Sari pov
****
Aku mejamin mata sesekali bangun melihat pemandangan diaz yang masih bermain dengan perutku. "Udah belum az? Mau mandi nih."
Diaz nyium perutku, "yuk mandi."
"Nooo! Aku mau mandi sendiri." Jawabku melarang keras. Aku membereskan jersey diaz yang tergeletak di lantai, memungutnya dan menaruhnya di tempat baju kotor. "Mama mau dateng, aku harus beres-beres dulu biar mama ga marah."
Diaz hanya memperhatikan aku yang mondar-mandir tanpa busana. "Kamu kalau mau mandi duluan gih, cepet."
"AZ AKU LAGI NGOMONG LOHHH!!" Aku yang akhirnya sadar fokusnya diaz bukan ke omonganku malah ke yang lain.
Diaz nyengir, "iya buk, aku dengerin kok." Diaz menghampiri aku sambil memelukku dari belakang. "Sini sayang coba."
Diaz membawa aku ke dekat kaca, di pantulan kaca kami berdua lihat-lihatan. "Apa?" Tanyaku ketus.
Diaz ngangkat perutku pelan, "enak?"
Aku ikut narik nafas sambil merem, "ini... jurus apa? Kok perutku jadi aga enteng."
Diaz ketawa, "jurus mau main lagi."
Aku cemberut, "nggak!" Aku ndorong badan diaz pake tangan. Sambil jalan kearah kamar mandi untuk bersihin badan.
"Aaaa mau lagi sayang.." diaz tiba-tiba menahan pintu kamar mandi yang baru saja mau kututup. Aku mengernyit heran sekaligus sambil melepas tangan diaz dari knop pintu.
"Ngga diaz.. udah cukup tadi sekali!" Jawabku keukeuh pada pendirian.
"Noo, aku masi tegang." Aku refleks liat bawah sampai akhirnya kaget dan nutup mataku sendiri. "Astaga... mataku,"
Diaz yang pinter ambil kesempatan dia nyeludup masuk ketika dua tanganku lagi nutupin mata. Diaz dengan segera ngunci pintu kamar mandi.
"Yee, berhasil."
"DIAZZ!! KELUAR GA??!"
Diaz menggeleng, "bathtub yuk?" Aku dipaksa dia masuk bathtub, dia menggendongku dan menaruhku di atas tubuh dia. Rasa hangat air di bathtub membuatki rileks seketika. "Enak kan berdua gini?"
Aku ngangguk, tanpa aku sadari aku nyender sambil pejamin mata. Ngelus perutku diikuti diaz. Diaz nyium leherku. "Hei, jangan tidur."
"Anget banget, aku jadi ngantuk."
Diaz ambil sabun, dan mulai nyabunin bagian kakiku sebisa dia. Hingga tangannya sampai di daerah intimku. Aku refleks melotot, mau ambil ancang-ancang kalau diaz pegang-pegang.
Tapi ternyata dia hanya nyabunin, aku menghela nafas. "Makasih az."
"Hm."
Diaz ngangkat tubuhku dan ganti posisi jadi aku duduk di pahanya dengan menekuk kaki, aku berhadapan lagi sama dia. "Bagian depan belum." Ucap diaz.
Aku meregangkan tangan, ngebiarin diaz nyabunin tubuhku. "Udah nih."
Aku agak kaget, dia gak ngelakuin apa yang dia pengen dari tadi. Aku cuma diam nunggu respon dia selanjutnya, "kamu... mau apa abis ini?"
Diaz mengernyit, "mau... mandi."
"Gak ada yang lain?"
Diaz beresin alat sabun yang tadi dia pakai, "menurutmu? Aku ga akan maksa kalau kamu gamau sar."
Sar??? Kok manggil nama? Batinku.
"Ngambek nih?" Tanyaku mencairkan suasana.
"Ngga ada hak." Jawab diaz. Aku agak takut dan kesal denger jawaban realistis dia. "Terus.. apa gunanya aku jadi istri kalau kamu muasin hasrat aja masih sendirian, hah?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
After Married
Teen FictionStory on going and (21+) apa jadinya jika seseorang yang sangat sibuk di satukan dalam suatu ikatan pernikahan? Diaz dan Sari pasangan kekasih itu merupakan seorang yang cukup dikenal di kalangan pengusaha. Diaz merupakan seorang arsitektur, sementa...