02 - AIR MATA DINDA

166 30 29
                                    


HAPPY READING!

2 perempuan keluar dari Mobil Gagah Toyota Fortuner tahun 2019, ya mobil itu belum lama tante hani beli secara cash. Baginya membeli mobil keluaran terbaru semudah membeli kerupuk di warung.

Kedatangan mereka berdua disambut hangat oleh perempuan cantik berjilbab pink, ia tersenyum manis kearah dinda dan tante hani.

"Assalamualaikum tante selamat datang!" ia mempersilahkan Tamu yang baru saja datang dari Malang untuk masuk dan duduk di ruang tamu.

Tanah yang luas juga bangungan yang kokoh dan tinggi membentuk leter U mengelilingi masjid Agung Pondok Pesantren Miftahul Huda.

Sebelumnya kami bersalaman dan bertegur sapa dengan Pria Tua berjenggot panjang juga perempuan paruh baya berjubah coklat. Mereka adalah pemilik pesantren ini. Namun, mereka tidak bisa menemani tante hani dan dinda karena sedang ada urusan di luar. Sehingga perempuan cantik tadilah yang menemani dinda dan tantenya.

"Saya Riani tante, salah satu pengurus asrama putri" perempuan itu menjulurkan tangan, memperkenalkan diri dan menjabat tangan tante hani. Begitu juga ia lakukan itu pada dinda.

Pandangan dinda mengedar pada bangunan bangunan kokoh yang belum selesai digarap, sepertinya sedang dalam proses pembangunan atau renovasi. Dia nampak tak nyaman dengan keadaan ini. Wajah murung dinda mulai terlihat oleh tantenya.

"Maaf lupa, tadi namanya dinda ya?" perempuan bernama Riani itu menanyakan kembali nama dinda, ia memang pelupa. Dinda hanya mengangguk saja.

"Oke dinda, panggil aku kak ri aja ya!"

Lagi lagi dinda hanya tersenyum kecil dan mengangguk.

"Dinda yuk ikut kak ri buat keliling pesantren yuk!" ajak perempuan yang minta dirinya dipanggil dengan sebutan kak ri.

Dinda melirik pada tantenya, ia seakan menolak ajakan kak ri.

"Iya udah sana, tante urus administrasi dulu sama ngurus surat pindahan kamu!" tante hani ikut berdiri ia hendak pergi ke kantor. Dia juga menarik lengan dinda agar bergegas berdiri karena Riani sudah berdiri sedari tadi menunggu dinda.

Rasanya dinda berat melangkahkan kaki mengikuti langkah Riani, ia takut jika tante meninggalkanya.

"Tantemu nggak akan pulang kok! Tenang aja, dia baru urus berkas kamu!" Rupanya pengurus ini mengetahui isi hati dinda. Mungkin dia bisa membaca dari mimik wajah dinda.

Ia mengajak dinda berjalan menyusuri bangunan bangunan yang terlihat kokoh, namun ada beberapa yang sedang dalam proses pembangunan. Ia menunjukkan Masjid Agung pesantren ini, dimana disinilah tempat sholat semua santri laki laki maupun perempuan.

Kakinya terus melangkah, tangannya menunjuk ruang ruang kelas juga bangunan yang katanya adalah asrama santri putra. Di sebelahnya terdapat kantor pengurus dimana disitulah saat ini tante hani berada.

Kak ri terus mengajak dinda memasuki bangunan yang terdapat pagar didepannya, ya disitulah dinda akan beristirahat. Terlihat dari luar ruang dengan cat hijau yang sama dan dengan ukuran yang sama pula. Dinda sudah menebak, disitulah kamar para santri. Ia juga menunjukkan aula, kamar mandi juga kantin. Kak ri terlihat antusias menunjukkan itu semua pada dinda, sedangkan dinda ia hanya membalasnya dengan senyuman terpaksa.

Kak ri mengajak dinda kembali ketempat dimana dinda dipersilahkan duduk, disana sudah ada tante hani yang duduk manis menunggu sambil memainkan handphone miliknya.

Ia melihat kedatangan dinda, kemudian memasukkan handphonenya kedalam tas.

"Gimana din? Udah selesai room tournya?" Tante hani tersenyum senang

"Udah" jawab dinda dengan ekspresi datar

Sekali lagi, keberadaan dinda disini adalah sebuah paksaan. bukan karena ia mau berada disini artinya ia bersedia untuk masuk pesantren.

Tante hanni dan Kak Ri nampak asik berbincang, entah apa yang ia perbincangkan Dinda tak mengerti dan tak ingin mengerti . Dinda hanya diam dan menundukkan kepalanya, ia menahan ini semua. Jujur ia berat untuk berada disini. Air mata dinda membendung di kelopak matanya

"Dinda?" panggil kak ri yang sedari tadi memperhatikan dinda.

Dinda menoleh ke sumber suara, dan air matanya jatuh menetes ke pipi. Ia segera mengusapnya. Berharap hanya itu saja air mata yang keluar, ternyata tidak. Justru airnya tak bisa berhenti keluar dari mata dinda. Dinda menangis di pelukan tantenya.

Dinda menangis sesenggukan, dengan menggelengkan kepalanya karena ia tak sanggup bicara. Ia mengisyaratkan untuk jangan meninggalkan Dinda sendirian. Dinda mohon tante.

Tante hani mencoba melepaskan pelukan dinda, namun semakin ia coba lepaskan pelukan dinda semakin erat. Hingga akhirnya tante hani berbicara

"dinda ingat! Dinda bilang tante udah kaya mama dinda sendiri, kalo udah kaya mama dinda sendiri, harusnya sekarang nurut dong sama perintah tante!" ucap tante hani lembut

perlahan pelukan dinda lepas, ia mengusap air matanya. Pakaian tante hani basah terkena air mata dinda yang tak mau berhenti menangis.

Dinda masih sesenggukan, kepalanya masih menunduk.

"Dinda!" panggil kak ri

Dinda hanya diam, ia tak mau menoleh pada siapapun yang memanggilnya.

Seseorang mendekat kearah dinda, ia duduk tepat di samping dinda. Mendongakkan kepala dinda yang sedari tadi menunduk. Ya, kak ri berhasil mendongakkan kepala dinda.

"Din, liat anak kecil yang jalan bawa mukena itu!" ucap kak ri sambil menunjuk gadis kecil berjalan sendirian dengan riang membawa mukena. Dinda melihat apa yang kak ri tunjuk.

"Itu fika, gadis kecil itu umurnya 9 tahun. Sekarang dia kelas 4 SD"

"Trus?" tanya dinda malas

Bukanya menjawab pertanyaan dinda kak ri justru memanggil gadis kecil itu.

"Fika!" teriak kak ri sambil melambaikan tangan memintanya untuk kemari.

Gadis kecil itu berlari kearah kak ri, dia berlari kecil dengan riang masih dengan membawa mukena motif strawberry nya

"Ya kak ri?" tanyanya polos. Mata mungil gadis itu tidak menatap kak ri yang cantik, namun menatap dinda yang masih berkaca kaca.

Dinda sedikit kesal muka kusut dia sehabis menangis dilihat oleh gadis kecil tersebut.

"Kamu ngapain disini?" tanya kak ri

"Mau persiapan sholat ashar lah!" dia menunjukkan mukena yang ia bawa.

"Iya kak ri tau, fika mau sholat! Maksut kak ri, fika ngapain di pesantren sini!" Tanya kak ri lembut sambil mengusap pipi lembutnya.

"Ya mesantren dong kak ri!" jawab gadis kecil itu, lagi lagi ia melirik ke arah dinda. Gadis kecil itu penasaran dengan muka kusut dinda.

Tante hani yang melihatnya dibuat kagum oleh gadis kecil itu.

"Masyaallah" ucap tante hani memandangi gadis kecil yanh berlari meninggalkan kak ri, ia bergegas ke masjid.

Jujur, dinda merasa malu juga melihat gadis seusia amel, sepupunya sudah masuk pesantren. Tapi ia juga sebal dengan tatapan gadis kecil tadi saat melirik dinda. Terkesan mengejek dinda.

"Gimana dinda?" tanya kak ri.

"Gimana apanya?"

"Ya, liat aja tu si fika. Dia kelihatan senengkan? Enjoykan? Masa iya sih kalah sama anak kelas 4 SD".

Ucapan kak ri membuat dinda tertantang, dia sudah kesal saat mendapat lirikan dari fika yang seakan mengejek dinda. Dia berusaha menata diri, mempersiapkan diri untuk mengatakan "Ya, aku mau masuk pesantren!".

****

Dinda gamau kalah dong aman anak kelas 4 SD!


Jangan lupa tinggalkan vote dan comment plissss!!!

Follow Instagram aku yaaa @qrrtnrrsydh




"Assalamu'alaikum Zein, Aku Dinda" (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang