⌗
↳ Bittersweet-Mingyu wonwoo
🌺00:51 ●────────── 02:53🌺⇄ㅤ<<ㅤ❙❙ㅤ>>ㅤ↻
🌸🌸🌸
Malam ini terasa lebih dingin dari biasa nya,entah apa yang membedakan. Mungkin salah satu nya adalah kekecewaan terhadap kekasih nya.
Hati nya terlanjur tak dapat merasakan sakit hingga bahagia, malam ini semua nya terasa hambar dan datar.
Park jeongwoo laki laki berdarah iksan itu tengah mengalami titik di mana diri nya di rundung pertanyaan dan kekecewaan.
Yang jelas kehidupan nya berubah setelah Jaehyuk memaksakan diri untuk tetap bersanding dengan nya, meskipun di hati laki-laki itu tertuju pada satu nama yang pasti.
Melihat bahkan merasakan perhatian Jaehyuk untuk nya hanya palsu, membuat hidup nya seakan di telan kegelapan.
Ia tak pernah tau, rasa nya patah hati akan se menyakitkan ini. Patah hati akan kenyataan membuatnya berada di titik terendah. Antara melepaskan atau tetap menggenggam.
Bukan nya dia melebih-lebihkan. Namun rasa nya lebih sakit daripada di hantam ribuan paku sekaligus. Ia merasa seperti di biarkan terbunuh perlahan.
Ya, sesakit itu rasa nya patah hati.
Terlebih lagi, orang itu adalah kekasih mu sendiri.
Orang yang kau banggakan namun membanggakan orang lain di hadapanmu, orang yang kau cintai namun mencintai orang lain.
Siap tak siap, diri nya harus menghadapi kenyataan pahit itu.
Jeongwoo sudah memutuskan akan seperti apa kedepan nya. Hanya saja untuk sekarang biarkan diri nya semakin merasakan rasa nya patah hati, karena sungguh apapun itu diri nya sudah begitu candu dengan senyum tulus Jaehyuk.
Tok tok tok !
"Jeongwoo?" Kepala Jihoon menyembul di balik pintu pembatas balkon dan kamar nya, jeongwoo sendiri tetap diam di posisi nya. Tak berniat sedikitpun untuk menoleh atau pun menanggapi panggilan dari Kakak nya.
Jihoon berjalan pelan mendekati sang adik sembari menatap nanar ke arah langit. Ia mendudukan diri di samping Jeongwoo. "Gimana perasaan mu sekarang?"
Jeongwoo diam, bagaimana perasaan nya saja ia tak tahu. Tak sakit pun tak bahagia.
Menghela nafas nya, Jihoon menepuk pundak pemuda yang sedarah dengan nya itu "Cinta tidak bisa di paksakan. Mau sekeras apapun diri mu berusaha mempertahankan,jika yang dia mau bukan kamu lantas apa yang bisa kamu lakukan? Berdiam diri seperti diri mu sekarang? Bodoh. Justru kalian akan mati karena saling menyakiti." Jihoon menjeda ucapan nya, memandang raut kesedihan yang tercetak di wajah adik nya. Ia tersenyum tipis "Baik Dirimu. Jaehyuk maupun Asahi. Kalian bertiga hanya akan menyakiti diri sendiri. Jaehyuk yang berusaha mencintai mu, lalu diri mu yang berusaha berusaha agar hadir mu terlihat, sedang Asahi; dia harus merelakan rumah nya di tempati orang lain. Bukankah cukup menyakitkan bagi kalian?."
Jeongwoo menunduk, membenarkan segala hal yang Jihoon katakan "Tapi aku sudah berusaha, tidak kah ada tempat untukku?"
Jihoon berdiri, senyum tulus terukir di wajah nya "Jika kau masih ingin tersiksa silahkan lanjutkan. Hanya saja, berhentilah saat diri mu tak di hargai. Itu sudah menandakan bahwa diri mu tak ada tempat"
Jeongwoo menoleh sekilas, menatap binar keseriusan di mata Jihoon. "Aku mencintai nya"
Jihoon lagi lagi menghela nafas nya sedikit jengah dengan sikap adik nya "Dia mencintai semesta nya, Woo. Dan semesta nya itu Asahi"
Jeongwoo menggigit bibir bawah nya kuat menahan sesuatu di pelupuk mata nya agar tak terjatuh. "Kenapa harus Asahi?"
Jihoon diam, mengusap pelan rambut sang Adik. Jihoon tau persoalan mereka bertiga karena Hyunsuk dan Yoshi yang memberitahukan nya. Itu cukup membuat nya terkejut bukan kepalang.
"Selalu Asahi. Semua yang dia lakukan hanya berdasarkan Asahi Asahi dan Asahi! Aku muak dengan Asahi!. Aghhhh!!!" Terdengar nada frustasi dari seorang jeongwoo, jeongwoo bahkan tak sadar diri nya sekarang sudah menangis seperti anak kecil.
"Karena Asahi lah yang menjadi pusat seorang Jaehyuk, Jeongwoo. Bagaimana pun kau akan kesulitan menggantikan Asahi" Kemudian Jihoon mengecup puncak kepala sang Adik lalu mulai melangkah meninggalkan Jeongwoo bersama segala rasa sakit yang terus berdarah.
Bersama semilir angin malam, ia membiarkan rasa itu pergi bersama Harapan nya yang sudah terlanjur di patahkan. Bersama tangisan tanpa suara,
Ia kini di tinggal sendirian, penuh luka dan juga hampir mati dengan rasa sakit nya. Sepenggal luka pun jika terus di tumpuk akan bernanah. Dan itulah keadaan nya.
🌸🌸🌸
Pagi itu, jeongwoo tidak ada kelas pagi. Dia membawa peralatan menembak nya ke tempat khusus latihan menembak yang di siapkan oleh ayah nya.
Ayah jeongwoo adalah tentara militer, dia sering mengajari putra putra nya bela diri atau menembak karena kelak ayah nya berharap jika salah satu di antara kedua anak nya akan mewarisi kemampuannya. Walau diri nya sendiri membebaskan kedua anak nya dalam memilih masa depan.
"Tumben berlatih?" Jeongwoo melirik sinis ke arah Jihoon, dia berusaha mengabaikan kehadiran kakak tengil nya itu. Lalu mencoba focus mengarahkan pistol nya ke arah semestinya. Sebelah mata nya tertutup, berusaha membidik dengan tepat, lalu sesat kemudian
Dor ! Dor ! Dor !
3 tembakan berhasil dia kuasai, diri nya memandang Remeh Jihoon. Jihoon pikir hanya dia saja yang bisa?
Jihoon terkekeh pelan mendapati pandangan remeh milik jeongwoo. Ia akui penguasaan jeongwoo terhadap pistol sudah meningkat. "Bagus. Kerja bagus Park Jeongwoo" ujar jihoon dengan tepuk tangan pelan penambah instrumen.
Jeongwoo membusungkan dada nya angkuh, menatap remeh jihoon yang tengah memuji nya. Ia kembali mengarahkan pistol nya ke arah bidikan, mencoba kembali keberuntungan nya.
"Karena Asahi lah yang menjadi pusat seorang Jaehyuk, woo. Bagaimana pun kau akan kesulitan menggantikan Asahi"
Dor ! Pyar !
Jeongwoo menutup mata nya kala lintas percakapan nya dengan Jihoon kembali membuyarkan kosentrasi nya.
Benar. Asahi adalah pusat dari seorang yoon jaehyuk. Ia tak pernah menyangkal hal tersebut. Karena memang seharusnya seperti itu.
"Kenapa, Woo?" Jihoon memegang ke dua pundak jeongwoo yang bergetar, sebenarnya ia cukup terkejut sebab tiba tiba saja adik nya ini mengarahkan pistol nya ke atas. Tepat di lampu pojok ruangan.
Jeongwoo menggeleng, menatap lesu Jihoon "Gak papa. Tiba tiba bosen aja"
Jihoon menatap heran, namun kemudian mengangkat bahu nya acuh, membiarkan jeongwoo menyelesaikan urusan hati nya tanpa campur tangan orang lain. Biarkan jeongwoo menjadi dewasa dengan luka yang dia terima dari ke egoisan nya.
.
.
.
."Tempat singgah, akan kalah dengan rumah"
-Jeongwoo
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Asa |Jaesahi ✔
Romance¡[ ketika rasa memainkan samudra lara ; hingga tercipta perasaan bersalah tanpa tahu siapa yang memulai ]¡ ⚠bxb area ⚠Jaesahi ⚠Mashikyu ⚠Hajeongwoo ⚠Hoonsuk No Revisi ©Frajinggadiajeng2