya dalam. "Kok dibatalin? Ayah kan udah janji."

Semua menoleh kearah Dantae bingung. Namun tidak dengan Suryeon yang memilih untuk menikmati makanan dengan tenang.

Namun detik berikutnya Dantae dibuat melongo, rasanya dia tidak percaya dengan apa yang ia dengar keluar dari mulut Suryeon barusan.

"Iya, ayah udah janji. Nggak boleh gitu. Kesepakatan tetap kesepakatan." Peringatnya dengan terenyum tipis diakhir. Dantae tau, jika senyuman itu pasti adalah sebuah paksaan.

"Apalagi ini hari pertama."

Song Ah dengan semangat mengangguk, menyetujui ucapan Suryeon.

Dantae menghela nafasnya pasrah. Bisa apa dia jika sudah begini jalan ceritanya. Apalagi melihat Song Ah yang menang sangat antusias untuk belajar hal baru. Lagi-lagi rasa bersalahnya bertambah, karena sudah sedikit merusak mood Song Ah dihari pertama anak itu.

"Ya udah, nggak jadi batal."



| WELCOME TO OUR LIFE |

Welcome To Our Life  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang