31 - MUAK

67 11 6
                                    


Jangan suka jadi silent reader ya plisss banget 👉🏻👈🏻😭

Pokoknya kalian cukup kasih vote sama komen di setiap chapter itu udah bikin author seneng banget tauuu 👉🏻👈🏻😭


Ngertikan? 👉🏻👈🏻😭

Yaudah selamat membaca yakk

Chapter ini mengandung amarah Andro dan Dinda

Siap siap gregetan!

*****************************************

MALAM ini para santri duduk rapi memenuhi aula menunggu pengurus yang sedang melakukan penggeledahan. Kebanyakan dari para santri yang kehilangan uang, mustahil untuk menemukan siapa pencurinya. Namun meskipun begitu, pengurus tetap melakukan penggeledahan karena masih ada harapan untuk menemukan bukti berupa wadah celengan meskipun nanti sudah tidak ada isinya.

1 jam berlalu, namun hasilnya nihil. Ipeh nampak tenang, tak sedikitpun mengeluarkan ekspresi sedih atau kesal, namun Dinda sangat mengerti bagaimana perasaan Ipeh saat ini. Dinda mengusap pundak Ipeh perlahan, memberikan Ipeh sedikit kekuatan.

"Pasti ketemu, Peh!" ucap Mimin mantap sambil mengusap paha Ipeh yang terbalut rok hitam.

Cipa menganggukkan kepala, mengiyakan ucapan Mimin. Dinda memandangi temannya bergantian. Ia merasa bersyukur berada diantara mereka yang mampu menerima kekurangan masing masing dan selalu support.

Setelah itu para santri menuju ruangan kelas masing masing, Ustadz Ustadzah sudah menunggu mereka untuk jadwal mengaji kitab.

Sejak tadi, fokus Dinda hanya kepada Ipeh yang diam saja. Dinda mencoba memutar ide berusaha untuk membantu Ipeh, namun lagi lagi terhalang kondisi keuangan Dinda saat ini. Meskipun dirinya sudah memiliki uang dari hasil membantu Bu Em, itu tidak seberapa untuk membantu Ipeh membelikan kasur untuk adiknya.

"Peh!" panggilan Mimin memecahkan lamunan ipeh saat itu juga, Dinda yang berada di sebelahnya mendengar persis apa yang mereka bicarakan.

Mimin juga sepertinya memiliki keinginan yang sangat untuk membantu Ipeh disaat seperti ini. Berkali kali Dinda mendengar dari mulut Mimin, jika ia akan bersikeras membantu Ipeh mencari siapa pencuri itu.

Ipeh mengatakan ia tak peduli berapapun isi dari celengan miliknya, ia hanya ingin mengetahui siapa sosok yang sudah tega mencuri celengan miliknya, padahal sudah jelas tertulis di dinding celengan tersebut "BELIIN KASUR ADIK ADIK" dan Dinda juga mengingat betul tulisan itu saat ia sembunyi sembunyi memasukkan 10 lembar uang 100.000 kedalamnya.

***

Tok tok tok....

"Kak Dinda!" panggil Fika dari luar kamar.

Gadis yang memiliki nama tersebut segera membuka pintu kamar mendapati gadis kecil di depannya, "Kenapa?"

"Dipanggil Mas Megan Kak!" serunya.

"Sialan, ngapain sih malem malem mau ketemu!" keluhnya.

Fika mengendikkan bahu, tiba tiba saja muncul Cipa dibelakang Dinda.

"Gue temenin, Din!" sahut Cipa membuat Dinda kaget.

"Anjir, ngagetin aja lo!" umpat Dinda, ia tak menggubris ucapan Cipa. "Dimana?" tanya Dinda pada Fika.

"Assalamu'alaikum Zein, Aku Dinda" (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang