09 - SEKOLAH PERTAMA DINDA

95 23 24
                                    


Halo teman teman jangan lupa follow instagramku ya : @qrrtnrrsydh

HAPPY READING!

***

"Dindaaaaa!!!"teriak Cipa.

Dinda terperanjat dan segera bangun dari tidurnya, ia mengusap area mulutnya. Ia takut ada sesuatu yang keluar dari mulutnya, saat ia tertidur pulas.

"Udah gue tebak pasti ketiduran!" celetuk Ipeh.

"Eh, sorry sumpah gue juga gatau kenapa bisa sampe kasur!" terang Dinda dengan panik.

"Dinda, untung aja ya, Kapita hari ini nggak ngecek siapa aja yang nggak ikut ngaji" geram Cipa.

"Coba kalo lo ketahuan ga ikut ngaji tanpa alasan, bisa kena ta'zir lo!" tambah Copa.

Alih alih mengambil air wudhu, Dinda malah masuk ke kamar buat memuaskan rasa kantuknya.

"Lo belum solat, ni?" tanya Ipeh.

Dinda menggelengkan kepala.

"Buruan sholat, udah jam 05.10 WIB"

"ehm, iya, iya!" jawab Dinda.

"Sholat di kamar aja gapapa!" ucap Mimin tanpa ekspresi.

***

Tok tok tok...
Seorang Gadis mengetuk pintu kamar mandi nomor 7

"Din! masih lama mandinya?" tanya Ipeh

"Masih, kenapa?"

"Buruan, ayo sarapan!"

"Gue ga makan, kalian makan aja!" teriak Dinda dari dalam.

"Serius?"

"Iyaaa!"

Tak lama dari itu, Dinda keluar dari kamar mandi dengan handuk melingkar di lehernya. Berjalan menuju kamar dan bersiap memakai seragam barunya, seragam osis dengan badge bertuliskan SMA Islam Mifathul Huda.

"Enggak makan?" tanya Mimin saat memasuki kamar.

Dinda menggelengkan kepala "Lo nggak makan?" tanya Dinda kembali.

Bukannya menjawab pertanyaan Dinda, Mimin malah memberikan donat pada Dinda.

"Nih, buat ganjal perut!"

Dinda tersenyum pada Mimin, ia terharu bertemu orang orang baik dan peduli pada Dinda.

"Makasih, Min!" ucap Dinda, sedangkan Mimin ia hanya menganggukkan kepala.

Dinda, Cipa dan Ipeh sedang mengikat tali sepatu mereka, bersiap untuk berangkat sekolah. Mata Mimin celingukan mencari gadis yang memberinya Donat.

"Mimin mana ya?" tanya Dinda sambil melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 06.45 WIB.

"Mimin mah udah berangkat dari tadi!" jawab Ipeh

"Kenapa nggak bareng aja?" tanya Dinda

Ipeh mengendikkan bahu tanda tak tahu.

"Dari dulu emang gitu, dia selalu berangkat sendirian! Dia udah punya prinsip sebelum jam 06.30 WIB, dia sudah harus di kelas" jelas Dinda.

"Owalah, Rajin banget ya dia" Respon Dinda

"Ya, begitulah" Ucap Ipeh dengan ekspresi datar.

Mereka bertiga berangkat bersama, berjalan beriringan. Gedung sekolah mereka tidak jauh dari asrama putri, hanya 10 meter saja. Cipa menerangkan pada Dinda, jika, kelas mereka yang sebenarnya ada di lantai 2 dan sedang dalam tahap renovasi. Maka dari itu, para siswa kelas XI IPA 1 harus menempati ruangan lain. Mereka bertiga sampai di depan ruangan berukuran cukup besar, namun tidak ada pintunya.

"Ini, serius ga ada pintunya?" tanya Dinda dengan heran

"Sementara, Din!" jawab Ipeh sambil masuk ke ruangan yang sementara ini mereka gunakan untuk kegiatan belajar mengajar.

"Iya, sih, sementara. Tapi emang ga ganggu anak kelas ya, kalo di luar berisik"

Cipa mengendikkan bahu, ia hanya pasrah dan menerima keadaan ini. Memang saat ini jatah nya harus berada di kelas ini, mau bagaimana lagi.

Dinda mengikuti Ipeh masuk, terdapat sekitar 20 siswa lain, eh bukan siswa, siswi lebih tepatnya karena di sekolah pesantren ini, laki laki dan perempuan terpisah.

Dinda tersenyum pada seluruh siswi yang melihatnya, ia juga mengenalkan diri pada teman teman sekolahnya yang bukan santri di pesantren.

"Din, duduk situ gapapa?" Cipa menunjuk kursi paling ujung, paling dekat dengan pintu, maksutnya daun pintu tanpa pintu.

"Gapapa kok" jawab Dinda kemudian duduk di kursi yang Cipa tunjuk, duduk di samping gadis yang super hemat bicara, siapa lagi jika bukan Mimin. Dinda dan Ipeh berada di kursi belakang mereka berdua.

Pelajaran belum memulai saja, Mimin sudah asik dengan buku pelajarannya. Ia me- review kembali apa yang sudah diajarkan ustadz pada minggu lalu.

Dinda hanya tersenyum ngeri melihat Mimin yang seperti itu.

"Anjir, bumi dan langit dong gue kalo duduk di samping Mimin" batin Dinda dengan ngeri. Kontras pada keduanya, akan sangat nampak saat mereka duduk bersama.

***

"kantin, yuk!" ajak Dinda.

"yuk!" jawab Cipa beranjak dari kursinya. Ipeh menggelengkan kepala, masih kenyang katanya.

"Min?" tanya Dinda.

"Mimin puasa" jawab Cipa menarik tangan Dinda untuk keluar kelas, menuju Kantin.

***

maap ya teman teman dikit banget ceritanya 🙃 janji deh besok panjang kek biasanya heheheh

Jangan lupa tinggalkan vote dan komen sebanyak-banyaknya yaaa

"Assalamu'alaikum Zein, Aku Dinda" (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang