7. Nostalgia

15.7K 216 2
                                    

Sari pov again

Btw gaada yg 21+ nya disinih^^

****

Dengkuran pagi diaz membuatku bangun, yah setelah semalam kami melakukan itu di kamar. Bahkan tubuhku sekarang masih di balut selimut dan dipeluk diaz. Aku memandangi wajah suamiku, ah mungkin ini definisi sempurna?

Entah aku selalu merasa kami dipertemukan dengan teka-teki, aku dan diaz satu sekolah ketika SMP. Diaz adalah orang yang sangat terkenal saat SMP dia bahkan sering muncul kalau ada acara sekolah. Diaz juga punya suara yang bagus, dia juga drummer, bahkan dia juga menguasai gitar. Tapi dulu diaz adalah crush teman SMP ku, aku juga gak begitu tahu dia dulu. Tapi sewaktu SMA kami di pertemukan di kelas yang sama, aku adalah mantannya teman diaz. Tapi aku dan mantanku itu putus sewaktu kelas 10, dulu aku sempat tak mau berfikir lagi soal cinta karena tahu ujungnya aku akan di tinggalkan seseorang lagi.

Aku dan diaz juga satu tempat les dan jadwal kami sama,  hanya saja beda kelas. Aku menganguminya sejak kelas 12 dia punya pemikiran yang kritis, makanya aku suka. Dulu aku juga sempat memberi perhatian pada diaz lewat chat. Tapi tak aku lanjutkan karena tahu diaz sedang dekat dengan seseorang. Aku fokus pada belajarku dan diterima di universitas yang aku mau, diaz juga. Kami ldr di beda provinsi, hingga saat aku magang di Semarang. Ayahku menelpon kalau ada yang datang ingin menemuiku dan ayah dan dia sudah membuat janji.

Aku pulang lagi ke kota asalku, dan saat hari itu tiba. Dimana hari yang membuat aku penasaran siapa yang mencariku, diaz datang dengan keluarganya mau melamarku.

Sungguh plot twist kan. Aku juga tak pernah menduga itu. Ternyata selama aku dan diaz LDR, diaz menyukaiku diam-diam. Dia tak ingin menjadikanku pacar karena aku mantan dari teman dia. Dia menunggu waktu yang tepat tapi ternyata aku jarang pulang dan jarang ikut reuni sekolah. Hingga saat itu diaz kembali dan bekerja di kota asal kami. Diaz mendekati kedua orang tuaku tanpa aku tahu. Dia juga sering mampir ke rumah hanya sekedar memberi makanan atau oleh-oleh.

Dan tanpa diaz tahu juga, selama di semarang aku tak bisa membuka hati. Aku merasa kalau ada sesuatu yang tertinggal dan perlu di konfirmasi. Tapi aku takut pertemanan ku dan diaz jadi berantakan. Aku tak mau kehilangan dia, mungkin aku lebih cukup menjadi teman dibandingkan teman hidupnya. Tapi tuhan merencanakan skenario yang spesial untukku.

Aku beranjak bangun dari ranjang, lingerie yang kemarin baru dibeli masih aku pakai. Tapi, sudah tidak serapih semalam. Ya... strap nya yang turun ke perut bahkan aku rasa kayak.. buat apa juga aku beli ini kalau aku melakukannya aku full naked kan.

Aku memotong wortel dan bawang merah, pagi ini aku berencana untuk membuat sop ayam. Ya sebenarnya biar setelah panas-panasan semalam aku bisa memakan sesuatu yang hangat.

"Sayang.."

Suara serak pria membuatku menoleh, diaz bangun dari tidurnya dan duduk di kursi meja makan. Ia menenggelamkan wajahnya di meja.

Aku meliriknya sebentar, lalu lanjut membuat sop dan jus jeruk. "Az kamu kerja gak?"

"Hmm." Jawabnya pelan.

Aku menaruh beberapa mangkok dan piring di meja. Ku tepuk pundak diaz untuk sarapan bersama. "Makan yuk. Bangun dulu sebentar sayang."

Diaz menopang dagunya, ia benar benar terlihat lemas dan tidak bersemangat sekarang. Bahkan untuk menyendoki sop ke mulutnya saja membuat sop malah berantakan.

"Kamu sakit?" Tanyaku.

Diaz menggeleng, "Cuma lemes,"

"Kemarin sih.... ampe berapa kali coba, aku udah bilang kan kalau ngelakuin itu jangan terlalu over. Kamu nya capek jadinya."

After Married Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang