30. Da Capo

214 28 11
                                    

Dantae mengembangkan senyumnya kala matanya dengan jelas menangkap pemandangan dibawah sana yang terhalang kaca besar didepannya. Entah kenapa dia tidak bisa berhenti tersenyum melihat Song Ah yang begitu semangatnya bekerja disana.

Terlalu senangnya, sampai tidak sadar jika ada yang memanggilnya berulang kali. Lantas Dantae menoleh kebelakang, menemukan Do Ki yang langsung menundukan kepalanya sekilas.

"Pak, sudah waktunya untuk rapat." Peringat Do Ki, melaporkan jadwal Dantae siang ini.

Dantae mengangguk mengerti. Sebelum pergi, dia menyempatkan untuk mengirim pesan kepada Song Ah.

"Nanti kalau udah selesai kerjanya, langsung ketempat ayah."

Tidak berniat membalas pesan tersebut lebih dulu, dibawah sana Song Ah mendongakan kepala dengan matanya yang menjelajah kesegala arah mencari sosok Dantae yang sepertinya sedang ada disekitarnya. Namun sayang, dia tidak menemukan sang ayah.

"Gimana, kamu udah ngerti?" intrupsi seorang wanita yang ada disampingnya. Seorang senior.

Song Ah buru-buru mengangguk. "Ya kak, terima kasih." Ujarnya sopan. Lalu kembali fokus pada layar komputer untuk menginputkan data-data yang ada dilembaran hadapannya.

Sedangkan ditempat lain, Dantae baru saja menyelesaikan rapatnya yang ternyata hanya sebentar. Pria itu langsung menjatuhkan tubuh diatas sofa dengan kasar, sebelumnya melepas jas yang dikenakan dan melemparkannya asal.

Danta menyandarkan tubuhnya di punggung sofa untuk mencari posisi paling nyaman. Lalu memejamkan matanya erat. Padahal hari ini dia tidak terlalu banyak bekerja, tai entah kenapa tubuhnya sangat lelah. Rasanya dia ingin pulang dan istirahat dirumah.

Namun belum lama dia bersantai, sebuah suara dering panjang sudah berhasil mengganggu ketenangannya.

Tidak ada niatan untuk mengangkat panggilan tersebut, Dantae hanya menilik ponselnya sebentar yang disana memaparkan nama Do Ki sebagai pemanggil. Setelah itu kembali pada posisi dan memejamkan matanya kuat. Sudah dipastikan, pasti sekertarisnya itu hanya ingin memeringatinya untuk jadwal berikutnya.

Sekarang Dantae hanya ingin mengistirahatkan diri sejenak sebelum nanti ada acara makan siang bersama Song Ah dan Suryeon, dan memburu pekerjaannya yang lain.


💕💕💕


Menghiraukan pakaiannya yang sangat berantakan itu, dengan mengerahkan semua tenaganya Dantae berlari secepat mungkin menyusuri koridor meskipun nafasnya sudah sangat tersenggal.

Pesan yang ia dapatkan dari Do Ki beberapa waktu lalu seakan membuat jantungnya berhenti berdetak. Saat hampir sampai ditempat tujuannya, Dantae langsung menghentikan langkahnya. Apalagi melihat wanita yang sedang terduduk dengan wajah penuh kecemasan disana, nyali Dantae dibuat langsung ciut ketika ingin pergi mendatangi wanita itu.

Berharap ini adalah mimpi belaka, namun semakin dia menatap pintu disana yang tak kunjung terbuka dan memperhatikan wanita itu dalam yang sudah memberikannya jawaban, jika ini adalah kenyataan yang harus ia terima.

Perlahan, tangis yang sedang berusaha ia tahan mulai pecah. Rasa penyesalannya langsung datang menghantui.

Seharusnya dari awal Dantae tidak mengabaikan panggilan Do Ki begitu saja saat seketarisnya itu menghubunginya pertama kali. Hanya karena dia ingin beristirahat sejenak, ia sampai mengorbankan nyawa putrinya sendiri.

Dia sudah merusak segalanya hari ini. Merusak kebahagiaan sederhana Song Ah, dengan mengirimkan anak itu kembali kerumah sakit.

"Ayah."

Pikiran Dantae mendadak dibuat kosong, begitu ada yang menjatuhkan tubuhnya dengan memeluknya sangat erat merasakan tubuh yang bergetar sangat hebat, itu Suryeon.

Alih-alih membalas pelukan Suryeon, Dantae justru mengusap wajahnya kasar menghapus jejak tangisannya. Meskipun akhirnya tetap memeluk istrinya itu.

"Maaf bunda." Lirih Dantae, berbisik ditelinga Suryeon. Nadanya sangat bergetar, apalagi air matanya kembali turun semakin deras.

Dan detik berikutnya, Dantae membawa Suryeon ketika matanya melihat Yoon Chul keluar bersama beberapa perawat yang mendorong brankar Song Ah. Anak itu masih terpejam dengan dadanya yang naik turun tidak beraturan, padahal oksigen bantuan sudah terpasang.

"Bagaimana keadaannya?" ujar Dantae seolah hilang kendali. Sedangkan Suryeon langsung menjatuhkan diri disamping brankar dan menggenggam tangan Song Ah erat.

"Untuk sekarang kita harus melakukan perawatan intensif pada Song Ah."

Jawaban dari Yoon Chul membuat kaki Dantae langsung terkulai lemas. Ia berpegangan pada brankar Song Ah, matanya dengan lekat menatap Song Ah yang seolah enggan untuk sadarkan diri.

Melihat betapa pucat dan lelahnya wajah Song Ah, itu membuat dada Dantae merasakan luar biasa. Apalagi mengingat bagaimana senyum diwajah Song Ah terukir tadi saat berpisah dengannya didepan gedung perusahaan menandakan bahwa anak itu sangat antusias, lalu melihat bagaimana senangnya Song Ah bisa berbaur dengan orang lain yang baru ia temuin dan mempelajari hal baru dengan sangat semangat dan bersungguh-sungguh.

Lalu sekarang dia harus bagaimana, jika keadaanya sudah seperti ini?

Haruskan dia membuat Song Ah merasa kecewa untuk kesekian kali?

Dantae sudah gagal membuat Song Ah mampu hidup seperti orang normal pada umumnya. Hidup yang selalu diimpikan dan didambakan oleh anak itu.



| WELCOME TO OUR LIFE |






Drak VS Soft

The Penthouse X Do You Like Brahms? (After and Before)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

The Penthouse X Do You Like Brahms? (After and Before)

Welcome To Our Life  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang