46 - TANTE HANI DATANG

80 10 4
                                    


Yeayy muncul lagi 😋


Seperti sebelumnya, author saranin baca beberapa chapter sebelum ini biar kalian inget lagi alur ceritanya.

Selamat Membaca!

***

"Mimin?" tanya Cipa penuh kebingungan, alisnya berkerut. "Ini gue Cipa, Din."

Dinda menggelengkan kepala, sembari menegerjapkan matanya. "Astagfirullah, Sorry, Cip."

"Semalem gue dapet kabar dari Mansur, makanya pagi ini gue minta anter Om gue kesini." tutur Cipa meletakkan ranselnya.

Dinda termenung, kembali mengingat Fika.

"Din,"

Panggilan Cipa disambut pelukan hangat dari Dinda. Cipa sempat tertegun. Jemarinya mengusap punggung Dinda yang menangis sesenggukan.

"Fika anak hebat," ucap Dinda sesenggukan.

Cipa menganggukan kepala, "Iya, dia anak hebat." kemudian melepas pelukannya menatap lekat lekat wajah Dinda.

"Din, lo udah nggak marah sama gue?"

Dinda membalas tatapannya dengan sorot mata sendu, "Sorry, ya, Cip soal—"

Cipa mengangguk, "Ga apa apa, lo beneran udah nggak marah sama gue?"

Dinda menggelengkan kepala, ia mengambil sesuatu dari atas lemarinya dan menunjukkan pada Cipa.

"Maksudnya?" tanya Cipa tak paham.

"Mimin." ucap Dinda singkat sambil menyeka air matanya. "Gue nggak nyangka dia biang dari semua ini."

"Hah?" kaget Cipa dengan mulut menganga, "Mimin?"

Dinda mengangguk, "Dia yang taruh celengan Ipeh, dia yang taruh ponsel Megan ke lemari gue dan dia yang kasih kunci cadangan ini ke Megan."

"Buat apa?"

"Megan masuk ke kamar sini diam diam, dia culik gue dan bawa ke asrama. Gue ga tau niatnya mau ngapain,"

"Mungkin lo di taruh di serambi masjid biar waktu lo bangun, lo malu diliatin santri putra?" tebak Cipa.

"Mungkin,"

"Gila, tega bener Mimin, salah lo apa coba?"

"Dia tahu gue suka sama Zein,"

"Hah?"

"Iya, gue suka sama Zein, gue kirim surat ke dia tapi surat itu malah nggak sampai, makannya gue dita'zir sama Mansur."

"Jadi, waktu lo di hukum itu sebenarnya surat buat Zain?"

Dinda menganggukkan kepala,

"OMG, gue baru tau lo suka sama Zain."

Dinda terkekeh, "Mungkin Mimin nggak mau ada saingan," ia kembali terkekeh, "Padahal ya, jelas jelas dia nggak ada tandingan, ngapain takut kesaing ya?"

"Gak nyangka bener gue,"

"Sama, gue bahkan sampe nggak bisa marah kalo nanti harus ketemu sama dia. Karena saking nggak percayanya gue, temen sebaik dia, sesholehah dia ngelakuin kaya gitu,"

"Tapi kenapa Megan? Sepupu lo sendiri."

"Sebenarnya, Megan itu mantan gue bukan sepupu gue."

"HAH???" Cipa kembali menganga. "Gimana ceritanya?"

"Ceritanya panjang."

***

Sore ini, Dinda berada di ruang tamu pesantren menemui seseorang yang sudah jauh jauh dari kota Malang. Semula, Dinda menolak untuk menemuinya namun Cipa berhasil membujuk Dinda agar bersikap lebih dewasa.

"Assalamu'alaikum Zein, Aku Dinda" (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang