15 - PESANTREN

74 17 2
                                    


Halo teman teman thanks banget yang udah nungguin aku update cerita setiap hari

Meskipun pembaca baru sedikit tapi gpp deh, aku tetep bakalan konsisten buat update tiap hari

Happy Reading!

***

"Dinda" panggil Kak Ri dari luar kamar.

"Iya, Kak" Dinda bergegas turun dari ranjangnya.

"Nggak makan?" tanya Kak Ri dengan lembut

Dinda hanya menggelengkan kepala.

"Kemaren Kak Ri udah hubungi Tante Hani, katanya hari ini mau dijemput"

"Boleh pinjem handphonenya nggak, kak? Aku mau bicara sama tante"

Kak Ri memberikan handphonenya.

"Halo Tante?" sapa Dinda pada seseorang yang dia hubungi.

"Iya, Din. Tante siap siap otw jogja ini"

"Tante, gausah!"

"Hah?"

"Din-da m-mau di si-ni aja" ucap Dinda terbata - bata. Kak Ri yang mendengar ucapan Dinda terheran heran.

"Alhamdulillah, Tante seneng Dinda betah di pesantren. Nanti kalo uangnya habis kabarin Tante ya, Tante transfer lewat pengurus"

Dinda hanya manggut manggut. Kak Ri memandang Dinda dengan penuh bahagia.

"Kak Ri bilang juga apa, tempat ini terlalu indah untuk ditinggalkan" Kak Ri mengusap pundak Dinda.

"Iya, Kak bener banget" jawab Dinda dengan memikirkan Zain.

"Yaudah istirahat sana, mumpung ashar masih lama. Kak Ri balik ke kamar ya!" ucap Kak Ri

"Iya Kak, makasih"

Tak lama setelah kepergian Kak Ri, ketiga teman Dinda datang setelah kenyang mengisi perut.

"Kak Ri, ngapain kesini?" tanya Cipa.

"Tadi gue pinjem handphone dia"

"Oiya, Din" ucap Cipa seakan mengingat sesuatu, ia membuka lemarinya dan mengambil sesuatu.

"Kenang kenangan buat, lo!" Cipa memberikan box berwarna maroon dengan pita pink.

"Iya, Din. Semoga lo suka ya!" tambah Ipeh.

Mimin hanya mengiyakan ucapan kedua temannya.

"Meskipun kita baru kenal seminggu, tapi rasanya kaya udah lama banget. Udah klop gitu rasanya, eh malah lo mau pulang gitu aja!" jelas Cipa dengan penuh haru.

"Apa apaan, kalian ini?" Dinda tertawa.

"Gue gajadi pulang, guys!" tambah Cipa dengan riang

"Serius loh?"

"Seriusan?"

Dinda menganggukan kepala, ia melentangkan tangan mengajak temannya berpelukan.

"Assalamu'alaikum Zein, Aku Dinda" (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang