Sesampainya dihotel caca langsung kekamar mandi untuk mandi sambil menunggu mark yang lagi telvonan sama mama.
Tak berapa lama caca keluar hanya menggunakan bathrobe hal pertama yang ia lihat adalah wajah masam mark "kenapa mas?"
"Chela kerumah jisaka" ucapnya datar
"Sekarang? Ngapain?" Bingung Caca
"Tau habis berantem katanya pingsan, nggak ada orang dirumah"
"Kesananya sendirian?" Caca berjalan mengambil paper bag disofa yang berisikan piyamanya dan suami, memang sudah ia siapkan berjaga-jaga untuk menginap.
"Sama sungchan dan Bomi" Mark mendekat kearah caca dan mencium bibirnya sekilas
"Aku mandi dulu ya" caca mengangguk.
Caca sibuk didapur sedang membuat sup dan mie rebus untuk menghangatkan tubuhnya, tiba tiba ada tangan melingkar di pinggangnya "mas nganggetin aja" pukul Caca pada lengan mark.
"Chela nginep dirumah jisaka jemina barusan telfon aku dia nggak ada temen, suaminya nggak ikut pulang karena ada kerjaan"
"Kamu izinin?" Caca mengangguk sebagai jawaban.
"Kok berani? Kan aku belum kasih izin, yang chela anak gadis loh" ucap mark marah.
"Tadi udah sempet nolak tapi tau sendiri aku orangnya nggak bisa an sama orang"
"Apasih kalau urusan anak beda lagi dong kamu harus tegas" Mark melepaskan pelukannya lalu duduk dimeja makan.
Hening selama mereka berdua makan, hanya ada suara benturan garpu dan piring.
Setelah selesai mark bertugas mencuci piring memang sudah tugasnya meskipun lagi marahan tapi tetap profesional.
Mark dan caca sudah berbaring ditempat tidur, Caca menghela nafas saat mark memunggunginya "mas~ iya aku minta maaf aku salah, aku cuman kasian aja sama jemina toh chela juga nggak tidur sama jisaka"
"Mass~~" Caca mendekat dan memeluk mark dari belakang.
"Kamu punya suami harusnya minta izin dulu, apalagi ini masalah anak gadis kita, sebagai ayah aku nggak bisa kasih kebebasan lebih buat dia seperti anak cowok" ketus Mark
"Iya adek minta maaf soal nggak izin sama mas, tapi jangan terlalu ngekang juga, chela udah besar mas bukan anak kecil lagi dia udah ngerti mana yang bener mana yang jelek belajar kasih kebebasan ya percaya sama dia, kita juga pernah muda semakin diatur malah semakin gak nurut kan, jangan ciptain trauma buat dia nanti malah ketakutan yang mau cerita ke kita akhirnya dia pendam sendiri kalau ada apa-apa" ucap lembut Caca sambil mengelus dada suaminya.
"Mas cuman takut, punya 4 anak cewek bikin mas ketar ketir apalagi baru kali ini chela pacaran" caca mendusalkan wajahnya kepunggung mark hatinya menghangat mendengar penuturan Mark yang sangat menyayangi anak-anaknya.
"Dek~" panggil mark.
"Hmmm"
"Mau lanjutin yang tadi?" Mark membalikkan tubuhnya menghadap Caca mengangkat dagu caca untuk menghadapnya dan langsung menyatukan bibir mereka, menyecap melumat bibir Caca dengan lembut.
"Pelan ya udah lama nanti sakit" ucap caca setelah tautan mereka terlepas memang sudah lama hampir 1 bulan mark tidak mengambil jatahnya.
Mark mengangguk dan mulai menciumi leher caca membuat tanda disana "ahhh yang jangan buat tanda" Mark tak menggubris dan mulai membuka kancing piyama caca hingga terlepas semua, Mark dimudahkan karena Caca memang tidak memakai bra saat tidur.
Langsung dilahapnya puting menonjol Caca dengan rakus "ahhhh~" Caca semakin menekan kepala suaminya, tangan kanan mark tak tinggal diam mulai menuruni bagian bawah Caca menggesekkan tanganya diluar celana caca.
"Langsung ya yang udah nggak tahan" setelahnya Mark berdiri melepas celananya dan caca, Mark mulai menindih tubuh caca menyatukan lagi bibirnya dan menggesekkan kejantanannya dengan klitoris Caca.
"Mhhhmmmm" geram mark, lalu melepaskan tautan bibir mereka dan menatap wajah caca menikmati wajah indah Caca saat dia memasukinya nanti.
"Aku masukin ya tahan" Caca hanya mengangguk mengiyakan.
"Aghhhh ahh~" lolong caca antara nikmat dan sakit karena lubangnya masih kering.
Mark berhenti sejenak membiasakan lubang Caca menampung kejantanan nya "aku langsung tidur ya nanti" ucap caca yang dibalas anggukan oleh suaminya.
Mark mulai memaju mundurkan pinggulnya pelan "shhh..kamu udah basah?"
"Enggak ahh.. punya kamu kali shhh" Caca menggelangkan wajahnya "shhh...selimutnya mas ahh dingin"
Mark menarik selimut hingga menutupi punggungnya menaikkan temponya dengan cepat. Selanjutnya hanya suara desahan dan geraman memenuhi kamar hotel.
Bye