Halo reminder aku mutusin buat bikin sari pov tiap chapter. Semoga terbiasa^^
***
Aku dan diaz kembali ke rutinitas, pagi itu diaz bekerja di rumah karena pekerjaanya yang tak begitu sibuk. Berbeda dengan aku, ya meskipun memang aku juga kerja di rumah tapi ada ruangan khusus di rumah kami yang dipakai untuk ruang kerja pribadiku.
Aku memakai kemejaku, pagi ini aku ada rapat dengan klien dan beberapa karyawan di perusahaan lamaku. Aku hanya memakai kemeja sebagai atasan, sementara bawahannya memakai celana pendek yang biasa kupakai tidur.
Karena di rapat hari ini aku oncam, karena harus menyimak para junior ku menjelasakan presentasi mereka.
Tok tok
Aku melirik pintu, pintu ruang kerja ku terbuka sedikit. Kepala diaz nongol, "sayang laper.."
Aku memberi isyarat untuk tidak terlalu berisik, aku mengklik offcam dan menghampirinya. Speaker laptop ku kubiarkan kencang supaya kalau aku dipanggil bisa terdengar.
"Kamu masak telor dulu aja ya? Maafin aku.. aku gak sempat masak yang enak tadi keburu bos ku ngadain zoom." Jawabku. Mata diaz tampak memelas, ia mendorong ku. Aku masuk lagi ke ruangan kerja ku.
"Yaudah aku tungguin." Diaz menyuruhku duduk lagi, sementara dia tiduran di sofa dekat meja kerjaku.
Aku tak menyalakan tombol oncam, karena takut diaz jahil tiba-tiba nongol di camera.
"Bu sari? Masih di tempat?"
Aku panik, dan menyalakan camera zoom nya, "Masih pak."
"Baik bagaimana menurut pendapat bu sari mengenai presentasi dinda?"
Aku memperhatikan ppt yang di sharescreen dinda juniorku. Aku menjelaskan lagi kelebihan dan kelemahan yang mungkin bisa terjadi bila menggunakan tanggapan dinda. Bos ku tampak takjup dan setelah itu menyuruhku menyimak lagi satu presentasi dari juniorku yang lain.
Aku menoleh ke arah diaz, oh, dari tadi dia memperhatikanku ternyata. "Sebentar ya sayang, bentar lagi."
Diaz tak menjawab, mungkin dia kesal. Dia hanya menatapku tanpa berkata apapun. Aku kembali menyimak presentasi juniorku. Aku terkejut ketika tangan diaz melingkar di perutku. Ia menyender pada tumpuan sofa.
Awalnya tak terjadi apa-apa aku masih bisa menyimak junior ku yang sedang presentasi. Aku melirik kearah diaz, tangannya yang nakal itu kini meraba pahaku. Aku hanya bisa tersenyum canggung di depan camera dan berusaha tenang.
Aku memukul tangan diaz karena dia jarinya mencoba masuk kebagian bawahku refleks aku menklik tombol offcam dan offmic. "Diaz... jangan ganggu dulu, kamu keluar dulu deh sana."
Diaz memanyunkan bibirnya, bukannya kesal aku malah gemas. Tapi aku juga lagi kerja, jadi aku mengurunkan niat untuk terlalu memanjakan dia.
"Iya iya gak akan ganggu," ucapnya lalu kembali duduk di sofa sebelah meja kerjaku. Aku kembali membenarkan celana tidurku dan kemeja yang aku pakai. Kini aku sengaja offcam karena takut diaz berbuat seperti tadi.
"Loh oncam dong? Aku kan ngga ganggu," suruh diaz.
Aku mengisyaratkan untuk diam, "Kamu nanti jail lagi. Diem ah,"
Diaz hanya menatapku kesal, ia mendekatiku lagi. Kini tangannya melingkar lagi di perutku. Diaz ikut memperhatikan junior ku yang sedang presentasi. Kepalanya menyender di pundakku.
Selang sesi tanya jawab, junior ku yang bernama Rama itu menjawab pertanyaan bos ku dengan cepat. Hanya saja dia sering memotong ucapan bos ku.
Diaz menunjuk ke layar laptopku, "Gak sopan tuh dia, iya sih bagus tadi hasil design dia. Tapi kalau attitude nya gitu jadi jelek."
KAMU SEDANG MEMBACA
After Married
Teen FictionStory on going and (21+) apa jadinya jika seseorang yang sangat sibuk di satukan dalam suatu ikatan pernikahan? Diaz dan Sari pasangan kekasih itu merupakan seorang yang cukup dikenal di kalangan pengusaha. Diaz merupakan seorang arsitektur, sementa...