23. Diaz cemburu

5.4K 158 0
                                    

Sari pov

***

"Halo bu sari dan pa diaz. Apakabar." Sapa bu dokter, aku dan diaz cuman senyum menanggapi.

Pulang dari rumah mama diaz mengajakku USG karena besoknya ia harus pergi ke bajo. Diaz bilang sebelum dia kembali sibuk, jadi lebih cepat lebih baik.

"Perkembangan anak kalian baik, saya rasa anak kalian juga sedang aktif-aktifnya menendang ya?"

Aku ngangguk, "iya dok, pagi tadi bayi nendang dua kali."

Bu dokter tersenyum, "itu bagus bu.... sering-sering deeptalk sama bayi nya ya."

Aku ngangguk, "oh iya.. dok, saya boleh naik pesawat ngga ya untuk umur kehamilan yang baru 4 bulan ini?"

"Boleh bu, hanya saja lebih baik banyak berhati-hati ya. Karena kondisi bayi yang masih terbilang rentan lah ya... cuman aman kalau papa nya bisa jaga ibu dengan baik."

Diaz melirik aku, "siap, makasih ya dok. Kami permisi dulu."

Diaz membantu aku berdiri, sambil memperhatikan hasil USG. Diaz memegang pinggangku sambil berjalan. Wajahnya tersenyum senang ketika melihat hasil USG kami.

"Diaz kamu udah bilang ke yang punya proyek?" Tanyaku.

Diaz menggeleng, "gak perlu, aku akan tetap bawa kamu ke bajo. But, kita disana diam-diam ya? Aku bakal selalu jenguk ke kamar kamu kok sayang. Cuman kamu harap maklum karena paginya aku bakal sibuk sampai sore."

Aku ngangguk setuju, "iya.... itu resiko juga kan? Aku selalu maklum."

Diaz senyum nyium bibir aku sekilas ketika kami di lorong rumah sakit. Sontak membuat aku mendorong tubuhnya karena di ada ibu-ibu lewat. Ya untungnya sih ibu-ibu itu hanya melirik aku heran sekaligus iri.

"Jangan gitu ah, tempat umum!" Aku menyenggol lengan diaz. Diaz cuman ketawa menanggapi omelanku karena baginya aku lucu kalau malu. Ya karena sejujurnya aku bukan tipe yang suka bermesraan di tempat umum, beda cerita sama diaz. Dia selalu nyosor kapanpun dia mau.

***

"Mas ke bajo mau bawa baju santai?" Tanyaku yang duduk manis di lantai sambil mempacking koper kami.

Diaz ngangguk kecil, "sedikit aja. Kemejanya banyakin ya."

Aku ngangguk nurut, aku membereskan juga pakaian yang mau aku pakai nanti. Pakaian yoga, hingga ke baju tidur. Karena nanti aku berencana untuk pergi jalan-jalan sendiri ketika diaz bekerja jadi aku menyelipkan pakaian mainku yang memang cocok juga dengan bentuk tubuhku sekarang.

"Udah semua ya?" Tanya diaz. Aku ngangguk, setelah duduk lama pinggangku rasanya keram banget sampe mau berdiri pun nggak bisa. Diaz yang menyadari itu membantu aku berdiri dan menyiapkan tempat tidur senyamanku.

"Mas itu belum di kunci koper nya."

Setelah menyelesaikan semua packing-an kami. Diaz menghampiri aku di kasur, dia bilang ingin tidur cepat supaya besok bangun lebih segar.

***

"Adek, kenapa gak bilang mama sih kalau mau pergi? Mama khawatir ama sari."

Diaz mengangkat telpon dari mama, dia cuma bisa mendengarkan ucapan mama nya sampai telpon di tutup. Aku yang mendengar ocehan mama hanya bisa tersenyum jahil melihat suamiku diomeli.

"Mama sayang banget ya ama aku." Jawabku meledek.

Diaz merentangkan tangannya, "kamu nih.."

After Married Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang