Sari pov (21+)
****
Diaz menggendong aku dari pantai ke hotel, dia juga menurunkan aku di kasur. Aku memandanginya saat ia mulai menutupi tubuhku dengan selimut.
"Kamu gak ikut tidur?" Tanya aku yang ingin tahu kegiatan diaz bila aku tidur mau apa.
"Nggak, kamu aja." Diaz meninggalkan aku setelah bicara begitu. Sepertinya ia ada telpon, aku cuma menghela nafas setiap melihat diaz bekerja disaat kami ada waktu berduaan. Aku pikir pekerjaan nya itu akan sangat menoleransi kami yang punya waktu berdua.
"Huek." Aku refleks menutup mulut dan lari ke kamar mandi. Sebenarnya hanya keluar sedikit, tapi kenapa rasanya kayak pengen muntah banget.
Pintu kamar mandi terbuka, diaz menghampiriku dan ikut memijat leherku. Aku menghentikan tangan diaz karena leherku malah jadi sakit.
"Udah jangan dipijit gitu sakit." Keluhku, aku kumur-kumur dan beranjak ke kasur lagi. Diaz cuma ngikutin aku dari belakang.
"Mau aku beliin sesuatu gak? Buat ganjel perut." Tanya diaz, aku menggeleng. "Kamu disini dong, jangan pergi-pergi." Suruhku.
Diaz duduk di sebelah aku yang lagi tiduran. Aku cuma memandanginya sambil senyum senyum gak jelas. "Az," panggilku.
Diaz mengelus rambutku, "Kenapa?"
"Apa jangan jangan aku hamil ya?" Tanyaku random. Diaz senyum, "Mau di cek?"
"Tapi jadi gak surprise dong," sahutku kecewa. Aku mengubah posisi ku jadi duduk hadep-hadepan sama diaz. "Terus takut hasilnya gak sesuai yang kita mau.. nanti kamu pasti kecewa."
Diaz menggeleng, "Anak kan pemberian tuhan, kalau tuhan belum kasih artinya usaha kita kurang bikin tuhan percaya. Yaudah, ngga papa sayang.. kita bisa usaha lagi."
Aku cuma senyum dengar nasihat dari diaz, aku nyium bibir dia sekilas. "Makasih udah ngertiin."
"Its okay, itu udah tugas aku." Diaz mencium bibirku, aku membalas ciumannya. Ciuman kami berlangsung lama, diaz menunrunkan strap baju pantai yang sku pakai. Ia menjilati leherku, alu memberi akses untuknya dengan memiringkan kepalaku.
Diaz menggedongku dan menaruhku di pangkuannya, aku rasa diaz menyukai aku setiap berada di pangkuan dia. Diaz melepas kemeja pantainya, ia hanya menyisakan celana yang ia pakai saja. Aku mencium diaz saat ia lengah, diaz merapatkan tubuh kami. Ia juga melepas pakaianku hingga aku setengah naked. Nafasku naik turun, meskipun karena aku tak mengimbangi ciuman diaz.
Diaz menyibak bagian bawah pakaian ku, karena aku memakai dress tentunya itu sangat memudahkan untuk diaz. Diam-diam tangan diaz melepas tali celana dalam yang aku pakai. Sungguh-sungguh sangat menghanyutkan.
Ciuman diaz turun ke leherku lagi, kepala ku mendongak dengan mata terpejam. Aku gak mau nahan desahan lagi kayak di rumah mama, sekarang lumayan leluasa. "Ahh.."
Diaz mengangkat tubuhku hingga kepalanya sejajar dengan payudaraku. Diaz menatapku sekilas lalu menciumi dadaku dari balik bra. "Makin besar ya." Diaz meremas dadaku dari balik bra. Aku mengalungkan tanganku di lehernya. "Yah... gimanah ga besarh." Jawabku sambil mendesah.
Diaz cuma senyum mendengar ocehan aku. Ia melepas kaitan bra ku dengan mudah. Aku sengaja tidak memakai bra yang ada strapnya, ya karena aku tadi memakai dress pantai jadi agak ngewa kalau aku pakai bra yang ada strapnya karena akan kelihatan.
"Mmhh..." diaz menjilati dadaku bergantian, mungkin ini jadi bagian favorit diaz kalau sedang melakukannya dengan aku. Aku meremas rambut diaz yang basah. Itu membuat kesan yang sexy pada suamiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Married
Teen FictionStory on going and (21+) apa jadinya jika seseorang yang sangat sibuk di satukan dalam suatu ikatan pernikahan? Diaz dan Sari pasangan kekasih itu merupakan seorang yang cukup dikenal di kalangan pengusaha. Diaz merupakan seorang arsitektur, sementa...