22 - TAK ADA KABAR

67 12 0
                                    

Selamat membaca teman teman

Jangan lupa follow instagramku @qrrtnrrsydh

***

Gadis asal Malang melangkahkan kaki keluar dari kamar Kak Ri, setelah meminjam HP pengurus untuk menelpon Tante Hani.

"Kusut amat muka lo, Din!" celetuk Cipa melihat Dinda masuk ke kamar.

"Minta di setrika nih, anak!" tambah Cipa karena Dinda tak merespon ucapannya.

"Maksutnya?" Ipeh tak memahami maksut Cipa.

"Buset, lola amat sih Peh!" Cipa mendengus kesal.

"Lo kenapa, Din?" tanya Ipeh

"Kangen Tante lo?" tanya Cipa.

Dinda menggelengkan kepala, ia masih tak mau buka suara.

"Assalamualaikum" ucap seseorang di ambang pintu.

"Ngapain cu?" tanya Cipa pada gadis kecil yang mengucapkan salam.

"Ada mama papa Kak Cipa di ruang tamu!" tutur Fika.

"Yeayyyy!" sorak Cipa gembira.

"Asik, bakal ada rendang nih!" ucap Ipeh riang. Mimin yang sedang membaca novel pun ikut tersenyum mendengarnya. Pasalnya, setiap orang tua Cipa datang menjenguk mereka selalu membawakan rendang kesukaan Cipa, tidak pernah absen sekalipun.

Dinda memandang kepergian Cipa dan Fika dengan sedih. Bagaimana tidak, ia merindukan sosok keluarganya. Tante Hani berjanji akan menjenguk Dinda maksimal 1 bulan sekali, namun sudah sebulan lebih Dinda di pesantren Tante Hani tak pernah menjenguknya. Beberapa kali ditelpon tak pernah diangkat, pesan whatsapp pun hanya dibaca saja.

Dinda beranjak dari duduknya, ia pergi ke area jemuran untuk melepas suntuk. Dari atas, Dinda dapat melihat beberapa santri putra yang beraktifitas di lapangan. Dinda melihat laki laki yang beberapa minggu terakhir ini menarik hatinya, kemudian hatinya sedih teringat ucapan Mansur kala itu.

"Hai, Zein!" ucap Dinda dalam hati sambil memandangi Zain yang berada jauh darinya.

"Kenapa ya, kalo liat wajah lo rasanya adem banget"

"Gue kangen banget sama keluarga gue, Zein. Tapi, kangen gue terobati waktu liat lo"

"Makasih, ya Zein. Gue sa-"

"Din!" teriak seseorang. Dinda menoleh ke arah sumber suara.

"Kamprett, ganggu orang lagi pacaran aja!" gerutu Dinda dengan lirih. Ia beranjak dari duduknya dan mendekat pada Ipeh.

"Ayok makan!" ajak Ipeh.

"Makan?"

"Makan di kamar, Mamanya Cipa bawain makanan banyak. Ayok!!!" seru Ipeh sambil menuruni anak tangga.

"Iya iya, nyusul gue!" jawab Dinda kesal, ia harus mengakhiri pacarannya.

"Bye, Zein!" ucap Dinda lirih sambil melambaikan tangan ke arah lapangan.

"Assalamu'alaikum Zein, Aku Dinda" (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang