4. Making love

51.2K 334 0
                                    


Sari pov

Selang beberapa menit aku sampai rumah, suara mobil diaz terdengar. Aku tahu diaz bukan tipekal orang yang gampang tergoda oleh wanita lain. Tapi perempuan mana yang tak cemburu melihat suaminya jatuh bertindihan dengan wanita lain?

"Sayang kamu ada di kamar?" Teriakan diaz terdengar. Aku hanya bisa menahan rasa sakit dan tangisku.

Ceklek

"Sayang.. jangan salah paham, aku tadi-"

Aku melempar bantal ke arah diaz, "Stop! Aku gak mau denger, terserah."

Diaz menghampiri ku dia mengusap tanganku dengan wajah yang bersalah. "Jangan nangis...,"

Aku menatap diaz, riasan wajahku pasti sudah berantakan. Aku tidak peduli itu, tapi diaz tampak tulus saat menatapku.

"Aku cinta sama kamu sar, gak mungkin aku selingkuh atau main hati." Ucap diaz. Aku menangis di pelukannya, diaz selalu menenangkanku setiap kali kami ada masalah. Dia selalu mengalah untukku.

Diaz menciumku sebagai gantinya, seketika saja air mataku berhenti. Aku selalu heran karena apapun masalahnya ciuman dari diaz menjadi obatnya.

Kami duduk berhadapan, aku menunduk tak berani menatap mata suamiku. Tangan diaz mengusap tanganku bergantian, aku tahu aku egois tapi. Diaz milikku, dan akan selalu itu.

"Aku minta maaf ya.." ucap diaz pelan.

Aku menatapnya dengan mata sembabku, "Gak papa, aku mau lupain kejadian tadi. Tapi tolong, jangan ketemu fani lagi. Aku gak suka, az."

Diaz mengangguk, ia mencium tanganku. "Iya aku gak akan ketemu dia. Udah ya? Cantik jangan nangis dong... aku terus ngerasa bersalah jadinya."

Aku memukul dada diaz kesal, diaz mencium keningku lembut. Tangannya mengusap punggungku. "Kamu cantik hari ini, sexy juga."

Aku menutupi wajahku yang memerah, "ah.. diem.. aku malu."

"Hey, kok keluar tadi pake baju terbuka gini gak malu? Aku berulang kali nahan libido aku tahu!" Ucap diaz sambil meremas bokongku.

Aku mencium bibir diaz sekilas, iya, niatnya sekilas tapi diaz menahan tengkukku. Ciuman kami berlangsung cukup lama karena diaz tak mau melepaskan bibirku.

"Jangan salahin aku, libidoku naik lagi." Ucap diaz ketika ciuman kami terhenti. Aku bisa melihat jakunnya naik turun. Ia melepas dasinya dan juga sabuk.

Diaz menggendongku dan menurunkanku di depan kaca. "See, badan kamu bagus banget. Makanya tadi orang-orang pada merhatiin kamu."

Aku menatap kaca, diaz menciumi leherku sementara tangannya meraba perutku. Aku ikut menggodanya, aku melekukkan tubuh seolah aku merasa tak kuat dengan sentuhannya.

Diaz yang melihat itu menarik tubuhku dan membaliknya, kini aku bisa melihat matanya yang tampak terkesima dengan payudaraku. Ia menciumku lebih dulu, gaya andalannya adalah dia selalu menggendongku. Aku duduk di pangkuannya saat ini.

"Mmhh.. bibir kamu selalu manis," Diaz mendesah sembari melepas strap dress ku. Dia meraba punggungku dan menurunkan resleting dressku. Diaz menyudahi ciuman kami, ia menatapku lekat sementara aku masih mengatur nafasku. Diaz menggenggam tanganku dan menyuruhku untuk memeluk dia.

Aku kadang merasa seperti budak sexs akhir-akhir ini. Diaz memang sangat sibuk, tapi bukankah kami terlalu sering melakukannya. Diaz menciumi leher ku aku mengalungkan tanganku pada lehernya. Entahlah datang hasrat dari mana diaz menjadi sangat arogan. Apakah mungkin dia lelah dengan pekerjaanya dan mencari pelampiasan?

Diaz menurunkan dressku hingga ke perut, dadaku sudah tak dibaluri tertutup lagi. Diaz meremas dadaku perlahan, aku mendongak menahan desahan. Semenjak kami berdua lebih sering di rumah, aku rasa dadaku semakin besar karena bra ku yang sekarang terasa sempit.

Diaz memilin putingku sebagai permainan kesukaannya. Ia mencium bibirku lagi tapi hanya sebentar, ia mengangkat tubuhku sehingga dadaku berhadapan dengan wajahnya. Diaz menjilati bagian dadaku, tubuhku menggelinjang kenikmatan. "Ahh.. iyah disituh.. ssh.."

Diaz mengulum putingku secara bergantian. Ia benar-benar rakus, desahan diaz membuatku tak kuasa bagian bawah ku sudah basah. Aku mendorong wajah diaz supaya lebih lama menikmati dadaku.

Aku bisa merasakan kalau penis diaz berdiri meskipun masih di balut celana. Dengan sengaja aku melepas resleting celana diaz. Sejujurnya aku dendam karena setiap kami melakukannya hanya aku yang selalu diaz puasi. Diaz juga melarangku untuk memuasi dirinya karena tak ingin membuat bibirku kotor. Ia lebih memilih untuk melakukannya sendiri.

Aku meraba penis nya dari luar celana dalamnya, sementara diaz semakin rakus pada payudaraku. Aku membenarkan posisi dudukku lagi, diaz tampak tak setuju karena aku membuatnya menjadi tak leluasa.

"Tungguuh... bentarr sayang." Ucapku yang berusaha membuka celana suamiku. Aku berdiri membenarkan posisi dudukku menjadi duduk membelakanginya. Aku menyamakan posisiku dengan penis suamiku. Diaz tampak menikmati, aku menggesek bagian kemaluanku dengan penis nya. Sebenarnya ini pertama kali bagiku melakukan itu, karena.. lagi dan lagi karena pekerjaan kami yang membuat kami jarang melakukan making love.

Aku mulai mengocok penis diaz, hanya ini yang bisa ku lakukan itu pun sangat amatir. "Ahh.. fasterhh.." desah diaz, tangan diaz juga sembari meremas dadaku. Aku mempercepat gerakan tanganku hingga diaz klimaks. Diaz tampak menurunkan tubuhku ia juga mengambil tissue yang ada di sebelahnya, ia menyuruhku menungging. Sementara tanganku yang tadi terkena cairan sperma nya diaz elap dengan tissue.

Diaz memasukkan penisnya pada lubangku. Style bercinta seperti ini lumayan juga, karena.. aku tetap bisa meremas sprai sebagai gantinya. Diaz memaju mundurkan pinggulnya, aku menggigit bibir bawahku.

Tempo gerakan diaz semakin cepat, aku bisa merasakan dadaku yang bergetar. Diaz juga mendesah tak karuan, hingga akhirnya aku klimaks dan diaz juga. Aku bisa merasakan cairan yang menghangati rahimku. Diaz memperlambat gerakan pinggulnya. Sebelum diaz menghentikannya, ia juga meremas dadaku.

"Ahh..." desah diaz ketika penisnya sudah keluar dari lubangku. Aku terkulai lemas, kakiku seperti agar-agar karena keram.

Diaz yang melihat itu menggendongku, "Mau kemana?" Tanyaku bingung.

"Mandiin kamu."

Aku menenggelamkan wajahku di tengkuk diaz, "Tapi jangan macem-macem ya.. aku capek az."

"Its okay, kamu cuma perlu diam biar aku yang bekerja." Jawab diaz, aku yang mendengarnya memukul dada diaz.

Dengan cekatan diaz menutup pintu kamar mandi, dan menguncinya. Diaz tidak menurunkanku di bathtub, ia tetap menggendongku. Aku bingung kalau gini caranya dia gimana mau mandiin aku. 

Diaz mencium mi bibirku sekilas, ia tidak menurunkanku. "Sayang turunin, aku berat.."

Diaz mencium bibirku, "Enteng kok, ah aku suka kalau lihat kamu dari dekat gini."

Aku mengusap wajah diaz, "love you suami."

Diaz tersenyum. "Love you more."










Tbc.

And ya, aku mau konfirm karena cerita ini 21+ jadi di setiap part nya bakal always ada part bercinta nya diaz dan sari. Soo kalau yang masih dibawah umur bisa skip ^^

After Married Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang