34 - AL - BAQARAH

59 8 4
                                    


Chapter ini mengandung bawang 😭

Siapin tissue kalian!

Siapin juga jari kalian buat kasih semangat buat seseorang yang butuh semangat, Dinda maksutnya 😂

Eh tapi sebelumnya author mau ngucapin dulu buat kalian para santri diluar sana dan juga kalian yang udah jadi mantan santri, eh maksutnya udah lulus dari pesantren...

✨ SELAMAT HARI SANTRI NASIONAL ✨
22 OKTOBER 2021

Dapet salam dari para penghuni kamar Khadijah dan kamar Ustman wkwk

Bersama Santri Bangun Negri 🤝🏻

Selamat Membaca

*****************************************

BRAKKKK....

SUARA gebrakan meja yang dihasilkan dari emosi Dinda membuat 10 orang di sekelilingnya mengerjap. Saat ini Dinda sedang dalam proses sidang di ruang pengurus. Kali ini ia sudah berhasil mengeluarkan emosi yang sejak tadi tak bisa ia keluarkan.

"Gue tau ini akal akalan lo, Pit. Lo taruh barang itu dulu seakan akan lo yang nemuin!" sentak Dinda membuat semua pengurus mengerjap mendengarnya.

Mereka heran dengan keberanian Dinda yang lewat batas memanggil senior bahkan ketua pengurus tanpa menggunakan kata kak, namun tidak dengan Kapita, ia sudah biasa mendengar hal itu keluar dari mulut Dinda.

"Sejak awal gue masuk pesantren, lo emang udah nggak suka sama gue kan? Makanya sekarang waktunya lo bikin gue menderita? IYAKAN? NGAKU AJA LO!" tuding Dinda.

Alih alih emosi karena dituduh semena mena oleh adik kelasnya, Kapita justru terkekeh.

"Kenapa? Kamu nggak percaya kalo aku nemuin barang itu di lemari kamu?" tindas Kapita.

Dinda menatap tajam netra coklat milik iblis berjilbab itu, Ia yakin benar ini adalah ulahnya.

"Sebenarnya bukan gue yang nemuin." ucapnya santai sambil melirik ke arah Kak Ri. Dinda yang sejak tadi menatap tajam mata Kapita, kini dibuat mengikuti kemana arah mata itu memandang.

"Riani, jelasin semuanya ke adik didik lo tuh!" perintah Kapita mutlak.

Dinda menatap lekat manik mata cantik milik Riani, ia harap pengurus itu akan mengatakan yang sebenarnya. Ia harap pengurus baik itu akan membongkar semua kebusukan yang dilakukan Kapita padanya. Ia harap demikian. Matanya seolah memandang penuh harap pada Riani. Namun manik mata cantik itu benar benar tidak bisa berbohong, ia mengucapkan dengan pelan dan lembut tentang apa yang terjadi. Dinda menangkap kilatan dari manik mata Riani, ia berkaca kaca saat menjelaskan.

"See?" Kapita terkekeh. "Dia nggak nyangka aja kalo adik didiknya kaya gitu!" Matanya melirik acuh seakan meremehkan. "Kalo gue mah dari awal nggak kaget kalo itu kelakuan lo!"

Riani hanya menunduk, Dinda jelas mengerti bagaimana perasaan Riani saat ini. Namun ada satu hal yang harus Riani tau saat ini, ini semua fitnah. Meskipun sudah jelas barang itu berada di lemari Dinda, tapi Dinda berani bersumpah dihadapan Al Qur'an bukan dia yang mengambilnya. Dia menyadari sepenuhnya jika dia bukan anak baik, dia selalu membuat masalah, melanggar peraturan tapi Demi Allah Dinda mengerti bagaimana hukumnya jika menyentuh atau bahkan mengambil barang yang bukan miliknya, Dinda sama sekali tak pernah melakukan hal seperti itu.

"Assalamu'alaikum Zein, Aku Dinda" (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang