37 - IDENTITAS YANG DIRAHASIAKAN

81 10 13
                                    

Chapter terpanjang 😭

Langsung baca aja deh

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian berupa vote dan komen!

*****************************************

GADIS cantik asal kota Malang itu saat ini sedang duduk di aula membawa ponsel milik Riani menunggu panggilannya dijawab oleh sosok perempuan yang jauh di sana jauh dari kota Jogja.

Sepuluh panggilan tak ada jawaban. Bukan karena sudah tidak aktif, tetapi sepertinya memang sengaja tidak di angkat. Terbukti pesan whatsapp yang Dinda kirimkan mendapat checklist dua berwarna biru yang artinya pesannya sudah dibaca namun memang tidak dibalas dan tidak mengangkat panggilan.

Mungkin Tante Hani masukin ke pesantren karena nggak ada uang, tapi bukan berarti kamu harus nyuri celengan temen kamu kan?

Ucapan Andro siang tadi benar benar membuatnya berpikir keras, apa maksut dia Tante Hani tidak punya uang?

Tante Hani dan Om Damar termasuk dalam 10 orang terkaya di Kota Malang. Perusahaan furniture milik mereka sudah di ekspor ke berbagai mancanegara, tanah dan propertinya tidak hanya di kota Malang saja, banyak tersebar di kota kota lain seperti Surabaya dan Bali, maka ucapan Andro terdengar konyol dan sangat sangat tidak bisa di terima di telinga Dinda.

Namun ada yang mengganjal di benak Dinda, mengenai pesan yang selama ini ia kirimkan, mengenai telepon yang tidak pernah diangkat, mengenai Dinda yang tak pernah mendapat uang saku bulanan.

Mengapa selama ini tak ada kabar dari Tante Hani?

Tangannya melemas, rasanya ingin menyerah menghubungi keluarganya yang seakan menghindar dari Dinda.

Dinda menghela napas sejenak, mencoba rileks dan berusaha tenang menghadapi masalah ini.

"Hai."

Sapaan manis itu membuatnya beranjak pergi karena orang itu memposisikan dirinya di samping Dinda untuk duduk bersama.

Tangannya mencekal Dinda seolah tak ingin Dinda pergi darinya.

"Buru buru amat."

Dinda hanya meliriknya sesaat, sembari melepas cekalan itu dengan kasar.

"Duduk dulu." perintah nya sambil menepuk nepuk lantai aula dengan pelan mempersilahkan Dinda untuk duduk

Dinda mendengus kesal melihat wajah menyebalkan itu, namun ia mengikuti perintah ketua itu untuk duduk di sampingnya.

"Kenapa liatnya nggak bisa biasa gitu." tanya Kapita sarkas.

"Mau apa lo."

"Calm babe." ucapnya santai.

Kira kira sepuluh menit mereka duduk bersama, nampak membicarakan hal serius.
Mereka membicarakan keputusan sidang para pengurus mengenai hukuman Dinda yang mencuri celengan Ipeh. Hasilnya baru diputuskan siang tadi oleh pengurus setelah kurang lebih seminggu dari kejadian tersebut.

Seseorang mengaku melihat ada yang sengaja meletakkan celengan itu ke lemari Dinda, namun saksi dan pelaku dirahasiakan oleh mereka.

Maka dari itu hukuman untuk Dinda ditiadakan, atas dasar saksi yang melihat pelaku melancarkan aksinya.

Namun hanya beberapa pengurus saja yang mengerti hal ini, identitas mereka benar benar dirahasiakan.

"Siapa?" tanya Dinda geregetan disertai sorot mata yang mengintimidasi perlahan jari jemarinya mengepal erat.

"Assalamu'alaikum Zein, Aku Dinda" (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang