05 - PRESIDENTIAL SUITE

117 27 24
                                    


Happy Reading teman teman!

Jangan Lupa Follow Instagram aku yaa : @qrrtnrrsydh

***

"Assalamualaikum" teriak gadis kecil berjilbab ungu dengan ceria di ambang pintu. Siapa lagi gadis kecil di pesantren ini jika bukan fika. Ia membawa 2 kantong plastik transaparan berisi makanan dan minuman.

Dinda memutar bola mata dengan malas, "bocah itu lagi" batin Dinda.

Gadis yang belum diizinkan masuk itu tiba tiba menyelonong saja, bukan karena tidak sopan. Tetapi karena memang sudah menjadi kebiasaan dia wira wiri di kamar Khadijah.

Dia memberikan 1 bungkus makanan dan minuman pada Cipa dan satunya lagi untuk Ipeh. Kemudian mengeluarkan beberapa lembar uang kucel dari dalam kantong roknya.

"Nih kembalian Kak Cipa 35.000!" ucapnya sambil memberikan beberapa lembar uang pada Cipa.

"Nih 5.000 kembalian Kak Ipeh!" Fika mengulurkan tangannya yang memegang satu lembar uang 5.000 an itu pada Ipeh.

'Makasih cu!" ucap Cipa

Setelah tugasnya selesai ia membalikkan badan, hendak pergi dari kamar Khadijah.
Namun langkahnya terhenti saat melihat Dinda.

"Eh, kakak yang tadi, kamarnya di sini ya?" sapa Fika pada Dinda

Dinda melemparkan senyum nya dengan terpaksa "Iya"

"Kakak namanya siapa? Kenalin aku Alfi Kamila Sajida panggil aja Fika" ucap Fika dengan ceria, dia Mengulurkan tangan kecilnya mengajak Dinda bersalaman.

Fika mencium punggung telapak Dinda dengan hidungnya.

"Kak Dinda" jawab Dinda dengan malas.

"Salam kenal kak Dinda, kalau butuh apa apa just call me! Okay?" gadis kecil itu kemudian meninggalkan kamar Khadijah. Dinda tak mengerti apa maksud ucapan Fika.

"Itu bocah beneran mesantren di sini?" tanya Dinda pada kedua temannya.

"Ya masa boong sih Din" jawab Cipa sambil menyeruput es teh yang dibawakan Fika.

Ipeh menyodorkan donat pada Dinda, "Donat Din!"

"Iya Peh makasih, masih kenyang, lo makan aja!" Dinda mengangguk mengucapkan terimakasih

Sembari mengunyah keripik usus yang tadi di antar Fika, Cipa menjelaskan pada Dinda, Jika yang sekolah di pesantren ini bukan hanya santri, namun banyak siswa dari luar juga. Mereka bisa bersekolah disini tanpa harus masuk pesantren.

Dinda mengangguk paham, "Fika itu di sini sendirian?atau ada saudaranya?" Dinda mulai penasaran dengan bocah itu.

"Ada Kakaknya, Di asrama laki laki" timpal Ipeh.

"Oo.." jawab Dinda dengan mulut membentuk huruf O

Ipeh nampak mengambil sesuatu dari lemarinya, masih dengan mengunyah donat di mulutnya. Ia mengambil celengan. Memasukkan selembar uang 5.000 yang Fika berikan tadi pada celengan berbentuk silinder tersebut.

"Liat tuh Din!" Perintah Cipa pada Dinda "Ipeh itu manusia paling rajin kalo disuruh nabung!" Dinda dan Cipa memperhatikan gadis asal Semarang itu.

"Oh ya? Bagus dong!" Dinda mengapresiasi habit Ipeh.

"Nasib anak miskin Din, kalo pengen apa apa mah kudu nabung dulu!" Jawab ipeh dengan tawa.

"Miskin apaan sih peh peh!" Cipa mencoba mematahkan bahwa Ipeh bukan anak orang miskin.

"Assalamu'alaikum Zein, Aku Dinda" (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang