38 - DINDA ZAIN

92 13 11
                                    

Chapter ini dipenuhi Dinda dan Zain 😍

Siap siap Wafer 😋

Eh Baper

*****************************************

HARI ini Dinda nampak lebih cantik dari biasanya. Entah mengapa, padahal tujuannya adalah membantu Bu Em ke pasar, tapi ia dandan lebih rapi dari biasanya. Menggunakan rok denim warna navy dipadu dengan kemeja warna ice blue merk Zara semakin cantik dengan balutan hijab motif bunga kecil kecil berwarna navy. Semakin anggun dibuatnya karena sling bag warna abu ia gantungkan di pundaknya.

"Subhanallah ukhti, mau kemana cantik bener." goda Cipa.

"Menghirup udara diluar sana, refresh otak dulu. Capek di pesantren banyak masalah mulu."

"Aelah." Cipa menoyor kepala Dinda yang sudah rapi terbalut jilbab. "Mau bantuin Bu Em belanja aja belagu, lo."

"Sirik amat lo." Dinda kembali merapikan jilbabnya.

"Mimin mana?" tanya Dinda.

"Di kamar Ipeh, kayanya dia belum mau pindah ke sini deh." jelas Cipa.

"Hmm yaudahlah, mau gimana lagi."

"Gue cabut dulu ya!" tangan mulus Dinda menoel pipi lembut Cipa dengan sengaja "Assalamu'alaikum cantik!".

"Wa'alaikumsalam, kalo balik nggak bawa makanan nanti tidur aula aja lo!" ancam Cipa.

"Beresssss!" teriak Dinda yang sudah menjauh dari kamar.

Langkahnya dipenuhi tawa riang, rasanya senang sekali bisa menghirup udara di luar pesantren. Sejenak melupakan segala penat yang akhir akhir ini membuatnya lelah sangat.

"Cantik banget kamu, mau kemana sih!"

"Jadi pembantunya Bu Em dong!" ledek Dinda dengan tawa.

Mereka berdua tertawa bersama hingga akhirnya berjalan menuju parkiran.
Nampak mobil pick up gran max warna putih dengan bak terbuka dibelakangnya yang berfungsi untuk menaruh belanjaan Bu Em.

Langkah mereka terhenti kala sampai di dekat mobil putih itu.

"Bu Em bisa nyopir?"

Bu Em menggelengkan kepala sembari celingukan mencari seseorang.

"Terus? Ada sopirnya sendiri?"

"Tuh dia sopirnya!" tunjuk Bu Em pada laki laki yang memakai kaos oblong warna hitam celana kargo selutut dan topi hitam yang menutupi rambut cepaknya. Laki laki itu keluar dari asrama putra berjalan menuju parkiran.

Mata Dinda mengerjap kala mendapati sosok yang Bu Em tunjuk adalah Zain.

"S-sop sopirnya d-dia Bu?" tanya terbata bata karena saking terkejutnya.

"Iya, biasanya santri putra pada giliran bahkan rebutan buat nganter Bu Em."

Dinda mengingat kembali semalam ia bermimpi apa hingga hari ini harus bertemu bahkan bersama dengan Zain.

"Assalamu'alaikum Zein, Aku Dinda" (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang