22. Basah

13.4K 228 22
                                        

Sari pov.

***

Aku merenggangkan tubuhku, melirik ke sebelahku ternyata diaz tak ada disampingku. Tumben, udah bangun. Aku membereskan tempat tidurnya sekalian.

Ceklek

"Loh dek, kenapa tidur di kamar dandi?" Tanya mama yang kaget aku keluar kamar yang salah.

Aku senyum kaku, "semalem diaz gak mau tidur di kamar ma, jadi aku ngikut aja."

"Loh... tapi kamar diaz ke kunci dek, mama pikir kamu di kamar diaz." Seru mama yang membuatku kaget.

Aku langsung jalan cepat ke kamar diaz benar saja dikunci, jadi.. aku semalem tidur sendirian?

Mama mengetuk pintu kamar diaz keras, "Diaz! Bangun diaz!"

Pintu terbuka sedikit, "Ya ma?" Aku bisa mendengar suara serak diaz dari dalam kamar.

"Kamu kok gak tidur bareng sari sih dek? Kasian loh istri kamu... tidur sendirian di kamar sebelah!" Ucap mama, mama memukul lengan diaz setelahnya. Aku menyuruh diaz untuk segera mandi, supaya mama gak terus-terusan marahin dia.

"Kamu kenapa?" Tanyaku sambil memperhatikan diaz yang menidurkan tubuhnya di kasur.

"Gak kenapa-napa," jawabnya.

Aku membanting selimut yang ada di tanganku, "gak jelas! Diemin gue dari kemarin, lo pikir enak digituin? Terserah lo deh mas..... aku pulang, ada kerjaan. Kalau kamu gak mau aku ada disini terserah, aku bisa tanpa kamu."

Diaz melirik aku, dia menghampiriku dan menahan lenganku untuk mengambil totebag yang kemarin aku pakai. "Maaf."

"Aku gak mau bilang awalnya, cuma aku gak tau cara supaya kamu izinin aku sayang." 

Aku membalikkan tubuhku, "kamu.. izin kenapa?"

"Aku... ada proyek besar di bajo, dan gak bisa bawa orang. Aku gak mau ninggalin kamu, cuma aku juga gabisa bawa kamu kesana." Jawab diaz.

Aku menatap diaz sayu, dan menghela nafas. "Aku pikir kenapa... aku gak bisa jauh dari kamu az, kamu tau kan?"

Diaz mengangguk, mencium keningku. "Aku minta maaf."

"Emang gak bisa sayang aku diam-diam ikut, tapi kita beda hotel? Gapapa, aku.. aku pesan hotel pake uangku sendiri kok. Tapi jangan tinggalin aku." Aku merengek, menangis dan memeluk tubuh diaz.

Diaz mengusap punggungku pelan, "Cuma untuk seminggu.. gapapa ya sayang?"

Aku menggeleng, "nggak.."

Diaz memegang tengkukku, mata kami bertemu. "Aku gak bisa bawa kamu sayang.. kalau bisa pun aku pasti bawa kamu."

"Kita beda hotel... emang gak boleh?" Tanyaku sambil sesenggukan.

"Aku usahain," jawabnya sambil mencium bibirku sekilas. "Tapi kalau gak bisa, kamu izinin aku?"

Aku menghela nafas, tanganku aku lingkarin ke leher diaz. "Yaudah... tapi semoga bisa," jawabku pasrah.

Diaz senyum, tangannya megang pinggang aku. Dia menatapku lama, hingga aku sadar. "Kenapa?"

Diaz menggeleng, "Maaf ya, kemarin aku.. cuekin kamu."

Aku menghela nafas, "Aku kesel kalo bahas soal kemarin. Jangan gituin aku lagi!" Jawabku.

Diaz ketawa, dia mengangguk. Menggendong tubuhku dengan dua tangannya. "Janji! Gaakan gitu lagi. Dan... maafin papa ya dek." Diaz mengelus perutku.

After Married Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang