20 - ZAIN OR ZEIN

80 14 4
                                    


Follow my instagram @qrrtnrrsydh

***

"Guys, kalo kalian dikirimin surat cewek bakal kalian balas atau nggak?" tanya Mansur di ambang pintu kamar Ustman, membuat Reyhan dan Zain kaget mendengarnya.

"Salam apa gimana, kek!" sindir Zain.

"Assalamu'alaikum Ustadz Zain dan Ustadz Reyhan!" ucap Mansur meledek.

"Wa'alaikumsalam"

"Emangnya, ada yang kirim surat buat lo, Sur?" tanya Reyhan meledek.

"Hahahahahaha" Zain tertawa.

"Sial, lo ya! Ya, ada lah!" Mansur mengeluarkan surat dari sakunya, surat dari Dinda untuk Zain.

"Widihhh!" sorak Reyhan.

"Serius nih?" Reyhan kembali meyakinkan.

"Heh, pertanyaan gue tadi belom kalian jawab!" Mansur kembali memasukkan surat itu pada sakunya.

Reyhan dan Zain hanya saling memandang.

"Kalo gue sih, ya gue baleslah. Ya kali ada cewek PDKT nggak direspon, asal cantik aja sih nggak kaya si Ipeh hahaha!" jawab Reyhan.

"Anjir, body shaming lo Han!" ucap Mansur.

"Enggak gitu maksud gue, diantara ketiga temannya, emang si Ipeh kan yang paling jelek hahahaha!"

"Eh awas lo!" peringat Zain.

"Awas kenapa?" tanya Reyhan tanpa merasa bersalah.

"Ntar malah jadi jodoh lo!"

"Hahahah iya bener banget, Zain!" Mansur tertawa mengiyakan ucapan Zain.

"Ya, enggaklah, gila lo ya!" ucap Reyhan tak terima.

"Kalo lo gimana, Zain?" tanya Mansur

"Gimana apanya?"

"Kalo ada cewek yang kirim surat buat lo, bakal lo bales atau enggak?"

"Maybe yes maybe no!" jawab Zain singkat.

"Kalo Mimin sih yes hahahaha" ledek Mansur.

"Sayangnya, Mimin ga pernah kirim surat buat Zain" tambah Reyhan.

"Apaan sih, bawa bawa Mimin segala!" ucap Zain dengan kesal.

Mendengar jawaban Zain, Mansur sudah bisa memutuskan mengenai surat dari Dinda.

"Kirim surat buat siapa, Sur!" tanya Reyhan penasaran.

"Kepo, lu!" setelahnya Mansur menuju kantin untuk menemui adiknya.

Reyhan yang merasa belum lega karena belum mendapat jawaban dari Mansur, ikut membuntuti Mansur, berharap ia bisa menyogok Fika kembali guna membaca isi surat dan kepada siapa surat itu ditujukan, namun aksinya gagal karena Mansur mengetahui temannya membuntuti.

Di kamar, Zain seorang diri. Mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan kamar. Pandangannya tertuju pada kertas putih yang dilipat rapi, jatuh di depan lemari Mansur.

Perlahan ia mengambik surat itu, kemudian membukanya.

"Assalamu'alaikum Zein, Aku Dinda"

Jujur, Zain tak menahu bagaimana ia harus bersikap. Ia tak yakin surat itu untuknya, pasalnya jika surat itu untuk Zain mengapa nama yang tertulis adalah Zein bukan Zain.

Namun Zain kembali mengingat, di pesantren hanya dia seorang diri yang bernama Zain, juga tak ada santri lain yang bernama Zein. Kali ini ia yakin, surat itu untuknya. Dan ia mengetahui perbuatan temannya baru saja.

"Assalamu'alaikum Zein, Aku Dinda" (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang