19 - TELEDOR

66 13 1
                                    


Kemarin nggak update jadi hari ini insyaallah update 2 chapter sekaligus hehehe

Happy Reading

***

"Fika" panggil Dinda pada gadis kecil yang baru saja melintasi kamar khadijah.

Jika bukan karena ingin berkenalan dengan Zain lebih jauh, malas sekali rasanya untuk berurusan dengan gadis kecil menyebalkan itu. Namun bagaimana lagi, satu satunya orang yang bisa membantu Dinda adalah Fika, mengingat beberapa hari yang lalu ada santri putra yang mengirimkan surat untuk Dinda lewat Fika.

"Ada apa, Kak?"

"Kamu sering ketemu kakak kamu kan?" tanya Dinda dengan halus. Fika menganggukkan kepala.

"Kak Dinda mau minta tolong boleh?" ucap Dinda halus.

"Boleh, boleh aja sih. Tapi..." Fika menggantungkan ucapannya.

Dinda mengerti maksud Fika, "Iya, beres!"

Dinda menyerahkan sebuah amplop putih berisi surat. Fika mengernyitkan kedua alisnya sejenak lalu memandang wajah Dinda.

"Surat buat siapa?"

"Zein!" ucap Dinda lirih.

"Mas Zain?" Fika memastikan dan Dinda menganggukkan kepala.

"Nih" Dinda memberikan selembar uang 5.000 pada Fika.

"Lima ribu?" Fika memandang acuh uang yang Dinda berikan.

"Berapa? Biasanya juga kalo Cipa titip makanan ke kantin juga bayar 5.000 kan?"

"Iya, tapi ini kan beda, Kak Dinda!"

"Apanya yang beda?" tanya Dinda bingung.

"Ini terlalu beresiko buat Fika, masa iya bayarannya sama kaya mereka yang suka suruh Fika buat beliin makanan di kantin."

"Beresiko apaan sih!"

"Ntar kalo ketahuan pengurus gimana coba?"

Dinda menghembuskan nafas dengan kasar dan memutar kedua bola matanya malas.

"Nih!" Dinda menambahkan uang 5.000 kepada Fika.

"Nggak nggak nggak!" tolak Fika.

Dinda kebingungan "10.000 kurang?"

"Yaiyalah Kak!" jawab Fika

"Yang lainnya kalo titip surat ke Fika minimal kasih uang ke Fika 15.000!"

"Yang lain itu siapa maksutnya?"

"Ada deh, privasi!"

"Maksut kamu, banyak santri putri juga yang suka titip surat lewat kamu?" tanya Dinda penasaran.

"Privasi!" jawab Fika singkat.

"Dih, Bocah kelas 4 SD sok sok an tau privasi!" celetuk Dinda.

"Ini suratnya mau dikirim nggak nih?" tanya Fika sarkas.

Dinda mendengus kesal.

"Yaudah, nih 5.000 lagi pas jadinya 15.000!" Dinda kembali memberikan uang 5.000 kepada Fika.

"20.000 Fika kasih ke orangnya sekarang juga!"

"Anjir, tadi lo bilang 15.000 gimana sih?"

Dinda mulai emosi, bukan karena Dinda tak mampu mengeluarkan uang dengan jumlah yang Fika tentukan tetapi Dinda kesal dengan Fika yang licik dan menyebalkan. Sudah ia duga jika berurusan dengan bocah titisan setan, akhirnya akan ribet seperti ini. Namun, cuman Fika satu satunya yang bisa membantu Dinda saat ini.

"Assalamu'alaikum Zein, Aku Dinda" (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang