Sari pov
"Siang cantik." Ucap diaz sembari menaruh piring bekas makan ketoprak. Setelah kami bermain pagi tadi aku memutuskan buat makan dirumah, karena tubuhku tiba-tiba lelah.
"Kayaknya kita sia-sia mandi pagi, sekarang keringetan lagi." Jawabku.
Diaz tertawa mendengarnya, "Yah... aku ga kepikiran, harusnya main nya habis lari aja tadi."
"Ish malah kepikiran itu coba!" Jawabku kesal. Diaz memelukku dari belakang. Ia memperhatikanku dari samping. "Jangan ngalangin coba! Yaampun.."
"Biarin aja, biar fokusmu cuma ke aku." Jawabnya, diaz mengendus leherku berulang kali bahkan ia juga menjilatinya.
Tubuhku diaz balikkan, kini pandanganku hanya padanya. "Apa?"
Diaz tertawa melihat wajah murungku, ia mencium bibirku sebentar. "Dapur kita luas juga ya?" Tanya diaz yang tampak memandangi dapur kami.
"Emang selama satu tahun tinggal disini kamu gak pernah cek dapur? Ya emang bagus!" Jawabku agak kesal tapi tertawa setelahnya. Pernyataan yang dilontarkan suamiku kadang suka aneh.
"Bagus nih, kalau doggy style disini." Diaz memandangiku tanpa kedip.
"Heh jangan macem-macem! Kan baru tadi kita main..." keluhku aku melemaskan tubuhku supaya diaz gak minta main lagi.
"Ya kan biar sekalian keringetan terus mandi." Jawabnya sembari menciumku sekilas. Aku menjauhkan wajah diaz dan mencoba membalikkan tubuhku tapi ia mengunci tubuhku dengan tangan nya.
"Aku capek sayang.. tolong nanti lagi aja ya?" Tawarku memasang muka melas.
Diaz tampak nya tidak tertarik dengan muka melasku. Ia menghimpitku dengan kakinya menggendongku dan menaruhku dimeja. "One more time."
Aku menghela nafas, "Janji? Malem jangan minta lagi, deal?"
Tangan diaz yang akan melepas kaosku berhenti sebentar. Mungkinkah itu pilihan yang sulit baginya.
"Deal." Ucap diaz tampak setuju dengan tawaranku. Kini kaos ku sudah ia lepas, hanya menyisakan bra ku dan celana olahraga. Ia juga sudah melepas kaos yang tadi di pakainya.
Ia memulai dengan meraba bagian dadaku, ingat kemarin diaz bilang kalau dia menyukai bagian tubuhku yang sekarang masih terbalut bra. Tubuhku dibalikkan oleh diaz ia menyuruhku menungging. Aku ingin segera cepat menyelesaikan permintaannya jadi aku menurutinya.Diaz melepas celananya, ia mulai menyamakan penisnya dengan lubangku. Aku sangat asing dengan aktivitas ini, karena aku belum pernah mencobanya dengan diaz. Mungkin ini pertama kalinya, aku melakukan doggy style.
Diaz memaju mundurkan pinggulnya, tak lupa tangannya juga meraba bagian dadaku dan meremasnya. Aku mendesah tak karuan, kalau dengan posisi seperti ini aku hanya bisa berpegangan pada meja makan. Diaz mencium leherku, ia tahu aku tidak nyaman dengan posisi ini karena biasanya aku akan mencekram punggung diaz.
"Enak?"
Shit. Batinku, aku tak menjawab dia masih bisa bisanya nanya gitu sementara aku nahan buat gak berantakin meja makan. Aku hanya bisa mendesah sementara diaz terus mencumbu tubuhku.
Rasanya sudah di klimaks, cairanku keluar tapi belum dengan diaz. Dia belum merasa puas. Tubuhku kini dibalikkan menjadi berhadapan dengannya. Diaz ikut naik ke meja makan sementara pahaku kini diaz buka lebar.
Ia memasukkan penisnya lagi, aku mendesah lagi. Posisi begini lebih nyaman, diaz juga membiarkan aku untuk mencengkram punggungnya sementara mulutnya yang terus menguasai dadaku. Bibirku sangat kering karena diaz tidak menciumku.
"Aahh... fasterhh." Desahku tak karuan.
Dadaku yang putingnya sudah mengeras dari tadi terus dikulum diaz sementara pinggulnya juga maju mundur. Ya, meja makanku kini sudah berantakan. Bahkan goyang karena diaz memaju mundurkan pinggulnya terlalu cepat.
"Aku mau keluarh... arghh..." aku klimaks lagi. Diaz menatapku dan menciumku belum juga nafasku teratur ia membuatku bungkam. Tampaknya dia belum juga klimaks. Diaz semakin mencepatkan gerakan pinggulnya, aku sangat kewalahan.
Nafasku tak teratur, ciuman diaz turun ke leher dan mulai menjilati dadaku lagi. Aku membantu dia dengan menenggelamkan wajahnya di dadaku. Tidak tahuu, itu hanya pemikiranku supaya dia bisa segera klimaks.
"Arghhh." Desahnya, cairan hangat menyembur di rahimku. Diaz mengatur nafasnya, yang tak karuan. Setelah cairannga memenuhi rahimku, ia mengeluarkan penisnya dari lubangku dan turun dari meja makan.
Aku bisa merasakan bagian bawahku yang berkedut. "Argh.... nyeri." Keluhku saat diaz membantu menuntun tanganku.
"Sayang maaf.." Diaz memelukku seolah menenangkan rasa nyeriku. "Dan makasih.. lagi.."
Aku mengusap punggungnya, diaz menatapku lagi. "Masih nyeri?"
Aku mengangguk, tanganku menyender ke meja makan. Rasanya sangat lelah, aku benar benar ingin tiduran secepatnya.
Diaz menggendong tubuhku, menaruhku lagi di meja makan. "Az... udah... sakit.."
Diaz tak menghiraukanku, ia melebarkan pahaku, dan menjilati kemaluanku. Aku pikir dia akan memasukkaan penis nya lagi, ternyata aku salah. Jilatan diaz di bagian intimku membuatku menggelinjang kenikmatan. Rasa nyeri itu kini menghilang terganti dengan rasa nikmat.
Aku mendongakkan kepalaku menatap langit-langit. Diaz terus menjilati bagian klitoris ku, rasa nyeri yang berkedut tadi menghilang tiba-tiba. "Az, udah.. udah ga nyeri."
"Hmh..?" Ucapnya menatapku. Aku mencium bibir diaz sekilas, menurunkan kakiku. "Udah.. nanti aku klimaks lagi."
Diaz menghentikan kegiatannya, ia menurunkan aku dari meja. Memelukku lagi, aku tak tahu sudah berapa jam aku melakukan itu dengan diaz. Tapi yang pasti itu melelahkan. Setelah memelukku tadi diaz beranjak pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Aku akan mandi setelah dia. Tentunya aku tak akan mau mandi bersamanya lagi hari ini. Sudah cukup melelahkan untuk setengah hari bercinta tanpa henti.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Married
Ficção AdolescenteStory on going and (21+) apa jadinya jika seseorang yang sangat sibuk di satukan dalam suatu ikatan pernikahan? Diaz dan Sari pasangan kekasih itu merupakan seorang yang cukup dikenal di kalangan pengusaha. Diaz merupakan seorang arsitektur, sementa...