44 - MALU

86 12 13
                                    

Muncul lagi teman teman setelah beberapa hari off wkwk.

Ga sesuai ucapan yak 😝 katanya tiap hari update, tapi ini sampek berhari hari nggak update wkwkw

Maapkeun

Alhamdulillah udah 600 readers 😋

Kayaknya ga sampek chapter 50 an deh, kayaknya lho yaaa......

Author juga belum tau, berdoa aja deh endingnya sesuai ekspektasi kalian yang wkwk

Maunya Sad Ending

Atau Happy Ending?

Sebelum baca chapter ini, author saranin baca chapter sebelumnya, biar kita jadi inget jalan ceritanya. Takut takutnya udah lama ga up, eh tau tau pas baca jadi bingung jalan ceritanya karena udah lama ga baca hehehe.

Selamat Membaca Teman Teman

***

MALAM ini Zain terjaga, sejak tadi tak ada hawa ngantuk menyerang matanya, mungkin gara gara ia terlalu nyenyak tidur siang. Melihat kedua temannya pulas, ia hanya bisa menghela napas. Matanya kembali memandang satu kasur kosong di sampingnya, ia lupa jika Megan tidak pulang untuk liburan. Tetapi sejak tadi ia bahkan belum lihat batang manusia itu.

Ia putuskan untuk menyusul teman satunya itu. Ia tahu dimana keberadaannya saat ini. Angin malam yang dingin tak membuat Zain membalut badannya dengan jaket, ia lebih nyaman dengan kaos oblongnya.

Di lantai dua, area jemuran lebih tepatnya. Zain mengerti jika teman temannya suka menghabiskan waktu mereka di sini untuk menghisap tembakau. Namun Zain tak menemukan keberadaan temannya, hanya beberapa puntunh rokok yang berceceran.

Kemana perginya temannya jika bukan di sini. Kemudian ia melangkahkan kakinya menuruni anak tangga untuk kembali ke kamar. Namun langkahnya terhenti kala mendengar suara dari arah serambi. Ia menyipitkan kedua bola matanya untuk melihat lebih jelas, namun jarak yang jauh dan hanya cahaya malam yang menyinari tak mampu membantu Zain mengerti apa yang terjadi di pesantren.

Ia percepat langkahnya saat menyadari Megan berada di sana, bayangan mereka seperti dua orang. Namun Zain tak mengerti jelas.

"Megan." teriak Zain.

Secepat itu juga Megan berlari dan Zain tak sempat mengejarnya. Ia lebih memilih memastikan siapa orang yang bersamanya.

Matanya mengerjap kala mendapati seorang gadis cantik tergeletak di serambi masjid. Rambut hitam panjangnya terurai tubuhnya dibalut piyama pendek warna maroon, sungguh ia nampak cantik meskipun saat tidur.

"Astaghfirullahaladzim."

Buru buru ia mengalihkan pandangan dari gadis yang tertidur di depannya. Ia kebingungan harus berbuat apa untuk membangunkan gadis itu agar kembali ke kamarnya.

Dengan membelakangi gadis itu Zain memanggil namanya pelan pelan agar ia bangun dari mimpinya.

"Din."

"Dinda." Panggil Zain dengan pelan tanpa melihat pemilik nama.

Sungguh ia tidak habis pikir, apa maksud Megan membawa Dinda kemari.

"Maaf, ya Din." kini ia berani memandang gadis yang berada di depannya, agar gadis itu cepat bangun. Ia beranikan juga menyentuh bahunya yang tebalut piyama kemudian mengguncangkan tubuhnya agar terbangun.

"Assalamu'alaikum Zein, Aku Dinda" (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang