11 - TA'ZIR

79 23 22
                                    


Happy Reading!

***

"Muka lo kenapa, Din? belepotan hangus!" tanya Cipa saat Dinda masuk kamar dengan muka kesal dan berpeluh.

"lo, di ta'zir ya?" tanya Ipeh

Dinda yang masih kesal hanya menganggukan kepala.

"Kenapa?" tanya Mimin yang belum lama bangun dari tidurnya.

Kapita yang merasa terganggu dengan kelakuan Dinda saat di kamar mandi, rupanya melabrak Dinda.

Ia kesal karena Dinda yang berisik, karena letak kamar pengurus sangat dekat dengan kamar mandi. Sehingga wajar saja jika Kapita merasa terganggu saat Dinda berteriak di WC.

Namun, bukan itu penyebab Dinda dita'zir atau dihukum. Kapita sudah memberi peringatan pada Dinda, agar berhati hati dalam bicara tidak mengeluarkan ucapan yang kasar.

Maka dari itu, saat Kapita mendengar Dinda berucap kasar, Dinda mendapat hukuman membersihkan pantat panci di dapur yang berkerak. Ia membersihkan 3 panci sekaligus.

"BHAHAHAHA" Cipa tertawa diikuti Ipeh

"Kan gue udah pernah bilang, jangan ngomong kasar di sini" ucap Cipa sambil membersihkan hangus yang belepotan di muka Dinda menggunakan tissue basah.

"Untung aja cuman 7 hari!" keluh Dinda sambil memutar bola matanya dengan malas

"Maksut lo?" tangan Cipa yang semula menyapu hangus di muka Dinda tiba tiba berhenti mendengar ucapan Dinda.

"gue di sini cuman 7 hari doang!" ucap Dinda

"Lah? Kok gitu?" muka Ipeh menggambarkan rasa kecewa.

"Ya, bukannya gitu ya diperaturannya?" Dinda mencoba santai

"Ya, iya sih! tapi lo seriusan?" Cipa meyakinkan Dinda

Dinda menangguk pelan, bagaimana mungkin dia harus tinggal menetap di penjara suci ini dengan minim fasilitas dan juga setiap hari harus bertemu makhluk menyebalkan seperti Kapita.

Kedua temannya nampak kecewa mendengarkan ucapan Dinda, namun tidak bagi Mimin. Ia malah mengambil mukena putihnya kemudian bergegas keluar kamar begitu saja.

"Yaudah, sholat ashar dulu gais!" ajak Cipa.

Ipeh mengambil mukena putihnya yang hampir kusam kemudian bergegas mengikuti Cipa. sedangkan Dinda, ia malah naik ke atas ranjangnya, merebahkan badan di atas kasur tipis itu.

Dinda memandangi langit langit kamarnya, hatinya masih kesal dengan hukuman yang di berikan ketua pengurus padanya. Dia semakin ingin segera pergi dari tempat ini. 7 hari terasa sangat lama bagi Dinda. Matanya perlahan lahan mulai meredup hingga akhirnya terpejam dengan tenang.

"Din!" Cipa menggoyangkan kaki Dinda dari bawah. Ini adalah ke 5 kali Cipa membangunkan Dinda setelah sholat ashar, namun belum juga ada tanda tanda Dinda bangun.

Seorang perempuan datang dengan muka yang tidak enak untuk dipandang, ditangannya membawa gayung merah berisi air. Perempuan itu memberikan gayung itu pada Cipa, kemudian ia naik ke atas ranjang Dinda dan meminta gayung itu kembali.

Byurrrr...

Mata Dinda terbelalak, ia kaget dengan air yang menyirami wajahnya. Di tempat yang sama, ada Kapita yang tersenyum manis memegang gayung kosong.

"Seger, ya Din?" Kapita tersenyum

Dinda langsung terperanjat dari tidurnya, ia duduk menyandarkan punggungnya pada pagar ranjangnya. Hati Dinda bergejolak, ingin rasanya dia mengumpat. Namun..

"Assalamu'alaikum Zein, Aku Dinda" (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang