14 - BERTEMU ZAIN

73 19 22
                                    


Terimakasih buat yang udah setia nunggu ceritaku!

Happy Reading!

***

"Din! Bangun!" teriak Cipa.

"Dinda, ntar disiram pake air lagi mau, lo?" Ipeh mengancam

"Hmm iya iya" jawab Dinda dengan mata masih terpejam.

"Ayok! udah jam 03.15 loh!" ucap Cipa

"Iya, nyusul gue!" Dinda menjawab dengan nada serak namun matanya masih terpejam

"Awas aja ga nyusul! gue panggilin Kapita loh!" Ipeh kembali mengancam.

"Iya iyaaa!!" Dinda mulai membuka matanya, ia turun dari ranjangnya mengambil mukena dan bergegas ke masjid dengan badan sempoyongan.

Sreekkkk srekkkk......

Dinda membuka matanya setelah tidurnya terganggu oleh suara gesekan sapu lidi dengan tanah. Ada beberapa santri putra yang sedang menyapu halaman masjid, mereka memandang Dinda dari kejauhan.

"Hah!" Dinda terperanjat saat menyadari dirinya terbangun di serambi masjid dengan mukena yang sudah kucel karena ia pakai tidur.

Dinda lari terbirit birit, menuju asrama putri, hatinya gelisah, ingin rasanya mereka mengumpat pada ketiga temannya yang sudah meninggalkan Dinda.

Brakkkk....

Cipa, Mimin dan Ipeh sontak kaget mendengar gebrakan itu, tangan Dinda menggebrak pintu kamar.

"Kalian tega banget sih, gue ditinggal sendirian di serambi!" Ucap Dinda dengan nada tinggi, ia sangat kesal.

"Din, kita udah berusaha bangunin elo" jawab Cipa

"Iyaa Din" Ipeh mengangguk.

"Tapi elo nya kebo banget sumpah!" tambah Cipa

"Kapita yang suruh kita masuk, Din" jelas Mimin

Dinda mengernyitkan dahi.

"Kita udah berusaha bangunin elo, gimanapun caranya. Tapi Kapita maksa kita buat masuk dan ninggalin elo" tambah Mimin dengan ekspresi datar.

"Anjing!" Dinda mengumpat.

"Eh, Din jangan kasar gitu lah!" Cipa berusaha menasehati Dinda

Ingin marah, tapi bagaimanapun Dinda juga salah. Ia meminta maaf kepada ketiga temannya karena sudah marah marah tidak jelas.

Dinda melepas mukenanya yang kusut, ia pergi keluar dari kamar. Langkahnya menuju kamar pengurus.

"Kapita mana?" tanya Dinda pada 2 pengurus lainnya.

"Kenapa cari Pita?" tanya pengurus yang bernama Nella.

"Mau marah marah?" tambah temannya, Feylis namanya.

"Iya, kenapa?" Dinda menantang, entah angin darimana Dinda jadi berani pada pengurus.

"Assalamu'alaikum Zein, Aku Dinda" (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang