Sari pov
****
"Arel kamu ngapain bangun sih?" Tanya diaz, tubuhku di tutupi badan diaz aku membetulkan pakaian ku dengan cepat. Untungnya diaz belum bermain lebih tadi, kalau iya aku bakal kesusahan buat betulin pakaianku.
Arel naikkin pundak, "blicik om, om iaz ama ateu suaranya."
Diaz menghela nafas gusar, menggendong arel di pangkuannya dan membawa arel keluar kamar. Aku masih berkutat dengan pakaianku dan pura-pura ke kamar mandi.
"Mbak disa nih arel nya udah bangun." Diaz menghampiri keluarga nya yang masih asik menonton tv.
mbak disa noleh, "ael mimpi buruk sayang?"
Arel menggeleng, "om iaz belicik mam."
Diaz nyumpel bibir arel pake tangannya. "Maaf mbak tadi aku lagi main ml di kamar suaranya lupa dikecilin."
"Kok gak kedengeran sampe sini az?" Tanya kak dandi. Diaz mendudukkan arel di sofa ruang tv, "kamar gue kedap suara."
"Wih pantes," jawab kak dandi. Diaz duduk di sebelah arel, gaakan biarin arel bocorin kejadian tadi.
"Sari dimana?" Tanya mama.
Arel nunjuk ke kamar, "kamal oma, tadi habis-"
"Habis ganti baju." Jawab diaz melanjutkan. Diaz senyum ke arah arel, berbisik pelan. "Ael mau eskrim gak?"
"Mau om!"
Diaz ngangguk lalu ngasih jempol, "habis ini yaa." Arel ngangguk setuju. "Pada mau nginep kan ini?"
"Iya, ntar mama sama disa di kamar tamu aja, dandi disini sama diaz." Ucap kak dandi. Diaz berdecak, "gak ada jadwal bola bang malem ini."
"Yaudah sih, temenin gue disini. Ntar sari sama mama atau sama anak-anak gue," jawab kak dandi mengotot.
Ceklek
"Mbak disa, gelisa nya nangis pengen susu." Mbak disa otomatis lari pelan ke arah kamarku, arel mengikuti di belakang.
"Ica bangun aja lah gausah nangis." Ucap arel, gelisa makin menangis mendengar perkataan arel.
Aku gandeng tangan arel supaya duduk di sofa, mbak disa ngambil gelisa dan mulai nyusuin dia supaya diem.
"Mama ica kan udah besal." Protes arel, aku ketawa narik arel ke pangkuanku. "Nggak papa ael, ica kan masih kecil."
"Kok om iaz boleh nen di ateu sih? Kan om iaz udah gede banget." Sontak aku terkejut, mbak disa merhatiin kami. Aku nyengir aja supaya suasana di kamar gak canggung.
"Ael jangan gitu," jawab mbak disa. "Maafin arel ya dek." Aku ngangguk pelan.
Ceklek
"Arel, mau jajan eskrim gak??" Kepala diaz menongol, arel berjingkrak senang. "Sayang mau ikut? Sekalian beli makanan yang abis buat yang lain, aku gak inget apa aja."
"Kemana?"
"Supermarket, naik motor." Jawab diaz.
"Nggak deh az, gak enak ada mama sama kak dandi kalau ditinggal." Ucapku sambil melirik mbak disa.
"Nggak papa dek, pergi aja takutnya bahan masakan abis loh!" Jawab mbak disa. Aku mikir bentar tapi akhirnya setuju.
"Kenapa pake motor deh?" Tanyaku pada diaz yang sedang memakaikanku jaket. "Arel ribet kata kak dandi kalau naik mobil." Aku hanya ber-oh ria.
"Dada papah dada oma!!"
Mama diaz dan kak dandi melambaikan tangan, aku memakai helm diluar. Motor diaz lumayan besar makanya aku gak berani pake blezer mutusin pake celana aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Married
Roman pour AdolescentsStory on going and (21+) apa jadinya jika seseorang yang sangat sibuk di satukan dalam suatu ikatan pernikahan? Diaz dan Sari pasangan kekasih itu merupakan seorang yang cukup dikenal di kalangan pengusaha. Diaz merupakan seorang arsitektur, sementa...